Surya Dharma, Pejuang Pendidikan dari Palu

Beberapa waktu lalu, ada berita yang mengagetkan masyarakat Indonesia. Yaitu ditemukan fakta siswa SMP di sebuah daerah belum bisa membaca dengan lancar. Bagaimana mungkin, siswa sekolah menengah belum bisa membaca dengan lancar? Bagaimana ia bisa mengikuti pelajaran sehari-hari?

Ternyata, bagi pengajar seperti Surya Dharma, hal ini tidaklah mengagetkan karena kualitas pendidikan di Indonesia memang belum merata. Belum lagi masalah anak putus sekolah masih banyak terjadi tak hanya di kota besar tapi juga di kota kecil seperti Palu, Sulawesi Tengah.

Surya Dharma, Pejuang Pendidikan dari Palu

Fenomena anak putus sekolah karena masalah ekonomi di Palu ini membuat seorang pemuda miris dan memutar otak bagaimana bisa membantu mereka. Bagaimana tidak, angka putus sekolah di lingkungan rumahnya begitu tinggi. Data BPS tahun 2022 menyebutkan Palu masuk 10 besar angka anak tidak sekolah di Indonesia. Hal ini tentu berdampak buruk pada lingkaran kemiskinan yang takkan putus. Berulang terus dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Ibu Diana Mengajar di Pedalaman Papua

Surya Dharma lalu memutuskan membuka tempat belajar sederhana yang menerima anak-anak putus sekolah juga masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikan untuk belajar bersama dengan Surya sebagai mentornya. Harapannya, orang-orang yang putus sekolah bisa melanjutkan pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik kelak.

Surya akhirnya membuat Program Tuntas Belajar 12 Tahun di daerah sekitar tempat tinggalnya pada tahun 2011. Siapa saja boleh bergabung untuk belajar bersama. Bukan langkah mudah karena ia mendapat banyak tentangan dari orang-orang yang menganggap apa yang dilakukannya buang waktu dan tenaga. Untuk apa mengajak orang-orang yang putus sekolah untuk belajar lagi? Apa manfaatnya? Toh, nasib mereka takkan berubah. Mereka akan tetap miskin dan bodoh. Belum lagi, para orangtua tak memercayai ketulusan Surya dkk untuk mengajar anak-anak dengan gratis. Mereka khawatir, kegiatan belajar ini akan berhenti di tengah jalan seperti kegiatan sebelumnya.

Baca Juga: Reny Mengungkai Buta Huruf Suku Anak Dalam

Tapi, Surya tak memedulikan pendapat miring orang-orang itu. Ia berkolaborasi dengan DKM Masjid di sekitar Ulujadi untuk memperkenalkan program belajar yang ia baru dirikan ini. Angkatan pertama, cukup menggembirakan. Ada 20 remaja putus sekolah yang bergabung untuk belajar. Saat itu, Surya dibantu empat guru yang punya keprihatinan yang sama dengannya. Mereka semua meluangkan waktu untuk mengajar anak-anak tanpa digaji.

Banyak rintangan membentang, tapi Surya dan kawan-kawan tetap mendedikasikan waktunya untuk mengajar orang-orang yang bersemangat untuk belajar. Tahun 2013, lembaga pendidikan berbasis komunitas kampung pun terbentuk. Namanya PKBM Khatulistiwa berlokasi di Jalan Cemara, Palu. Di tempat sederhana inilah, masyarakat Ulujadi bisa belajar tanpa memikirkan biaya pendidikan. PKBM Khatulistiwa pun terkenal sebagai sekolah non formal yang tidak memungut biaya sama sekali di Palu.

Kegiatan belajar mereka menggunakan sistem paket modul. Setiap siswa akan mengambil paket modul yang ingin ia pelajar. Kegiatan belajar dilakukan dua hari dalam seminggu yaitu Sabtu dan Minggu. Selan belajar dengan modul, Surya dkk memberikan kegiatan untuk meningkatkan keterampilan mereka seperti belajar bahasa Inggris dan komputer.

Kegiatan Surya mendapat perhatian dari beberapa dinas terkait di Kota Palu seperti Dinas Pendidikan. Mereka membantu kegiatan Surya sehingga lebih ringan dijalani.

Surya Dharma, Pejuang Pendidikan dari Palu

Tahun 2018, lulusan program ini mencapai 300 orang. Yang menggembirakan, sebagian besar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Kualitas hidup para peserta didik yang lulus program ini lebih meningkat. Mereka bisa hidup lebih layak karena dibekali pendidikan dasar.

September 2018, Palu mendapat cobaan dahsyat. Gempa dan tsunami mengguncang kota ini. Syukurlah, bangunan PKBM tidak terdampak padahal lokasinya tak jauh dari kejadian likuifaksi di Balaroa. Tapi, proses belajar otomatis terhenti karena semua orang sibuk menata kehidupan masing-masing. Para murid banyak yang keluar dari Palu. Bahkan hilang kontak.

Baca Juga: Dari Daerah Rawan Narkoba, Jadi Kampung Literasi

Perlahan, PKBM Khatulistiwa bangkit dan menata diri. Mereka mulai dari awal. Berkolaborasi dengan pihak kelurahan mengenalkan kembali sekolah non formal gratis mereka. Perlahan, murid-murid kembali. Kegiatan belajar dan mengajar pun kembali aktif. Sungguh membahagiakan bagi Surya dan kawan-kawan relawan guru.

Saat pandemi, PKBM Khatulistiwa mengadopsi sistem pembelajaran online dan mulai membuka tiga titik belajar agar lebih menjangkau banyak peserta yang terkendala jarak di Palu Bara, Palu Timur, dan Palu Utara. Hingga tahun 2022 jumlah anak didik satu angkatan adalah 200 orang dengan 15 relawan pengajar termasuk Surya. 

Karena itulah, Surya yang meraih Satu Indonesia Award bidang pendidikan tahun 2018 karena telah menjadi Pejuang Pendidikan Wajib Belajar 12 Tahun ini terus mendorong generasi muda yang memiliki kemampuan apa saja apakah itu di bidang akademik atau non akademik, untuk berbagi apa yang ia miliki dengan lingkungan sekitarnya. Mari maju bersama-sama. 

Sumber Foto: Facebook Surya Dharma

 

 

Dewi Rieka

Seorang penulis buku, blogger dan suka berbagi ilmu menulis di Ruang Aksara

1 Comments

  1. Salut banget sama upaya dan kiprah pak Surya Dharma dalam membuat program tuntas belajar bagi anak-anak putus sekolah. Tak terbayang apabila tidak ada beliau dan inisiatifnya yang amat mulia. Padahal pendidikan bisa memperbaikin kondisi setiap orang selama ia punya kemauan keras dan ada basic buat berjuang mencari rezeki setelah lulus.

    Keren banget akhirnya PKBM Khatulistiwa bisa membantu banyak anak. Pastilah berdampak baik bagi kehifupan mereka. Salut dan salam hormat terhadap beliau.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post