Air mata tak pernah ingin menemani kesedihan
Jika ia punya pilihan,
mungkin ia ingin menjadi pasangan kebahagiaan
Tapi ia tak bisa memilih,
Karena kita ada oleh titahNya
(Ketika Air Mata Terlahir-Nyi Penengah Dewanti)
Namanya unik, Nyi Penengah Dewanti. Saking uniknya, dulu aku mengira nama Nyi adalah nama pena. Ternyata, itu adalah nama asli pemberian Bapak Ibunya. Ia berdarah Jawa dari Ayah, dan Bali dari ibunya. Kami biasa memanggilnya Nyi.
Sosoknya ramah dan gesit. Ia adalah penulis novel dan blogger yang kini tinggal di Kendal bersama suami tercinta. Tak disangka, perjalanan hidup perempuan kelahiran Kendal 6 November ini, begitu berliku.
Keterbatasan Tidak Menghalangi Mimpiku
Nyi lahir dalam keluarga yang tidak mampu. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ibunya adalah seorang perempuan Bali yang tegar. Ia menjadi mualaf saat menikah dengan seorang pemuda Jawa yang dikenalnya saat bekerja di Jakarta.
Karena ingin meringankan beban orang tua, sepulang sekolah Nyi pun mulai bekerja pada Bude Yanti, tetangganya yang mempunyai warung makan. Ia bisa mempunyai uang jajan dari membantu Bude cuci piring, melayani pembeli dan lainnya. Begitu juga kakak lelaki Nyi yang bekerja menjadi kuli pengangkut bambu hingga kernet angkot. Keduanya bahu-membahu membantu Ibu.
Puncaknya, Saat kelahiran adiknya, tak disangka Bapak meninggalkan mereka tanpa jejak. Ibu yang baru saja melahirkan harus berjibaku menafkahi ketiga buah hatinya.
Keadaan yang begitu pahit, membuatnya tak tega. Nyi mengidamkan agar keluarganya tercinta bisa hidup layak. Termasuk adik bungsunya yang jarak usianya cukup jauh dengannya. Ia ingin keluarganya tak lagi hidup di rumah kontrakan lusuh, berlantai tanah yang sangat dingin di musim penghujan. Dengan puluhan nyamuk bercumbu mesra dengan kulit terbuka penghuni rumah.
Menjemput Impian ke Hongkong
Di usia belia, Nyi telah berpikiran jauh ke depan. Selepas SMA, bukannya berpikiran ingin kuliah, Nyi memutuskan menjadi seorang TKW disaat usianya belum lagi 17 tahun. Karena usia yang belum memenuhi syarat, maka agennya pun memalsukan dokumen. Bahkan nama dan daerah asalnya pun berganti.
Nyi berangkat ke Jakarta bersama agen dan beberapa teman sekampungnya untuk mendapat pembekalan kerja di penampungan. Di sana, mereka tinggal di asrama yang mirip penampungan. Kegiatan sehari-hari mereka adalah bergiliran mengerjakan tugas domestik juga belajar memasak hingga belajar bahasa Inggris.
Saat ia ada kesempatan untuk keluar asrama, Nyi dan teman-teman biasa pergi ke pasar dekat Jatinegara. Di sana, ia menemukan harta karun yaitu pasar buku bekas. Ia paling suka untuk melihat-lihat tumpukan buku yang ada.
Mulai dari komik, novel, buku anak hingga buku motivasi. Teman-temannya sampai menggerutu tak sabar menunggunya melihat buku. Ia kerap ditinggalkan teman dan ia hanyut, bermesraan dengan lembaran yang terserak.
Setelah berbulan-bulan di penampungan, akhirnya Nyi berangkat ke Hongkong untuk mencari penghidupan. Majikan pertamanya adalah sepasang suami-istri paruh baya Istrinya luar biasa galak dan cerewet. Untuk salat pun, ia harus sembunyi-sembunyi karena majikannya tak suka.
"Thai-thai Tu em chi, ngo emtak tang jito heisan. Nyonya maafkan, aku tidak sengaja bangun terlambat,” ujar Nyi berlinang air mata.
