Dear Teman,
Hari mingguku sangat bergizi nih karena aku menghadiri Webinar yang diadakan Omar Niode Foundation yaitu Talkshow Makanan Ramah Iklim dan Peluncuran E-Book Memilih Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo. Tema menarik soal makanan ramah iklim ini dimoderatori oleh Noni Zara. Makanya aku antusias ingin mengikuti acaranya.
Baca Juga: Hanif Pelindung Buah Borneo
Masakan Tuna Balarica dari Gorontalo (Foto: IG Olamita) |
Hm, sebenarnya apa itu makanan ramah iklim?
Menurut Ibu Amanda Katili aktivis dari Climate Reality Indonesia, kerusakan lingkungan bumi sudah sangat parah. 51.6 juta warga di dunia terdampak bencana. Hal ini disebabkan karena aktivitas manusia yang berlebihan telah merusak bumi mulai dari pembakaran batubara, proses produksi berlebihan, dan lainnya. Krisis iklim ini bisa mengakibatkan krisis pangan dan ancaman bahaya kelaparan. Padahal makanan adalah sumber penghidupan kita.
Makanan ramah iklim adalah makanan yang tidak merusak lingkungan kita baik saat diproduksi juga saat pengolahannya. Karena itu, sebaiknya masyarakat Indonesia memperbanyak konsumsi menu nabati dan mengurangi makan daging karena peternakan dan proses pengolahan daging banyak menghasilkan gas metan yang merusak lingkungan.
1. Menghemat
energi dan air. Mandi jangan lama-lama dan gunakan shower agar lebih hemat.
2. Perbanyak
menanam tanaman yang tahan krisis.
3. Mengolah
masakan rumahan serta menjaga tradisi kuliner lokal.
4. Menghindari
limbah pangan.
5. Dukung
petani dan nelayan.
6. Juga
menghindari penggunaan plastik berlebihan.
7. Budayakan daur ulang.
Nia Ricky Aziman, Ketua Sobat
Budaya
Pembicara berikutnya adalah Nia Ricky Aziman Ketua Sobat Budaya yang membangun perpustakaan digital untuk mengumpulkan kekayaan kuliner Indonesia. Kalian bisa membaca berbagai informasi menarik seputar kuliner Nusantara di budaya-indonesia.org. Sudah ada sekitar 30.000 kuliner Nusantara di dalam perpustakaan digital ini. Wow, banyak juga, ya.
Baca Juga: 5 Menu Khas Makassar
Perpustakaan digital ini menarik banget untuk kita ubek-ubek agar paham betapa kayanya kuliner Indonesia. Di web ini banyak info menarik misalnya kita bisa lihat pemetaan bumbu apa yang banyak dipakai di Indonesia, sambal apa yang paling digemari dan lainnya. Terus, ada banyak resep kuliner Nusantara.
Menurut Nia, solusi mengurangi plastik sebenarnya sudah ada dalam tradisi budaya Indonesia seperti penggunaan daun pisang, daun pinang, pemakaian besek untuk kemasan makanan. Mungkin bisa jadi solusi untuk kita mengurangi sampah plastik di Indonesia ya. Kembali ke alam.
Zahra Khan, Penyusun Buku Memilih
Makanan Ramah Iklim +39 Resep Gorontalo
Pembicara ketiga adalah Zahra
Khan pelaku UMKM dari Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bersama Bu Amanda Katili, ia adalah penyusun e-book kuliner +39 Resep
Gorontalo Makanan Ramah Iklim yang diluncurkan hari ini. Sebagai pengusaha UMKM
Kuliner, ia memiliki spesialisasi masakan khas Gorontalo.
Masakan khas Gorontalo memiliki
ciri khas tertentu yaitu basisnya ikan dan sayuran yang ada di sekitar mereka misalnya
jantung pisang, kembang pepaya dan dinikmati dengan ikan. Orang Gorontalo
sangat gemar makan ikan karena tinggal di sekitar Teluk Tomini yang melimpah
hasil lautnya. Tak heran, bagi orang Gorontalo jika tak makan ikan, namanya
bukan makan. Hehe.
Makanan khas Gorontalo sangat beragam, ada kemiripan dengan daerah lain seperti Manado tapi ada ciri khas sendiri dan lewat buku ini Zahra ingin berbicara tentang makanan dan budaya Gorontalo. Makanan sehat dan ramah iklim itu tidak harus mahal, tepiskan gengsi dan fokus menjalani pola hidup sehat. Biar alam dan lingkungan kita juga terjaga.
Menu yang ia masukkan dalam buku
adalah menu yang biasa ia masak sehari-hari bersama mertuanya. Bahannya mudah
didapatkan di sekitar rumah bahkan sayurannya ia petik di halaman. Ia usahakan
menu yang ia masukkan ini mudah dimasak dan bahannya tidak sulit ditemukan di
daerah lain. Jika bahannya tidak ada, bisa diganti bahan lain yang tak kalah
enak. Misalnya, untuk bahan ikan dalam masakan Ilepa’o bisa diganti dengan jantung pisang.
