Dear Temans,
Apa yang kalian
rasakan setelah tiga bulan stay at home karena pandemi corona?
Mungkin ada yang merasa biasa-biasa saja, merasa menjalani hari-hari dengan apa adanya. Tapi, ada juga yang mulai merasa stres, mudah tersinggung, sakit kepala, susah makan dan gejala lainnya.
Bagaimanapun perasaan kita terhadap corona ini mungkin saja kita kurang menyadari bahwa kita sebenarnya mengalami gejala stres! Karena gejala stres pada setiap orang dan cara menghadapinya atau coping bisa berbeda-beda. Jadi, kita harus mengenali gejala stres yang terjadi pada diri kita.
Alhamdulillah, beberapa waktu lalu aku diajak saudaraku tercinta Kak Eryvia Maronie, blogger hits dari Makassar untuk mengikuti kelas Manajemen Stres yang diadakan secara online oleh Insight Indonesia sebuah lembaga konsultan ternama yang berkantor di Makassar. Awalnya, aku ragu karena aku bukan pengguna Zoom dan selama ini belum tertarik untuk ikut menggunakannya.
Tapi, selalu ada
yang pertama untuk suatu hal bukan? Dan sesi kelas Manajemen Stres ini terlalu
sayang untuk dilewatkan. Ada banyak pertanyaan pula yang ingin kutanyakan pada
ahlinya. Terutama masalah makan ini. Bismillah, akhirnya aku instal Zoom deh di
ponselku, hehe. Siap-siap mencari ilmu!
Alhamdulillah,
keputusanku saat itu tepat sekali.
Para peserta Kelas Manajemen Stres |
Menurut Kak
Ochi, setiap perubahan yang terjadi di dalam hidup kita rentan mengakibatkan
stres. Apakah itu pindah sekolah, pindah kantor, ada keluarga yang sakit, atau
kita resign sebagai pekerja kantoran dan jadi ibu rumah tangga. Termasuk
ketika pandemi corona ini melanda, semua orang merasakan perubahan drastis dan
rentan mengalami stres.
Walaupun sama-sama mengalami stres, setiap orang memiliki mekanisme pertahanan diri yang berbeda dalam mengatasi stres yang mereka rasakan. Setiap orang punya cara tersendiri menghadapi atau stress coping. Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stres ini. Ada yang menulis cerita, ada yang jadi rajin masak, mengobrol hingga berolahraga dengan giat. Semua sah-sah saja dilakukan asal positif, ya.
Jadi, cara
menghadapi stres ada dua, adaptif dan maladaptif.
Adaptif jika ada upaya yang efektif dalam mengatasi sumber stres dan dapat membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Contohnya self help, approach, accommodation.
Jika cara kita menghadapi stres misalnya kita menjadi lebih produktif berkarya seperti aku dulu saat patah hati berhasil menghasilkan ratusan puisi dalam beberapa hari. Mungkin ini yang disebut adaptif ya? Wkwkwk. Mengarahkan stres menjadi kegiatan yang positif seperti membersihkan rumah dan masak-masak,
Kegiatan menulis dan membaca juga bagus untuk relaksasi |
Tapi, berbahaya apabila jika cara coping stres kita menimbulkan masalah baru dan hal negatif lainnya. Misalnya kita menjadi takut berlebihan, mudah tersinggung, penyangkalan, menghukum diri sendiri, hingga makan berlebihan! Hal ini termasuk menghadapi stres secara maladaptif.
Nah, terjawab sudah mengapa aku jadi banyak makan selama pandemi, hehe. Aku mulai stres, Temans! Menurut Kak Ochi, kemungkinan inilah caraku coping stres yang melanda, makan banyak. Hiks. Padahal, dengan makan banyak masalah baru akan kuhadapi misalnya bisa sakit, kelebihan berat badan dan rasa percaya diri turun. Fatal, kan?
Tapi, aku tidak
sendirian. Karena 1 dari 3 orang menghadapi stresnya secara maladaptif. Hiks. Coping
stres negatif juga dirasakan oleh seorang peserta, Kak Audy. Jika stres ia
jadi semakin pendiam dan menutup diri. Bahkan banyak makan hingga berat
badannya naik drastis dan membuatnya semakin stres.
