Priska Yeniriatno, seorang perempuan
dengan naluri seni yang kental. Mimpinya, ingin masuk kuliah seni. Tapi,
keinginan itu ditentang oleh orangtuanya yang khawatir akan masa depan Priska jika
kuliah seni. Ya, kita tahu seni di Indonesia kebanyakan belum mampu menopang hidup
seseorang untuk mandiri. Perempuan kelahiran Singkawang 23 Januari 1988 ini pun banting setir dan memilih kuliah Akuntansi
di Yogya.
Tapi, ia tak menyerah pada
mimpinya. Sebagai mahasiswa perantau asal Singkawang di Yogya, ia menyempatkan
diri belajar membatik disela kegiatannya kuliah.
Baca Juga: Aplikasi Penjualan Merchant BCA
Priska Yeniriatno Pelestari Batik Singkawang (Foto: Tribun Pontianak) |
Kesempatan merantau ia manfaatkan
tak hanya untuk kuliah, tapi juga menimba ilmu di bidang seni yang dicintainya.
Ia juga mempelajari bagaimana proses produksi menyeluruh dan juga teknik
pemasaran sanggar batik di Yogya. Ia jadi tahu bedanya batik tulis dan batik
cetak.
Baca Juga: Membangun Brand Awareness
Tak disangka, kegiatan belajar
membatik untuk mengisi waktu luang di perantauan menjadi keahlian yang menopangnya
saat terpuruk dan berada di titik terbawah kehidupannya.
Saat lulus kuliah, ia pulang ke
kampung halamannya dan bekerja sebagai staf akunting. Ia juga membuka butik dan
menjadi pengusaha. Pekerjaannya mentereng, tapi tak membuatnya bahagia. Ia
memutuskan berhenti bekerja, menutup butiknya, dan memulihkan diri dari stres
yang diidapnya.
Motif batik buatan Priska (Foto: Pontianak Post) |
Untuk healing, Priska kembali membatik, kegiatan favoritnya saat kuliah. Saat membatik, Priska merasa damai dan bahagia. Ia bertanya-tanya, sebenarnya apa passionnya? Pekerjaan apa yang membuatnya bahagia?
Ya, saat membatik ia bahagia sekali. Serasa seluruh beban dan rasa khawatir yang diidapnya terangkat. Priska lalu melakukan riset pasar. Singkawang adalah daerah yang unik dan memiliki masyarakat dengan etnis beragam. Gadis berdarah Sunda dan Jawa ini melakukan riset kecil-kecilan tentang batik Singkawang yang unik.
Titik balik kehidupannya berawal tahun 2013. Bermodal tabungan dan pinjaman orangtua, Priska membeli sebuah rumah dan mendirikan rumah batik di tengah kota SIngkawang.
Priska mengajak para ibu untuk belajar membatik dari 0. Ibu-ibu yang dibimbingnya tak punya pengalaman sama sekali tentang membatik. Priska dengan sabar membimbing mereka agar bisa menghasilkan karya yang indah dan rapi. Dari 28 peserta, hanya 8 ibu saja yang berhasil lulus kelas membatiknya. Ya, membatik memang tak mudah dan tak semua orang bisa melakukannya.
Baca Juga: Mulai Bisnismu Sendiri
Di rumah batik inilah, ia berkreasi dengan berbagai motif batik kontemporer khas Singkawang. Seperti motif patung tradisional yang banyak ditemui di Singkawang, serta berbagai bentuk yang menggambarkan Singkawang, kota yang dicintainya.
Tak disangka, desain Batik Singkawang kontemporer karyanya diminati masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Singkawang. Priska makin bersemangat mendesain berbagai motif batik cantik dan unik dengan dibantu para perajin yang mewujudkan idenya di selembar kain putih polos.
Di tengah perjalanan, Priska bertemu teman-teman sevisi yang juga ingin mengembangkan potensi batik Singkawang. Bersama-sama, mereka mendirikan Galeri Workshop Kote Singkawang. Konsep Kote Singkawang ini adalah desa wisata. Di mana para pengunjung dan wisatawan bisa berkunjung ke sana tak hanya untuk membeli batik tapi juga merasakan pengalaman belajar membatik dari awal hingga selesai. Pengalaman yang berharga dan menarik bagi masyarakat. Priska memproduksi batik tulis dan juga batik cetak.
Kote Singkawang tak hanya menjual
batik cantik saja, tapi juga memiliki tujuan memberdayakan masyarakat sekitar. Priska
dan teman-teman bahkan tak segan berkeliling Kalimantan Barat untuk membagikan
keahliannya membatik untuk orang-orang di berbagai kalangan. Mulai dari
mahasiswa, ibu rumah tangga hingga anak berkebutuhan khusus di SLB.
Tak hanya itu, banyak anak muda
juga yang bergabung dengan Priska. Seperti Juhdi yang suka seni dan menggambar.
Bergabung menjadi anak didik Priska di sanggarnya, membuatnya bisa menyalurkan
hobinya menggambar. Juhdi bahkan bisa merintis usahanya membatik di sepatu kets yang
kini banyak dilirik anak muda.
Tahun 2017, sarjana lulusan Universitas Atmajaya Yogya ini meraih
penghargaan Satu Indonesia Award bidang UMKM tingkat provinsi lewat kegiatannya
Galeri Workshop Kote Singkawang. Berkat kolaborasinya dengan Astra, Priska dan
teman-teman akhirnya berhasil mendirikan tiga kawasan batik yang dikenal sebagai
Kampung Ragam Corak Singkawang di Nyarumbkop, Cirau dan Cisadane. Tak disangka,
pada tahun 2021 ketiga kampung wisata tersebut masuk menjadi Desa Sejahtera
Astra 2021 yang mampu mengangkat taraf hidup masyarakat di desanya.