Popolulu camilan manis dari Gorontalo (Foto: IG Olamita) |
Menurut Zahra, makanan Gorontalo yang asli pengolahannya kebanyakan tidak digoreng tapi dibakar atau direbus sebentar sehingga lebih ramah iklim. Misalnya masakan Bilenthango yang digoreng dengan sedikit minyak karena dimasak beralaskan daun pisang.
Kegiatan rutin Zahra setiap
minggu adalah mengelola Pasar Seni Warga. Ia mengajak para warga sekitar
untuk berjualan di pasar hutan bambu. Konsep pasarnya mirip Pasar Papringan di Temanggung Pasar ini tidak menggunakan transaksi uang tapi keping tempurung, tidak
memakai kantong plastik jadi pengunjung wajib membawa kotak makan sendiri dari
rumah. Hebatnya, pengunjung kompak dan disiplin mematuhi aturan pasar demi
terjaganya kelestarian lingkungan.
Pakar Kuliner William Wongso
Pakar kuliner William Wongso
menyambut gembira peluncuran buku Memilih Makanan Ramah Iklim 39+ Resep
Gorontalo karena jika makanan berakhir pada tradisi saja yaitu dimakan, tapi
tidak diabadikan dalam buku, bisa-bisa anak Gorontalo yang merantau di luar
daerahnya tak akan kenal lagi kuliner khas karena susah didapat.
Buku Pak Wongso yang berjudul Flavors of Indonesia atau Cita Rasa Indonesia menarik perhatian dunia karena penceritaan atau story telling yang menarik. Ia menceritakan latar belakang dan budaya dibalik 24 resep makanan Nusantara. Buku ini meraih juara internasional di ajang lomba kuliner bergengsi, lho.
Buku Flavors of Indonesia karya Pak William Wongso |
Dessert Nusantara dengan tampilan mewah |
Sayur Kenikir ala Pak William Wongso |
Masakan Indonesia tampil mewah |
Bang Ihsan dari Restoran Olamita
Gorontalo
Terakhir, hadir pula Bang Ihsan
dari Olamita Gorontalo yang berbagi tentang bisnisnya restoran masakan Gorontalo
di Jalan H. Abdullah Syafii, Tebet Jakarta. Menu andalannya antara lain Tuna
Bala Rica, Nasi Kuning Cakalang, Kangkung Bunga Pepaya, Popolulu, dan Sabongi. Dibuka
pada tahun 2016, awalnya pangsa pasarnya adalah orang Gorontalo yang tinggal di
Jabodetabek. Tapi, sekarang pencinta masakan Olamita sekitar 70% bukan berasal dari
Gorontalo. Hal ini menunjukkan bahwa masakan Gorontalo semakin diterima
masyarakat.
Binthe Biluhuta dari Olamita Gorontalo |
suka banget sama olahan ikan di Gorontalo, apalagi sambalnya yang mantap banget deh buat dikonsumsi, sedaap
ReplyDeleteduh itu bisaan banget Pak William Wongso ya presentasi masakan Indonesia jadi sedemikian elegan, tapi aku mah tetep suka penampakan aslinya deh klo masakan Indonesia mah. Lebih mengundang selera, apalagi kuliner khas daerah termasuk gorontalo
ReplyDeleteMbaaa, akupun kemarin ikutan webinar ini, dan terinspirasi bangeetttt untuk berusaha konsumsi makanan ramah iklim.
ReplyDeleteBISMILLAH. Semoga bisa!
Wow..ada ya makanan ramah iklim..hehe ternyata penting banget ..karena dampaknya bisa kemana-mana ya..
ReplyDeleteBaru tahu ada masakan ramah iklim. Sayapun saat mengolah makanan pinginnya yang simple dan enggak terlalu lama diproduksi. Contohnya gurame kuning, aku masukin aja tuh ikan gurame di bumbu yang sudah ditumis dan diberi air, lalu guramenya kumasak sebentar sampai matang. Gak digoreng dan masaknya cepet sekali. Itu Nasi kuning disandingkan dengan daging ya, Mbak? look yummy dan cantik banget
ReplyDeleteKalo lagi main ke daerah tertentu, biasanya saya menyasar kuliner pasar tradisional/malam setempat. Dijamin puas 😄
ReplyDeleteSelain ramah iklim, menu2 diatas juga jauh lebih sehat ya mbak :) Ngiler de liat tampilan dessert nusantara tapi mevvah bangetttt
ReplyDeleteWah asik nih ada berbagai menu makanan yang ramah iklim. Di daerahku juga sebenarnya banyak menu yang dipanggang/ bakar & direbus atau dikukus. Rasanya pun lebih enak sebenarnya daripada digoreng.
