Dear Temans,
Pandemi corona membuat kita terpaksa stay di rumah selama berbulan-bulan. Segala kegiatan dilakukan dari rumah, mulai dari sekolah anak, suami ngantor. Kegiatan keluar rumah otomatis stop mulai dari nongkrong bersama teman-teman untuk kopdar dan arisan hingga meliput acara blogger semuanya berhenti. Belum lagi situasi ekonomi keluarga menjadi tak menentu.
Bahagia kunci kesehatan mental |
Untuk yang berbisnis atau mengandalkan pendapatan harian tentu keadaan sulit karena kita harus beraktivitas di rumah saja. Kalau untuk kami para blogger dan penulis memang terbiasa bekerja di rumah tapi tetap kena dampaknya, seperti penerbitan buku diundur hingga jangka waktu tak jelas, royalti tersendat dan job liputan berhenti.
Ada ketakutan untuk para pekerja akan di PHK dan sudah mulai terjadi di berbagai perusahaan terjadi pengurangan pegawai. Termasuk perusahaan penerbitan.
Para ibu rumah tangga, pekerja kantoran, hingga pengusaha rumah makan mulai berjualan makanan di media sosial. Situasi menjadi tak pasti untuk semua orang walau berbeda tingkat kesulitannya. Semua orang terdampak.
Berbagai masalah seakan bersamaan melilit kita mulai dari masalah kesehatan, keuangan, hingga hubungan dalam rumah tangga.
Kadang tak disadari, situasi hidup yang tak menentu seperti ini ternyata dapat menimbulkan gejala gangguan kesehatan mental bagi kita seperti stres hingga depresi. Untuk itulah, kita harus lebih aware pada diri sendiri dan lingkungan kita apakah mental kita terkena dampak dari pandemi ini?
Kesehatan mental berkaitan dengan kemampuan diri sendiri dalam mengelola perasaan kita menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat banyak jenis penyakit mental diantaranya stres, kecemasan, depresi, bipolar dan lainnya.
Penyebabnya pun beragam mulai dari cedera pada kepala, trauma kekerasan di masa kecil, himpitan kemiskinan hingga baby blues pada perempuan yang baru melahirkan.
Gejalanya juga beragam ya, beberapa gejala gangguan mental yang aku baca dalam sebuah artikel di HaloDoc:
1. Berteriak atau berkelahi dengan orang lain.
2. Delusi, paranoia, atau halusinasi.
3. Kurang konsentrasi
4. Perasaan ketakutan dan kekhawatiran berlebihan 5. Ketidakmampuan mengatasi masalah sehari-hari 6. Marah berlebihan dan melakukan kekerasan
7. Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan
8. Mengalami perubahan hati drastis
Saat ini kesadaran akan bahayanya penyakit gangguan mental makin merebak di Indonesia. Kita jadi melek informasi tentang berbagai jenis penyakit ini dan tidak lagi menganggap penyakit ini adalah aib yang patut ditutupi. Memiliki gangguan mental bukan berarti gila dan harus dirawat di rumah sakit jiwa.
Kenali dirimu |
Hal yang sering kita temui saat ini adalah orang-orang melakukan self diagnose lalu banyak curhat di media sosial tentang keadaan mentalnya. Terkadang, malah jadi misinformasi bagi mutual atau follower. Tak jarang, gangguan mental hanya sekadar konten atau biar diperhatikan di media sosial. Entah untuk tujuan apa.
Padahal, untuk sampai pada kesimpulan kita menderita penyakit gangguan mental memerlukan pemeriksaan cukup panjang dan teliti oleh psikolog atau psikiater yang kompeten.
Untuk itulah, jika kita merasakan ada yang salah pada diri kita terkait kesehatan mental, sebaiknya kita langsung memeriksakan diri pada psikolog dan mendapat pandangan dari ahlinya. Namun kendalanya, tidak semua orang memiliki nyali untuk pergi ke psikolog dan memeriksakan diri. Ada rasa malu untuk ngobrol hal pribadi dengan orang asing walaupun mereka adalah ahli yang kompeten.
Terkadang, kita tak kuat cibiran orang lain yang mengatakan kita kurang iman atau kurang bersyukur bila curhat ada sesuatu yang salah pada diri kita. Walau tidak separah dulu, tetap ada stigma ya jika konsultasi psikolog itu kita gila. Duh.