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi cara seseorang menghadapi stres:
Pertama,
karakter seseorang. Orang yang over thinking, istilah Kak Ochi la’bu
ya kalau Bahasa Makassar, segala sesuatunya dipikirkan dan dibahas panjang
lebar, biasanya lebih rentan menghadapi stres daripada yang memiliki kecerdasan
emosi bagus. Orang yang karakternya santai biasanya lebih mampu menghadapi
stres.
Kedua, adanya support
system. Jika kita memiliki support system yang baik maka kita lebih
mudah menghadapi stres. Misalnya ada suami atau sahabat yang selalu siaga
mendengarkan curhat kita. Hal itu meringankan beban kita sehingga stres menjauh
dari kita.
Ketiga, kondisi
budaya masyarakat. Misalnya di masa pandemi corona ini orang-orang sekeliling
kita tidak patuh protokol kesehatan, maka kita yang patuh akan lebih mudah kena
stres karena tidak sabar menghadapi orang-orang yang bebal.
Pada sesi
selanjutnya, diadakan diskusi secara berkelompok, kami dibagi menjadi tiga
kelompok kecil. Dalam kelompokku ada lima orang yaitu aku, Kak Ery, Bunda Yuli,
Mbak Cici Desri, Kak Audy. Kami dipandu oleh Kak Jihan Affandi. Kami berdiskusi
dengan akrab dan terbuka.
Mengapa kita
memerlukan manajemen stres?
Ya, kita tahu karena corona, semua orang rentan mengalami stres. Untuk itu, manajemen stres menjadi penting untuk dibahas demi ketenangan hidup kita ya. Menurut Kak Ery, stres itu menular. Jika mama stres maka anggota keluarga lain bisa ikut-ikutan stres. Jadinya, stres berantai dan jadi lingkaran setan ya, hehe. Karena itulah, menurut Kak Ery manajemen stres sangat ia butuhkan saat ini. Bagaimana mengelola stres yang ia rasakan agar hidupnya lebih tenang dan bahagia.
Nonton Drakor jadi hiburan anti stres |
Saat ditanya apa
saja cara kami menghadapi stres yang melanda saat stay at home karena
corona ini, kelima peserta memberikan jawaban yang berbeda. Hal ini membantuku
mendapat ide bagaimana mengatasi stres dengan cara positif.
Kak Ery
mengatasi stres yang ia rasakan dengan menyibukkan diri dengan hal positif. Hal
ini membuat pikirannya lebih tenang dan tidak terbebani hal-hal yang tidak
penting. Selama stay at home, Kak Ery giat mengikuti berbagai kelas online
untuk menambah ilmu. Ia pun mendapat ide untuk membuat Live Instagram
secara rutin dan mengundang narasumber yang kompeten untuk ngobrol. Salah
satunya adalah perencana keuangan beken, Safir Senduk. Keren ya, Kak Ery!
Bunda Yuli
senang karena anak-anaknya berkumpul di rumah karena harus stay at home.
Ia pun menjadi sibuk menyusun menu masakan dan camilan dan memasak untuk
anak-anak. Hal ini membuatnya sibuk dan produktif.
Kak Audy selama ini sering merasa blank. Ia sadar salatnya masih bolong-bolong dan merasa hampa. Mungkin karena ia tidak dekat pada Allah. Untuk itu, ia berusaha meningkatkan ibadahnya agar lebih dekat pada Allah dan lebih tenang. Kak Audy juga mulai berolahraga dengan rutin, tidak sekadar wacana. Kedua cara ini cukup berhasil baginya. Ia merasa lebih nyaman, blank berkurang, ia kini bisa tidur nyenyak. Alhamdulillah.
Menurut Kak Jihan, orang mengatasi stres salah satunya dengan meningkatkan
spiritualitas kita. Kita berusaha mendekatkan diri pada Tuhan. Inilah coping
stres tertinggi, kembali ke fitrah manusia yaitu kita adalah makhluk Allah.
