Dear Teman,
Kalian pernah mendengar atau mencicipi
buah lahung yang sejenis durian merah? Atau buah limpasu yang bentuknya seperti
mangga tapi rasanya mirip kedondong? Atau buah kacai, buah yang berduri, berkulit kuning
serta rasanya mirip labu?
Hanif Wicaksono, seorang ASN BKKBN akhirnya tertarik dengan buah-buah langka di #HutanKitaSultan di Kalimantan saat pindah ke sana bertahun-tahun lalu. Untuk pertama kalinya seumur hidup ia melihat buah-buah unik yang tak pernah ditemuinya di pulau Jawa.
!a pun bertanya para warga setempat dan prihatin ketika menemukan kenyataan bahwa tak banyak orang yang kenal buah-buahan yang ditemukannya di hutan. Mengapa penduduk asli tak mengenal kekayaannya alamnya sendiri? Batinnya bergejolak.
Peraih kalpataru 2019 itu semakin resah karena melihat buah-buahan unik ini perlahan mulai punah dan jadi langka. Penyebabnya, adalah kerusakan hutan yang makin meningkat dari waktu ke waktu. Ia khawatir, beberapa tahun ke depan anak cucunya tak mengenal lagi berbagai kekayaan alam berupa tanaman dan buah-buahan karena terlanjur punah.
Petualangan Seru Pun Dimulai
Akhirnya, terbersit ide di benak Hanif untuk mengumpulkan informasi tentang buah-buahan yang ditemukannya saat menjelajah hutan. Ya, untuk koleksi pribadi saja. Jika menemukan suatu pohon, ia akan mengumpulkan informasi dari warga sekitar hutan. Hanif akan memotret pohon dan buahnya. Sepulang menjelajah, ia akan berdiskusi dengan para ahli tanaman, ahli taksonomi di grup yang diikutinya di internet tentang buah tersebut.
Saat menjelajah sendirian, ia pernah tersesat dan kelaparan di hutan. Ia mencoba makan buah yang ia temui dan ternyata buahnya beracun! Lidahnya mati rasa selama tiga hari. Untungnya, lidahnya bisa normal seperti sediakala setelah tiga hari.
Baca Juga: Lempok Durian Oleh-Oleh Pontianak
Memulai Konservasi Hutan
Melihat situasi saat ini di mana hutan semakin banyak dibabat dan dijadikan lahan kebun kelapa sawit. Dibakar oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Hanif khawatir suatu saat buah-buah unik yang pernah ia temukan dan cicipi akan berangsur punah.
Karena itu, ia pun berinisiatif menyisihkan pendapatannya untuk mendirikan Kelompok Usaha Tunas Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Lelaki yang kini menetap di Kandangan itu mengajak anak muda dan warga masyarakat untuk ikut serta dalam program Tunas Meratus yang kegiatannya adalah konservasi, mendokumentasikan serta membudidayakan buah langka ini.
Setiap menjelajah, ia mengumpulkan biji dari pohon buah yang ditemuinya dalam hutan. Atau, ia mencari mata tunas pohon itu. Ada juga yang hasil cangkokan tapi Hanif lebih memilih membawa pulang bijinya karena lebih mudah dibawa, gampang beradaptasi dan bisa sekalian untuk bahan observasi sepulang dari hutan. Salut banget ya dengan keuletan Hanif untuk menjaga kelestarian buah-buah unik di Kalimantan. Walaupun kalian tak bisa ikut menjelajah hutan, mendokumentasikan berbagai hasil hutan atau membudidayakan tanaman hutan seperti Hanif kalian juga bisa berkontribusi lho untuk melestarikan hutan dan alam kita.
Bagaimana caranya? Salah satu caranya kalian bisa ikut berdonasi untuk adopsi pohon di berbagai lembaga yang peduli kelestarian lingkungan dan hutan. Kalian bisa mencari iinformasinya di internet ya. Selain itu, kalian juga bisa mulai mengonsumsi makanan ramah iklim.
Mengonsumsi Makanan Ramah Iklim
Makanan ramah iklim adalah makanan yang tidak merusak lingkungan, baik saat diproduksi maupun saat diolah. Karena itu, sebaiknya masyarakat Indonesia memperbanyak konsumsi menu nabati dan mengurangi daging merah, serta makanan olahan. Pola makan ramah iklim menganjurkan masyarakat secara sukarela mengurangi efek rumah kaca dengan memilih makanan yang baik dan menyelamatkan bumi.
Makanan sehat dan ramah iklim itu tidak harus mahal. Kita bisa menggunakan bahan makanan yang ada di sekitar kita. Sayuran pun bisa kita tanam sendiri. Masyarakat harus tepiskan gengsi dan fokus menjalani pola hidup sehat agar alam dan lingkungan hidup tetap terjaga.
Dengarkan Alam Bernyanyi
Selain itu, kamu bisa berkontribusi untuk membantu kelestarian hutan dengan mendengarkan lagu #DengarkanAlamBernyanyi yang dibawakan oleh para penyanyi bersuara emas, Trio Laleilmanino, berkolaborasi dengan HIVI!, Sheila Dara dan aktor Chicco Jerikho. Lagu yang diluncurkan saat Hari Bumi Sedunia 22 April 2022 ini. Lirik lagunya menyentuh dan mengajak kita untuk lebih menyayangi hutan dan seisinya.
Hijau biru di bumi
Merintih ingin kau kembali
Sang pencipta lagu, Nino dari Trip Laleilmanino mengaku mendapat inspirasi menulis lagu ini saat mengunjungi Hutan Wisata Situ Gunung, Sukabumi. Suasana hutan yang hening dan nyaman membuatnya mendapat banyak inspirasi #UntukmuBumiku.
Semakin banyak kamu dengarkan lagu ini di Spotify, Youtube atau Apple Music berarti semakin banyak royalti yang masuk untuk membantu pelestarian hutan Indonesia. Wow. Jadi, masukkan lagu Dengarkan Alam Bernyanyi ini di playlist song-mu ya! Yuk, kita jadi #TeamUpForImpact dengan menjaga kelestarian hutan Indonesia bersama-sama.
Eh unik, ya, itu ada durian versi kecil yang lebih praktis nih makannya. Jadi pengin nyoba, buat pencinta durian wajib tahu, nih. Buah di unik dan beragam, ya. Kalau kayak gini perlu jaga hutan agar tetap lestari. Terima kasih informasinya!
ReplyDeletewah aku belum pernah coba buahnya, menarik dan kelihatan enak :9
ReplyDeleteDurian yang model diatas memang langka. Tapi pernah saya liat di beberapa pasar traidisonal disini. Setelah baca tulisan mbak Rieke ini, jadi pengen coba kalau ada liat yang jualan lagi.
ReplyDelete