Mencontoh Pola Hidup Sehat dari Mamaku

Dear Teman,

Bulan April istimewa untukku karena bulan kelahiranku. Juga bulan yang diperingati oleh masyarakat Indonesia sebagai bulan kelahiran Ibu Kartini, tepatnya 21 April 1879. Ibu Kartini memang amazing ya, seorang putri bangsawan yang berada di lingkungan eksklusif, tapi memiliki kepedulian dan memikirkan nasib perempuan di lingkungannya. 

Mencontoh Pola Hidup Sehat dari Mamaku

Ia menginginkan pendidikan tinggi untuk dirinya dan juga untuk para anak perempuan di sekitarnya. Ia ingin dirinya dan para perempuan bisa berdaya, mengubah nasib sendiri, dan maju. Pemikiran Kartini memang jauh melampaui zamannya, ya Teman. Luar biasa. 

Bayangkan, kalau Kartini lahir di era masa kini, ia pasti sudah bergelar doktor termuda di kampusnya luar negeri. Ia pasti memiliki segudang prestasi, mengajar di perguruan tinggi atau membuat yayasan yang tujuannya agar para perempuan bisa sekolah tinggi, punya skill dan mandiri. 

Mama, Panutanku Menjalani Hidup Sehat

Salah satu kartini masa kini panutanku adalah Mamaku. Ia perempuan tangguh berdarah Bugis Enrekang, Sulawesi Selatan. Mamaku anak bungsu dari delapan bersaudara. Ia yatim piatu sejak masih gadis muda. Ia tinggal berpindah-pindah di rumah kakak-kakaknya. Mamaku lulusan D3 sebuah kampus di Makassar dan sempat beberapa tahun menjadi guru SD di Enrekang. Ia berhenti menjadi guru, ketika menikah dengan Ayahku yang berpindah-pindah tugas setiap dua tahun sekali. 

Mencontoh Pola Hidup Sehat dari Mamaku

Nampak galak dan cerewet di luar, tapi hatinya baik. Jika ada masalah, tak mau mengomel di belakang. Ia akan berterus-terang dan blak-blakan pada orang itu agar masalahnya cepat selesai. Jadi, nggak ada kata tak enakan. Hehe. 

Ia tak segan membantu orang lain yang membutuhkan. Baik saudara atau pun teman. Jika membeli atau memesan sesuatu, pasti ada tips untuk kurirnya. Keluar dari hotel, pasti ada tips untuk petugas yang membersihkan kamar kami.

"Sekalian bersedekah," kata Mamaku.

Mama pun sangat perhatian pada kami anak-anaknya. Setiap pulang dari Bogor, kami akan kewalahan membawa kardus berisi camilan dan makanan untuk dibawa pulang. Berangkat ke Bogor hanya bawa satu koper, pulangnya bisa beranak menjadi 1 koper dan 4 kardus. Huhu. 

Pola Makan Bergizi

Salah satu yang aku contoh dari Mamaku adalah kebiasaannya menjalankan pola hidup sehat. Di keluarga besar kami, banyak yang mengidap diabetes. Karena itulah, Mama berhati-hati sekali mengonsumsi makanan manis. Ia juga mengurangi makan daging merah dan makanan berlemak tinggi. 

Mencontoh Pola Hidup Sehat dari Mamaku

Mama menjaga pola makannya, tidak berlebihan alias secukupnya. Ia menjauhi pantangan penyakitnya yaitu GERD, tidak minum kopi dan teh, tidak makan kol dan durian, serta makanan pantangan lainnya. Beda denganku yang agak bandel, huhu. Mama suka sekali sayuran dan buah-buahan. Itu pun dipilih, yang tidak terlalu manis. 

Jadwal makan Mama pun teratur. Makan malamnya dan Ayahku biasanya setelah Magrib atau sekitar pukul 18.30 WIB. Ia tak pernah makan malam diatas pukul 7 malam kecuali ada acara kondangan misalnya. 

Tidur yang Cukup

Untuk tidur, Mama pun disiplin. Ia akan tidur setelah mengaji dan berzikir, sekitar pukul 21.30 WIB. Jadi, tak heran kalau suasana malam di rumahku di Bogor itu sunyi sekali. Karena Papaku tidur pukul 20.00 dan Mamaku tak lama setelahnya. 

"Rumah Nenek-nenek," kata Aldebaran, anakku. hihi. 

Menurut Mamaku, kalau terlambat tidur, ia akan sulit tidur dan jadi begadang. Besoknya, bakal menjalanji hari dengan mood berantakan dan cranky. Karena itulah, diusahakan setiap hari tidur malam sesuai jadwal. 

Mereka tidur cepat karena setiap hari, pukul 03.00 akan bangun untuk ibadah hingga jelang Subuh. Suatu kegiatan yang berusaha kucontoh walaupun tidak mudah bangun dini hari. Huhu. 

Rajin Berolahraga

Di usianya yang sepuh, Alhamdulillah, Mamaku aktif berolahraga. Beberapa tahun belakangan, ia aktif berolahraga senam napas BEP atau Bio Energy Power di Bogor. Ia kerap ditunjuk sebagai pemandu senam BEP baik secara luring maupun daring. Kalau jadi pemandu daring di Zoom, wah kami sibuk deh jadi operator senam beliau. Mengatur laptop, pencahayaan ruangan, dan lainnya. Hihi.  