“Kau pikir ini kamu siapa? Seenaknya saja kau bangun kesiangan! Gara-gara kamu, anakku terlambat sekolah!” bentaknya. “Kau telat setengah jam karena itu gajimu juga harus kupotong. Bangun terlambat satu jam kupotong kau 10 dolar dan itu berlaku untuk kelipatannya!” wajah nyonya begitu bengis. Nyi tertunduk sedih.
Kesabaran Itu Tiada Batasnya
Ujian Nyi bekerja di negeri orang adalah harus banyak bersabar dalam menghadapi perilaku majikan. Tak terhitung jumlahnya ia menerima omelan, bentakan, dari majikan perempuan yang membuatnya menangis.
Hanya karena masalah yang bisa dibilang sepele seperti rasa sayur yang kurang sesuai selera majikan atau tak sengaja bangun terlambat karena ia bekerja hingga larut malam. Rasanya ia tak dimanusiakan sama sekali saat menjadi asisten rumah tangga. Ia bahkan pernah dipulangkan ke Indonesia karena majikan perempuannya cemburu. Tapi, berkat itu ia bisa mengurus dokumen asli di Indonesia dengan baik dan kembali ke Hongkong.
Ketika ia lelah dan ingin menyerah, ia selalu mengingat keluarga yang ia tinggalkan di Indonesia. Ia ingin mengubah nasib mereka. Nyi ingin adiknya kelak sekolah tinggi dan hidup bahagia serta sejahtera.
Walau serba kekurangan, ia dibanjiri kasih sayang mereka. Ketika Bapak minggat, keluarganya saling menguatkan, bahwa mereka kuat dan mampu bertahan.
Nyi teringat ketika mereka kehabisan beras. Terpaksa, Ibu berhutang nasi aking pada bakul dekat rumah. Tahukah kalian apa itu nasi akting? Ya, nasi yang terbuat dari sisa-sisa nasi yang dikeringkan dengan cara dijemur. Agar bisa dikonsumsi, nasi ini biasanya dicampur kunyit agar bau dan jamurnya hilang.
Makanan ini tidak sehat untuk dikonsumsi manusia tapi itulah yang terjadi. Biasanya, ibu membuat tempe goreng dan sambal jonggrang sebagai lauk makan mereka. Menurutnya, masakan Ibu terlezat di dunia.
Miskin Bukan Berarti Tak Bisa Berbagi
Walaupun miskin, Ibu selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berbagi. Ibu memiliki tangan dingin dalam memelihara berbagai tanaman. Halaman rumah kontrakan mereka ditanami Ibu pepaya Bali yang lezat. Belum lagi, pandan, jahe, kencur, serai, dan tanaman lain yang sering dimintai tetangga. Awalnya, Nyi kesal karena capek membukakan pintu bagi tetangga yang meminta.
"Enak saja, Ibu yang capek-capek menanam eh semua tinggal minta,"
Ibu tersenyum, "Walau nilainya tak seberapa, tapi pemberian kita ini adalah sedekah lho, balasannya surga,"
Bertahun-tahun di Hongkong dengan tiga majikan berbeda. Ada yang pencemburu, ada yang cerewet, ada yang baik tapi pekerjaannya luar biasa banyak salah satunya mengasuh balita. Saat ia tak tahan dan ingin menyerah, ia menguatkan lagi tekadnya.
Untunglah ia banyak bertemu dengan para TKW yang ia anggap saudara sendiri seperti Kak Mila. Berbagai pengalaman di negeri orang mendewasakan diri dan membuat pikirannya lebih matang.
Ya, Siapa sangka, Kak Irin, seseorang yang ia anggap sahabat bermaksud menipunya dengan pura-pura kesusahan dan ingin meminjam gajinya sebulan? Bagaimana nasib ibu dan keluarganya di kampung kalau ia jadi meminjamkan uang? Untung ada Kak Mila dan Kak Weni yang mengingatkannya agar waspada pada Irin karena ternyata rekam jejaknya tidak bagus, banyak hutang dan menipu sesama pekerja. Duh, teganya ya memanfaatkan teman sendiri!