Kesadaran baru apa yang dirasakan setelah sharing berkelompok ini?
Ya, tak disangka
aku dan peserta lainnya mendapat pencerahan setelah diskusi ini. Menurut Mbak
Cici, kini memahami bahwa segala sesuatu harus dipersiapkan dengan baik. Ketika
pandemi corona menghantam, kebanyakan orang tidak siap. Termasuk masalah
keuangan. Banyak yang tidak punya dana darurat dan terguncang. Untuk itu, ia
memiliki kesadaran baru sebelum badai datang, bersiap-siaplah.
Tak jauh berbeda dengan Kak Ery, ia kini memiliki kesadaran untuk hidup lebih sehat. Belajar masak dan menjaga pola hidup sehat dan melanjutkan berbagai kebiasaan baik selama corona. Sedangkan Bunda Yuli menyadari setiap orang memiliki masalah. Hanya kadarnya berbeda-beda. Apa yang ia alami tidaklah berat dibandingkan masalah orang lain karena itu ia harus lebih mensyukuri hidup dan tidak mudah mengeluh. Ia akan berdamai dengan diri sendiri dan lebih legowo dan kuat karena setiap masalah yang diberikan Allah pasti ada jalan keluarnya.
Menurut Kak
Ochi, Setiap orang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Setiap orang punya masalah, jadi janganlah merasa sendirian. Jika
kita merasa tidak bahagia, tanyakan pada diri kita. Kenapa tidak bahagia?
Ternyata, ada masalah yang perlu diurai. Jika kita sudah mengakui ada sesuatu
yang salah pada diri kita. Maka kita sudah setengah jalan menuju kesembuhan.
Rasa tidak
nyaman itu, masalah itu, kita akui dan rangkul. Itulah kebesaran Allah, kita
mendapat sinyal-sinyal rasa seperti sedih, cemburu, lelah, marah, dan
sebagainya. Perasaan negatif itu timbul bukan untuk hal buruk tapi pertanda
kita untuk memperbaiki diri.
Misalnya kita cemburu pada suami, bukannya kita mengamuk dan menangis berkepanjangan, tapi bagaimana kita mengalihkan energi negatif ini dengan mempercantik diri, misalnya. Perbaiki mindset kita karena hal ini akan berpengaruh besar pada jalan hidup kita.
Alihkan stres
pada hal-hal positif seperti menyikat kamar mandi, mempelajari hal baru, giat
bekerja, berolahraga, dan berkebun. Jangan marah-marah dan ngomel tapi alihkan
ke hal positif. Ambil hikmah dari setiap masalah, dan jangan curhat di media
sosial. Hal ini tidak bermanfaat sama sekali, malah menambah keruwetan hidup
kita.
Alhamdulillah,
senang bisa ikut kelas yang menginspirasi. Terima kasih Kak Ery atas ajakannya,
terima kasih untuk Insight Indonesia yang memberikan pencerahan padaku hari itu.
Menghadapi pandemi ini meskipun saya tetap masuk kerja dan relatif tidak mengalami stress secara langsung, namun karena anak saya yang harus di rumah mengalami stress, maka saya otomatis juga ikutan stress, mbak. Stress memikirkan anak saya yang sampai nangis karena ketakutan akan pandemi ini.
ReplyDeleteIya penting sekali mengelola stres dengan cara yang benar ya. Alhamdulillah saat ini anak saya lebih menyalurkan waktunya untuk mengikuti kajian online dan berkomunikasi dengan teman-temannya lewat VC :)
Awalnya kupikir baik-baik saja, eeeh ujug-ujug kena asam lambung yang nggak nyangka bisa separah itu... aku kaya mbak Dedew sih jadi pengennya gegoleran melulu hehe... tapi ujungnya lupa makan hihi.
ReplyDeleteJadi pengen tahu, gimana ya ngajari anak biar nggak rentan stress? Kemarin sempat ada pembahasan itu juga nggak?
ReplyDeleteMenarik sekali materinya ya mba.. Duh jadi pengen ikutan juga bila ada lagi. Sepertinya aku mulai stres juga nih..hihi..
