Sekolah Adat Arus Kuantan, Mempersiapkan Generasi Muda Dayak Menghadapi Globalisasi

Kehidupan masyarakat Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Barat kian terdesak.

Tak hanya tanah dan hutan tempat mereka tinggal menyusut luasnya. Tapi, budaya mereka kian tergerus perkembangan zaman. Tak banyak generasi muda Suku Dayak yang memahami bahasa daerah, budaya, serta adat-istiadat mereka sendiri. Anak-anak Suku Dayak gagap menghadapi arus globalisasi yang serba cepat di daerah tempat tinggal mereka.

Sekolah Adat Arus Kuantan di Kalimantan Barat
Belajar tentang tanaman obat tradisional dari ahlinya

Kekhawatiran anak-anak akan kehilangan identitas suku dan adat-istiadat inilah yang membuat dua orang anak muda yang peduli budaya dan adat-istiadat Dayak di Kalimantan Barat sepakat mendirikan Sekolah Adat Arus Kuantan pada tahun 2014. Sekolah informal ini berlokasi di Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang di Kalimantan Barat.

Sekolah yang kini berusia 10 tahun didirikan oleh F. Deliana Winki dan Plorentina Dessy Elma Thyana yang berdarah Dayak tulen. Jumlah murid mereka sejak sekolah dibangun sekitar 350 anak. Kini, ada sekitar 168 anak yang belajar bersama di sekolah ini.

Sekolah Adat Arus Kualan adalah wadah untuk anak-anak muda Suku Dayak untuk mempelajari berbagai pengetahuan adat, lingkungan dan budaya yang diturunkan oleh leluhur mereka. Sekolah yang berlangsung setiap hari Jumat hingga Minggu ini diikuti antusias oleh anak-anak berbagai usia.

Bagi para pengajar seperti Deli dan murid-muridnya, semua bisa menjadi guru dan alam raya adalah sekolah mereka. Mereka tak terkungkung oleh batas-batas tembok yang disebut ruangan kelas. Di sekolah ini, semua orang sama derajatnya. Tak ada yang lebih tinggi, guru sekalipun.

Di Sekolah Adat Arus Kuantan, anak-anak Dayak belajar banyak hal tentang adat-istiadat dan budayanya. Mereka belajar pengetahuan tradisional dan kearifan lokal yang diturunkan masyarakat Dayak dari generasi ke generasi.  

Sekolah Adat Arus Kuantan di Kalimantan Barat
Mendengarkan kisah-kisah para tetua sebagai pembelajaran hidup

Menyenangkan sekali mendengar apa saja yang anak-anak pelajari di sekolah ini. Semuanya pengetahuan praktis yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan mereka sehari-hari dan selaras dengan alam. Pelajaran mereka diantaranya belajar tentang tanaman obat tradisional, belajar memasak dengan bahan dasar bambu, memainkan permainan tradisional hingga belajar tentang berbagai tanaman di hutan.

Aku jadi teringat cerita Mas Hanif Wicaksono, seorang aktivis yang giat mempelajari dan mendokumentasikan tanaman langka di Kalimantan. Ia prihatin karena masyarakat desa tempatnya tinggal tak banyak yang mengetahui tentang jenis pepohonan dan buah-buahan langka yang banyak terdapat di hutan dekat kampung mereka. Sedih kan? Dengan adanya materi belajar tentang tanaman khas Kalimantan di sekolah adat, tak ada lagi cerita masyarakat desa buta akan keunikan hutannya sendiri. Mereka sudah mempelajari berbagai tanaman di sekolah adat.

Tak hanya itu, anak-anak murid juga sering diajak berkunjung ke para sesepuh di kampung mereka untuk mendengar kisah-kisah dan belajar banyak hal dari mereka.

Para pengajar di sekolah ini menekankan identitas yang kuat pada anak muda Dayak dan bagaimana mereka hidup sebagai orang Dayak di era modern. Bagaimana agar anak-anak muda Dayak tidak terbawa arus globalisasi dan tetap memiliki identitas kuat serta cepat beradaptasi dengan segala perubahan yang ada.