Tapi, itu terjadi di Hongkong, Indonesia, atau belahan dunia manapun. Ada saja orang yang memanfaatkan kelemahan dan kebaikan orang lain. Nyi menyadari ia harus lebih waspada dan hati-hati dalam bertindak dan bergaul.
Beban di Pundak Kuringankan Lewat Tulisan
Banyak hal yang ia alami, rasakan dan temui di Hongkong. Bagaimana banyak TKW yang terjerumus menjadi lesbian dan perempuan nakal. Tapi, banyak juga yang berprestasi dan banyak karya. Sukses merintis usaha saat kembali ke Tanah Air.
Ia kewalahan. Berbagai pikiran negatif yang mengungkungnya menjadi beban dalam hati. Pengalaman-pengalaman di sana menggugahnya untuk berbuat sesuatu, tapi apa?
Hingga suatu hari, ia membaca tulisan-tulisan orang di notes Facebook. Ia terhanyut membaca banyak tulisan dan puisi orang. Ia pun berusaha menuangkan pikiran dan uneg-unegnya di buku tulis. Ia mulai berkenalan dengan karya tulis yang namanya puisi. Nyi belajar menulis puisi dengan banyak membaca puisi teman-teman di grup penulisan. Puisi adalah medium yang tepat untuk Nyi mengungkapkan perasaan terdalam.
Ia juga mendapat info lomba menulis puisi dan cerpen dari grup. Ia tahu diri, tak bisa mengikutinya karena keterbatasan waktu dan fasilitas. Bagaimana cara ia mengirimkan tulisan sedangkan warnet jauh dari rumah majikan? Butuh waktu sekitar 40 menit untuk jalan kaki lalu naik bus!
Ketika ada lomba menulis puisi yang mudah syaratnya, cukup mengirimkan tulisan ke inbox panitia, nanti mereka posting, Nyi mengikutinya dengan bersemangat. Walau sering kalah, ia makin bersemangat. Ia belajar menulis cerpen dengan mengikuti kelas online yang sedang promosi hingga harga kursusnya murah. Ia membayar biaya kursus dengan pulsa.
Sejak itu, Nyi bak menemukan oase di tengah hidupnya yang berat. Ia ingin menulis! Ya, menulis! Tak terbendung lagi, Nyi mengikuti banyak seleksi menulis untuk buku antologi hingga mencapai 80 buku!
Seiring waktu, Kabar gembira mulai ia terima. Menang lomba menulis hingga cerpennya dimuat di media massa! Percaya tidak, cerpen Nyi dimuat di koran Klick, koran lokal Hongkong berbahasa Indonesia. Hingga berturut-turut dimuat di Majalah Peduli, Koran Apa Kabar, Koran Indonesia dan lainnya.
Wow. Rasanya sulit untuk dipercaya, Nyi anak miskin dan bodoh dari kampung, bisa menulis banyak cerita di koran! Apakah ini mimpi?
Padahal, Apa yang Nyi tulis sebenarnya sederhana yaitu berbagai hal yang menyentuh hatinya, mengganggu pikirannya, pengalaman sehari-hari yang ia alami atau teman-temannya selama merantau.
Menulis mengasah batin Nyi. Ia kini lebih bahagia karena menulis. Segala perlakuan buruk majikannya lebih mudah ditanggungnya. Ia bahkan pernah menulis novel setebal 100 halaman selama seminggu saat majikannya ke luar kota! Pengalaman menulis novel itu baginya adalah salah satu termanis dalam hidupnya. Ia tak menyangka sudah melangkah sejauh ini.
Bahagia Untuk Seorang Nyi
Ketika ia merasa modalnya sudah cukup di perantauan, Nyi akhirnya kembali ke tanah air, ia menekuni pekerjaan sebagai penulis dan blogger di nyipenengah.com, bersama suami tercinta, ia merintis usaha di bidang craft dan jahit yaitu https://www.instagram.com/nyipedesouvenir/, ia rajin mengikuti acara seminar dan workshop di komunitas pedagang online untuk menambah ilmu dan relasi.