ReplyDeleteStress management emang penting apalagi bagi orang-orang yang terbiasa sibuk lalu tiba-tiba di rumah aja pasti susah hehe semoga pandemi ini segera berakhir ya dan makasimakasih lho tips kelola stressnya...
ReplyDeleteAwal pandemi aku sempat stress deh, sampai ngemil aja kerjaanku dengan alasan agar imunitas terjaga. Trus untung aja bosen dan takut kegemukan. Akhirnya ngelirik tanaman dan order benih untuk disemai dan dijadikan kegiatan baru. Meski sebelumnya juga udah ada tanaman lain tapi kan cuma siram-siram aja, kalo menyemai dari benih dan banyak jumlahnya jadi ada kegiatan biar gak fokus mikir virus, hihiii
ReplyDeleteSEhat sehat ya mba Dew sekeluarga
Begitu banyak fenomena hidup yang bikin stress ya. Tapi kini tak khawatir lagi setelah tau cara mengelola stress
ReplyDeleteSekarang memang waktu yang benar-benar tepat untuk harus menjadi cerdas mengolah dan mengelola emosi yah bu, masa di mana-mana tekanan terjadi, semoga kita dapat melaluinya dengan upaya-upaya pengalihan yang positif tentunya. Salam kenal bu, saya Unga.
ReplyDeleteYap manusia modern pastinya ga akan lepas dari stres
ReplyDeleteDan stres ini memang kudu dikelola dgn bijak ya Mba
Intinya, mulai bersahabat dgn stres :D
Aku banget tuh Dew, maladaptif ketika mengalami stres. Segala jajanan diembat, gofood melulu tiada batas hehehee... Harus memperbaiki pola pengendalian stres yang seperti ini ya. Harus dialihkan ke hal lain yang lebih bermanfaat.
ReplyDeleteHarus WFH itu memang membuatku sedikit stres, Mba. Maklum saja karena pekerjaanku kan biasanya di lapangan, pas di rumah saja malah gatel pengin keluar, seperti ada sesuatu yang hilang, tapi untunglah ada si kecil jadi sedikit terobati stresnya. Selain itu kalau di rumah memang bawaannya pengin makan dan ngemil terus, kalau gak inget BB pasti bisa naik berkilo-kilo dalam satu bulan. 😅
ReplyDeleteStres, memang tidak dapat terhindarkan namun bisa diatasi ya, mba.
Duuuuh emang deh saat pandemi corona ini beneran stres ga bisa ke mana2 jadi kadang uring2an. Tapi lama2 jadi terbiasa ya. Suami dan anak2 suka bantu masak, bebersih rumah kini jadi makin rapi, bercengkrama dengan teman2 via zoom dll pokoknya diatasi dengan senyuman.
ReplyDeletesaat ini obat atasi stress salah satunya adlah lewat nonton drakor ya, tapi bagi saya yang paling jitu adalah saat bermain dan kumpul ama anak, stress hilang
ReplyDeleteNgedrakor jadi salah satu caraku ngilangin stres. Kita tuh memang kudu belajar management stres. Jadi gak habisin banyak tenaga dan tetap sehat jiwanya
ReplyDeleteBagi yang terbiasa mobile lalu tiba2 harus dirumah aja, kegiatannya monoton, berhadapan dengan riweuhnya anak2, kebayang banget sih pasti bikin stress. Pengalaman pribadiku sih ini mbak, jungkir balik perasaan. Harus dihadapi dengan tabah dan sadar.
ReplyDeleteTfs mbak dew 🙏
Aku baru tersadar kalau stres itu menular. Bagus bangett materinya, nih. Jadi ikut belajar manajemen stres. Btw, kapan nih patah hatinyaa? Puisinya melow2 pasti, yaaa? Hahaha
ReplyDeleteSaya pernah menghadapi kedua macam hal menghadapi stress. Yg positif saya jadi nulis blog banyak atau bilin masakan apa aja. Yg negatif pun pernah. Hampir semua org sya marahi.. xixixi.. alhamdulillah Allah kasih jalan keluarnya utk mengelola stress.