ReplyDeleteWah, info yang menarik banget bagiku nih. Sejujurnya aku sedang suka belajar tentang makanan. Hmm. Baru tahu istilah makanan ramh iklim.
ReplyDeleteBTW pakai faun pisang utk bungkus makanan memang nambah sedap aroma. Taoiii sekarang kok jarang ya daun pisang.
Di budaya-indonesia.org sudah ada 30 ribu resep kuliner nusantara, dan masih ada puluhan ribu lagi yang belum di submit.
ReplyDeleteWow.... terus aku berkaca pada diri sendiri. Menghitung dengan jari, masakan apa saja yang aku bisa masaknya. Duh, harus banyak belajar masak aneka kuliner nusantara ini, terutama menu yang ramah iklim
wah ternyata cara menjaga lingkungan bisa dimulai dari memilih makanan ya mbak
ReplyDeleteharus beralih ke makanan ramah iklim nih
menarik juga ya jadi tau banyak informasi tentang makanan ramah iklim....well, mari kita konsumsi banyak nabati
ReplyDeleteaku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Tuna Balarica :D
ReplyDeleteSebagai orang yang seneng makan, saya baru tau bahwa ada yang namanya makanan ramah iklim, dan itu gambar ikannya menggiurkan sekali
ReplyDeleteWebinar yang bikin lapar dan ngiler
ReplyDeleteLihatlihat plattingnya chef William Wongso aku takjub
Binte biluhuta yang biasa aku makan pakai mangkok, di sana tampak artistik
Begitu juga makanan-makanan lainnya
baru tau klo makanan juga bisa ramah iklim dari webinar ini
ReplyDeleteKesukaan aku banget menu ikan apalagi pakai bumbu kaya gini. Ternyata ada ya jenis makanan ramah iklim, jadi gak merusak lingkungan gitu ya
ReplyDeleteSudah seharusnya nih Mba kita beralih ke makanan ramah iklim. Karena daging dna telur itu sebetulnya memang penyumbang perubahan iklim.
ReplyDeleteIya.. Indonesia tuh kaya banget sama kulinernya, krn kita punya banyak suku daerah. Dan masing2 suku punya puluhan makanan tradisional. Gimana ga banyak coba. Btw itu popolulu kayak takoyaki ya?
ReplyDeleteAku baru tahu banget kalau ada makanan ramah iklim seperti ini dan baru ngerti juga
ReplyDeletewah iya baru kepikiran nih tentang makanan ramah iklm iniiii., kayanya abis baca postingan ini bakal jadi mikirn tentang detail tiap makanan yang aku makan nih.. Semoga makin banyak ya yang terinspirasi untuk membuat makanan ramah iklim iniiii..
ReplyDeleteLebih mudah didapat dan. Pastinya banyak di Indonesia yang kaya ini ya mba
ReplyDeleteWuooo... menunya menantang banget Mba... ndak sabar pengen icip sekaligus jaga lingkungan...
ReplyDeleteSelain ramah lingkungan, makanan kyk makanan Gorontalo yg kebanyakan direbus jg sehat ya? Cocok buat yg mau diet2 dan menghindari minyak.
ReplyDeleteKepoh sama rumah makan Olamita, kalau gak covid udah cus ke sana deh :D
Waah...ini insight baru buat aku.
ReplyDeleteAda makanan yan ramah iklim. Perlu belajar gizi tuh...gini pentingnya yaa...
Belanja ide memasak dulu..
Jadi laper deh lihat foto makanan apalagi mostly dibakar gitu yang tidak lain kesukaanku
ReplyDeleteAh, besok bikin Binte ah...
Kalau yang masak sudah pakarnya, menu sederhana platingnya luar biasa, jadinya istimewa ya mbk. Sekarang udah banyak makanan yang packagingnya dari besek, mulai dari makanan sampai souvenir
ReplyDeleteAku salutt sama platingnya Pak William Wongso, bisa nyulap masakan khas Indonesia jadi cantik gitu ala fine dining.
ReplyDeleteDari sekian banyak masakan Gorontalo, baru pernah coba masak Binte Huluhuta. Gara-gara suami ngga mau dimasukin jagung dalam sup.
Setelah tahu rasanya Binte Buluhuta, pak suami nagih. Hihi
Emang enak masakan khas Gorontalo itu.
Kitchens are the first makers’ fab labs, where experimenting science and expressing responsibility towards climate change through food choices.
ReplyDeleteI trust
that in a near future, people will be more and more aware of the opportunity to vote with their wallet and with the food they choose because a radical change is needed to achieve a better balance between humankind and nature.
berharga banget bukunya terimakasih banyak Dedew ^^
Wah ada binthe bilahuta. Aku pengen banget makan makanan ini sayangnya di Jogja ga ada yang jual
ReplyDelete