Ia dan suami rajin mempelajari tentang pemasaran online. Bulan lalu, Kakak lelakinya tercinta, baru saja menikah dengan gadis pujaannya setelah menjadi tulang punggung keluarga. Ibu dan adiknya sehat dan bahagia.
Kini Nyi, perempuan muda yang bertekad kuat dan tak kenal takut itu hidup bahagia bersama keluarganya di kampung halamannya. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat ibu, kakak dan adiknya tersenyum lebar dan memeluknya erat. Berpelukan mesra ala Teletubbies!
Tak usah kau hiraukan sesiapa yang memandang rendah
Tak usah kau pedulikan cacian dan hinaan yang merajah
Tetap tegakkan kepalamu dan tengadahkan doa
Tetap berjuang tak perlu takut terluka
(Sebelah Mata-Nyi Penengah Dewanti)
Tags:
Kenal Lebih Dekat
Tetehhh aku terharu
ReplyDeleteMakasih banyak teh
Pokoknya sehat selalu ya Teh
Allah yang bales.
Nyi emang hebat!
Deletekami kenal udah lama, sejak sama2 terjun di dunia kepenulisan di FB. tp belu. sempat bersua ya Nyi. semoga suatu hari kita bs foto bareng
Nyiiii... hehe.... pertama kenal aku juga ngira itu nama pena. Tahun berapa ya itu? 2009 apa 2010? Sampe di grup Cendol apa di mana gitu, kamu bilang itu nama asli :D
DeleteAhhh, hanyut dalam perjalanan Nyi lewat tulisan. Hidup seseorang bisa berunah dengan sendirinya asalkan kita mau merubahnya, seperti Nyi yang selalu semangat ini. Alhamdulillah beberapa kali pernah ketemu dan memang seneng banget kalo ngobrol mereka (Nyi ma hadi)
ReplyDeleteSukses selalu Nyi dan kel , sehat dan bahagia dan buat kita semua juga.
Semangat selalu dan terus menginspirasi Nyi.
ReplyDeleteCerita hidupnya sulit ya sepertiku. Cuma sepertinya aku masih beruntung karena masih bekerja di negeri sendiri. Semoga nyi dan suamimya makin sukses ya. Karena memang kesuksesan itu dimulai dari nol. Semangat juga buat kita
ReplyDeleteAh NYiii, kamu tu benar-benar pekerja keras, salut luar biasa tuk Nyi.
ReplyDeleteBahagia selalu Nyi dan sehat2lah.
Aku baru tahu kisah hidup Mba Nyi dan salut dengan ketabahan serta perjuangannya. Smoga Nyi kuat dan sukses ya mba. Perjuangan :)
ReplyDeleteMasya Allah.... aku meweeekk baca story Nyi Penengah ini
ReplyDeleteLuarr biasa ya doiii
di balik wajah dan tampilan yang ceria, ternyata dia perempuan yg super setrooong!
Menginspirasi, mbak Nyi tetap tabah menghadapi segala cobaan hidup, terus mau belajar dan belajar yang pada akhirnya berbuah manis.
ReplyDeleteSaya jadi ingat teman-teman bmi hongkong yang banyak jd blogger di jaman multiply dulu ☺
Wow...terhanyut baca tulisan ini mbak Dew. Ssudah sering jalan2 ke blog Mbak Nyi tapi nggak memerhatikan kalau beliau tinggal di Kendal. Nggak jauh dari kampung halaman saya (temanggung). Saya juga baru tahu kisah hidup mbak Nyi di tulisan ini. Thanks for sharing mbak Dew..Salam untuk Mbak Nyi
ReplyDeleteKeren banget Mba Nyi begitu kuat dan sabar dengan semua episode kehidupan yang harus ia terima, makasih kisah inspirasinya mba semoga semangat dan kesabara mba Nyi bisa menular kepada siapapun
ReplyDeleteaih aku baru tahu kisah hidupnya nyi. ternyata penuh perjuangan ya menempuh banyak kesulitan. keep inspiring terus n moga berbahagia selalu buat nyi, suami, dan keluarganya :)
ReplyDeleteTerharu banget nih membaca kisah Nyi yang harus menghadapi kerasnya hidup sejak muda. Luar biasa ya, bisa mengalihkan energinya ke dunia menulis, tidak seperti kebanyakan TKW lainnya yang terjerumus ke hal-hal negatif. Bravo Nyi, keep writing.