ReplyDeletePada dasarnya semua orang tu rentan stress ya mba. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalau yang adaptif seperti pas mba Dedew patah hati menghasilkan puisi ratusan dalam beberapa hari, ya bagooss..produktif banget ini mah, patut diacungi jempol :)
ReplyDeleteAwal pandemi sempat stres akutu..bukan terkait ekonomi, tapi karena ngikuti update korban covid-19 di Jakarta yang terus nambah dan nambah lagi. Jadi parno sendiri. Akhirnya kuputuskan mengurangi nonton/baca berita, scrolling sosial media...dan beralih ke coba resep masakan, ngeblog dan hal positif lainnya.
ReplyDeleteKalo pas stres larinya ke bersih bersih, masak masak.. Ini sih positif ya ahaha. Kalo larinye ke makan makan, bb naik pastinya stress bertambah. Jadinya maladatif ya mbk
ReplyDeletebener banget di tengah pandemi seperti ini emang semua itu serba nggak pasti apa lagi cari uang kan emang agak susah gitu kita harus terus happy dong
ReplyDeleteCorona ini memang banyak banget membuat orang stress. Penting banget emang untuk bisa memanajemen stress agar tidak membahayakan dam membuat semuanay menjadi semakin parah
ReplyDeleteMemang cara orang menghadapi stress beda2 ya. Kalau saya dengan makan enak. Cuma itu untuk masalah yang tidak berlangsung berkepanjangan seperti pandemi covid ini. Memang benar. Cara terbaik ya dengan pasrah dengan Ilahi ya, mohob agar diberikan solusi.
ReplyDeleteMenangani stres memang perlu di manejemen biar proses mengatasinya bukan maladaptif. Ngomong-ngomong kita sama loh di acara itu tapi tak sekelompok. Keren yah acaranya
ReplyDeleteDi masa pandemi ini memang banyak orang yang stress dengan tingkatan yang beda-beda ya, Mbak. Dan itu perlu dihadapi dengan cara yang benar. Yang paling utama sih memang kembali mendekatkan diri pada Sang Maha Segala, ya :)
ReplyDeleteSelama pandemi ini, setiap nonton berita pasti bawaannya khawatir dan pengen ngomel, tapi langsung diingetin sama anak "bunda jangan khawatir berlebihan" hihihi...
ReplyDeleteStres ini ternyata bahaya yaah..
ReplyDeleteBener yaa, kak...kalau Ibu adalah pusat kebahagiaan keluarga.
Yang penting memang kenali dahulu akar masalahnya dimana dan copingnya harus yang menambah produktifitas, bukan yang maladaptif.
Alihkan stress pada kegiatan positif. Bener banget ini loh mba. Aku ngerasain sendiri. Tp pertama dulu kesedihan itu hrs diterima. Susah soalnya kalau tidak menerima. Eh, apa sih.. Wkwk
ReplyDeletestress memangperlu dimanage dengan baik karena tidak mungkin hidup tanpa tantangan dan stress ya mba.
ReplyDeleteSetuju banget mbak, yang namanya stres harus segera diatasi, apalagi pada masa pandemi kyk gini, jangan sampai numpuk2 dan jd bom waktu ya....
ReplyDeleteBTW sharing berkelompok kira2 cocok gak ya buat orang yang intropreet hahaha introvert maksudnya? :D
kebayang sih kalo digelar offline pasti bakal lebih seru ya mba, jadi bisa saling bertatap wajah langsung.
ReplyDeletehal-hal yang bikin bahagia, stres pun menular.
ReplyDeleteAh, semoga kita bebas dari stres, paling tidak begitu si stres mendekat kita bisa mengantisipasi ya
Eryvia: Saudaraku tercinta Kak Eryvia Maronie, blogger hits dari Makassar" wah...dipuji sama tante, sanh blogger idola, jadi GR saya nih! Hihiii...
ReplyDeleteSalam sehat selalu ya, Dewi.
Stres itu emang harus dihadapi, bukan dihindari.