Kendala lainnya adalah biaya konsultasi yang tidak murah bagi banyak orang. Sehingga menyurutkan niat orang untuk memeriksakan dirinya. Apalagi di situasi pandemi seperti ini. Memeriksakan diri ke klinik, rumah sakit bukanlah pilihan menyenangkan. Yang ada, kita makin cemas karena khawatir dengan virus.
Jangan takut berkonsultasi |
Ya, Kita bisa berkonsultasi online dengan biaya terjangkau. Hal ini bisa dilakukan untuk tindakan sementara, sambil menunggu situasi normal kembali dan kita bisa berkonsultasi tatap muka secara langsung dengan psikolog di ruang prakteknya. So, be happy ya teman-teman! Jalani hidup dengan penuh syukur dan bahagia!
Foto: pixabay.com.
Foto: pixabay.com.
Ini sebenernya topik yang banyak tidak disadari ya Dew,
ReplyDeletestres tapi terselubung. Banyak yang tidak tahu harus menghadapi, dan sasaran kemarahan mereka yang terdekat... anak!
Semoga pandemi cepat berlalu, sehat selalu yaaa Dew
Kadang kalau baca ciri2 soal oesehatan mental, sering ngerasa.. eh itu kayak saya. Bener kata Mba Dedew, bahwa saat memutuskan kita kena kesehatan mental kudu melewati beberapa test ya, Mba
ReplyDeleteDuluuu banget aku ga pernah nyangka loh kalau baby blues bisa menyebabkan depresi. Bullying sih memang ngeri2 sedap. Sebaiknya orang terdekat harus paling bisa memahami dan membantu ya. Btw di Halodoc kita bisa bertanya tentang masalah kesehatan apa sajax komplit dokter2nya bisa live chat juga 😍
ReplyDeleteWahhh baca artikel ini pas saat lagi memantau project IIDN nulis sambil healing.
ReplyDeleteSenangnya sekarang bisa konsultasi online begini. Biayanya pun gak mahal. Mental juga bisa berpengaruh banget nih di saat pandemi.
ReplyDeletebe happy and don't forget to be grateful! Memang kesehatan mental di tenagh pandemi yang penuh dengan ketidakpastian dan tekanan ini bisa menjadi rentan yaaa mba
ReplyDeleteTernyata di halodoc ada juga ya konsultasi dengan psikolog. Kirain dengan dokter umum dan spesialis yang penyakit-penyakit ragawi saja.
ReplyDeleteBersyukur sekali bisa konsultasi online di masa pandemi seperti sekarang ya. karena mau keluar rumah aja was-was sekali apalagi kalau harus ke rumah sakit? Sebisa mungkin mengelola kesehatan mental biar bisa tetap kuat menghadapi wabah yang entah kapan berakhir ini
ReplyDeleteKesehatan mental, elemen kesehatan yang tak nampak tapi efeknya sangat komplek jika sedikit saja mental mengalami friksi kesehatan. Dan sebaiknya memang saat mengalami resah dan gelisah, menjauhkan diri dari curhat di medsos, bisa memicu miss-informasi dan malah berpotensi memperparah kondisi emosional kita sendiri. Apalagi sekarang sdh banyak cara/media utk konsultasi yang mudah di akses, cepat dan gak mahal seperti HaloDoc ini.
ReplyDeleteAku baru tau di halodoc ada konsultasi psikolog juga. But anyway mak Dedew, benar sekali apa yang dituliskan. Sebagai seorang yang pernah mengalami hal tersebut, sebaiknya teman2 mulai aware terhadap kondisi masing2. Setiap gejala kesedihan, harus mulai dianalisis, agar tidak semakin larut dan menjadi depresi. Selain itu, terus juga meminta pertolongan Allah Swt, Inshaallah semua akan baik2 kembali
ReplyDeleteAda akun dokter kejiwaan di Twitter yang aku follow, Mbak. Dia menyampaikan, kalau kondisi seperti ini, orang2 dg latar belakang sakit mental, harus lebih diwaspadai. Krn mereka rentan sekali muncul kecemasan. Kasihan kalau kaya gini
ReplyDeleteBeneran deh pandemi inu ganggu banget kesehatan mental karena babyak pikiran dsn tekanan ekonomi, huhu smoga segera berakhir
ReplyDelete