ReplyDeleteDuh belum 17 tahun udah harus merantau ke negeri orang..
ReplyDeleteSemoga bahagia selalu ya mba, Nyi dan keluarga :)
Kisanya bisa jadi insprasi buat orang banyak
Ternyata di balik sosok periang seperti Nyi, tersimpan masa lalu yang kurang mengenakkan. Saya salut dengan kegigihan dan perjuanganya. Banyak hikmah yang bisa saya ambil dari kisah perjalanan hidup seroang Nyi Penengah D
ReplyDeleteSaya mengenal Nyi sejak zaman ia masih di Hongkong via grup penulis di facebook. Mengikuti kisah dan curhat-curhatnya juga di media sosial serta blognya. Bahagia akhirnya Nyi bisa kembali ke tanah air, tetap aktif menulis dan menemukan pasangan hidup. Alhamdulillah.
ReplyDeleteMasya Allah Nyi. Aku baca sampe terharu banget. Membayangkan anak 17 tahun merantau ke negara orang. Aku pernah satu rombongan TKI Indonesia saat di pesawat dan mereka masih muda banget. Tatapan nya penuh harapan. Sepanjang di pesawat aku ga brenti nya berdoa agar mereka mendapat perlindungan
ReplyDeleteMak nyi sayang ❤❤❤❤tangguhhh
ReplyDeleteMakasih mb dew dah bercerita yang nyi g cerita banyak di blognya 😘😘
Terharu mb...cerita dari mbak nyi sumgguh menginspirasi. Teguh, sabar dan pantang menyerah...keren Mbak Nyi ini...
ReplyDeleteMasyaAllah ternyata kisah Mbak Nyi luar biasa ya, Mbak. Gak nyangka udah jadi TKW di usia belasan. Pantas saja daya juangnya tinggi. Ibarat besi sudah tertempa. Makin landep dan kuat
ReplyDeleteTerharu banget bacanya mba. Sangat menginspirasi sekali Nyi. Sukses selalu ya.
ReplyDeleteEh sama aku pikir Nyi itu dulu nama panggilan gtu, kyk Kak, Bu, dll. Makana aku gak panggil Mbak lagi langsung panggil Nyi.
ReplyDeleteYa ampun gak nyangka Mbak Nyi kisah hidupnya berliku bahkan pernah tinggal di LN dan bekerja di sana. Alhamdulillah skrng udah ketemu passionnya ya. Sukses ya buat mbak2 semuaaa
Salut sama Mbak Nyi. Menginspirasi banget.
ReplyDeleteWah mbak Nyi, ternyata cerita di novel yg itu beneran ya pengalama hidup. Saluut, seneng bisa kenal mbak Nyi yang selalu ceria. Luvvv
ReplyDeleteLoh, Nyi Penengah bukannya tinggal di Bojongsari dekat dengan Rita SY? saya baru tau kalau Nyi di Kendal. Btw, sukses selalu buat Nyi ya.
ReplyDeleteIn fact, I like this unique name. Apparently, that is the original name given by his mother. What does it mean? Can you interpret?
ReplyDeleteSalut sama Nyii.jadi malu aku sering sambat susah begini begitu padahal ngga ada apa2nya dibanding perjuangan Nyi. Bahagia selalu bersama keluarga ya Nyii.
ReplyDeleteInget jaman jaman Nyi sering berbagi kisah di IMUKA, tentang kerjaan Nyi di luar, tentang Ayah Nyi dan banyak lagi. Sekarang ikut bahagia Nyi bahagia
ReplyDeleteMasya Allah, Nyi. Dulu pernah dengar kisah Nyi sempat jadi TKW. Baca detailnya membuatku kagum. Kamu kuat banget! Terus menginspirasi yaa Nyi
ReplyDelete