Sekolah ini ikut berperan dalam melestarikan budaya leluhur, tak hanya dengan mengajarkannya kepada para siswa tapi juga mendokumentasikan berbagai pengetahuan dan local widom yang biasanya diturunkan secara lisan oleh leluhur, dibuat dalam bentuk tulisan, penelitian dan film dokumenter. Mereka mendokumentasikan berbagai hal melalui teknologi digital diantaranya media sosial.

Sekolah Adat Arus Kuantan di Kalimantan Barat
Belajar membuat perhiasan manik-manik khas Kalimantan

Berkat gemblengan para pengajar, anak-anak murid di sekolah yang kini memiliki empat cabang itu semakin percaya diri dengan identitas mereka sebagai orang Dayak. Tak ada lagi rasa minder atau merasa menjadi suku terpinggirkan. Mereka belajar mencintai hutan dan seisinya. Bahwa hutan adalah soulmate mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Rusaknya hutan berarti bencana bagi masyarakat Suku Dayak.

Hal positif lainnya, anak-anak sekolah adat berani mengungkapkan pendapatnya dengan berbicara di depan umum. Mereka berani mempresentasikan dan memperkenalkan kebudayaan dan adat-istiadat Dayak di berbagai kegiatan dengan audiens yang besar.

Oh iya, sekolah ini tak hanya mengajarkan berbagai pelajaran tentang local wisdom. Anak-anak juga belajar membaca, menulis dan berhitung. Mereka juga belajar bahasa asing dan komputer. Jadi, mereka tetap mengikuti perkembangan zaman.

Salah satu murid cemerlang di sana adalah Elis. Anak perempuan berusia 14 tahun ini tertarik mendalami ilmu pengobatan tradisional dan bercita-cita menjadi tabib kelak. Elis juga fasih berbahasa Inggris dan menjadi penerjemah saat tamu-tamu dari luar negeri mengunjungi sekolah mereka. Keren, ya!

Sekolah Adat Arus Kuantan di Kalimantan Barat
Masuk hutan untuk belajar aneka tumbuhan

Tak hanya itu, anak-anak Sekolah Adat juga berusaha melestarikan seni musik tradisional khas Dayak yaitu Sape’. Melalui sape’ dan musik Dayak yang unik dan khas mereka menyampaikan pesan-pesan positif. Mereka menyampaikan keresahan mereka tentang deforestasi hutan dan hilangnya hak-hak masyarakat adat pada dunia.

Tahu kan, masyarakat lebih mudah menangkap pesan apabila dibawakan dengan seni? Ya, inilah yang dilakukan anak-anak Sekolah Adat Arus Kuantan. Sepak-terjang sekolah ini menarik perhatian banyak pihak.

Salah satunya panitia Konferensi Biodiversitas Dunia di Kolombia November tahun ini. Deli yang punya nama lengkap F. Deliana Winki diundang untuk mewakili Indonesia ke kancah internasional untuk menyampaikan pendapatnya tentang perubahan iklim dan keanekaragaman hayati di Indonesia. Luar biasa, bukan? Deli berangkat ke Kolombia bersama lima anak muda hebat lainnya.

Sepak terjang pengurus Sekolah Adat Arus Kuantan ini menarik perhatian dari PT. Astra International, Tbk. Tahun 2023, Sekolah Adat Arus Kuantan meraih Satu Indonesia Awards Kategori Kelompok All Bidang. Sekolah ini menjadi inspirasi untuk mendirikan sekolah yang tak hanya mementingkan bidang akademik saja tapi juga mengenalkan pendidikan karakter dan rasa cinta pada Tuhan, alam dan lingkungan sekitar mereka. 

Sumber Foto: IG Arus Kuantan

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

Post a Comment

Previous Post Next Post