Mencontoh Pola Hidup Sehat dari Mamaku

Senam BEP ini diyakini mampu mengoptimalkan energi di dalam tubuh untuk mengobati penyakit. Mama yang dulunya sering batuk pilek, atau kadang sesak napas karena GERD kini mulai membaik sejak menekuni olahraga yang banyak diikuti para lansia ini. Senam ini juga terbukti bisa meningkatkan kualitas tidur para lansia, lho. 

Senam BEP ini terbilang sederhana gerakannya hingga mudah ditiru oleh para lansia. Senam ini berupa perpaduan olah napas dan olah gerak untuk mengoptimalkan energi dalam tubuh. Olahraga yang didirikan oleh almarhum Bapak Hary J. Angga ini sudah memiliki ribuan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Mamaku bahkan menginisiasi berdirinya komunitas olahraga ini di perumahan kami di Bogor awal tahun ini. Mereka memiliki jadwal senam hari Sabtu pagi. Anggotanya sudah berjumlah puluhan orang, warga perumahan kami termasuk ayahku. Semoga terus bertambah ya anggotanya, ya!

Hm, kalau olahragaku sekarang adalah jalan kaki dan terkadang zumba dari Youtube. Aku juga suka mengikuti senam tera di dekat rumah. Tiap sabtu sore, ada senam line dance. Ingin lebih disiplin lagi berolahraga, masa' kalah sama nenek-nenek di kompleks ya, kaan! hihi. 

Berpikir Positif

Ya, berpikir positif ini ternyata salah satu cara agar tubuh dan pikiran lebih sehat. Pernah nonton salah satu video dari orang Korea medok, Jang Hansol di Youtube. Ia dan teman-temannya membahas, mengapa tingkat kebahagiaan orang Indonesia lebih tinggi daripada orang Korea Selatan? Orang Indonesia juga rajin bersedekah. 

Orang dari negara maju tuh heran, Indonesia itu negara miskin, negara berkembang tapi masyarakatnya lebih bahagia dan suka bersedekah. How come? Ternyata, salah satunya karena kita taat beribadah dan memiliki keyakinan ada Allah, ada Tuhan dalam keseharian kita. Maka, kita lebih optimis dan semangat menjalani hari-hari. Kita juga rajin membantu orang lain karena bagian dari perintah Allah di agama kita. Kita selalu berpikir positif dan meyakini Allah ada di sisi kita. 

Mamaku selalu mencontohkan berpikir positif ini. Hal yang tak mudah baginya karena mamaku tuh dulu mudah overthinking, penakut dan panikan. Tapi, seiring waktu dan berproses juga ya beliau kini lebih tenang, lebih chill. 

Ya, untuk apa overthinking? Ada Allah yang mengatur segalanya. Kita, manusia hanya menerima dan menjalankan ketentuan-Nya. Ada Allah, mengapa harus takut dan gelisah? Allah Maha Kuat, Allah Maha Menolong, Allah Maha Baik. 

Dengan berpikir positif, kita lebih tenang dan tidak overthinking. Jika takut, gelisah atau cemas, kita akan berzikir dan salat. Karena itulah, kita lebih kuat dan tidak mudah stres.

Aktif Berkegiatan Positif

Ya, sejak remaja, Mamaku aktif banget. Hingga jadi nenek-nenek pun lincah sekali. Ia serba bisa. Suka memasak, jago menjahit baju, merangkai bunga, main tenis, main voli, main angklung, dan banyak lagi.  Kalau Mama jadi tetanggaku, pasti insecure deh aku, dibandingin terus sama beliau, haha. Heran kan, orang kok banyak bisanya? Ia aktif di kegiatan Dharma Wanita sepanjang karir ayahku sebagai PNS Kementerian Kehutanan. Sering ikut lomba mewakili Dharma Wanita, haha. 

Mencontoh Pola Hidup Sehat dari Mamaku

Ya, di usia senja janganlah berhenti bergerak. Usia boleh tua tapi semangat harus kayak Gen Z, dong ya. Dengan aktif berkegiatan bersama teman-teman, maka kita lebih semangat menjalani hari-hari. 

Saat ini selain aktif jadi pengurus Senam BEP, Mama juga aktif ikut kajian di masjid, ikut belajar mengaji tahsin bersama grupnya di masjid, ia juga aktif di KWT alias Kelompok Wanita Tani di kompleks. Kami jadi sering makan sayuran segar yang dipanen oleh ibu-ibu.  Hihi. Ia juga sering piknik bersama teman-teman pengajian atau teman senam.  Menikmati hidup. 

Ya, banyak hal baik yang kupelajari dari Mamaku. Terima kasih, Mama untuk segala cinta dan kasih sayangmu pada kami. Semoga Mama panjang umur, sehat dan diberkahi Allah selalu, aamiin. Mama, Kartiniku. 

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

Post a Comment

Previous Post Next Post