Dear Temans,
Jumat lalu (01/11), aku menghadiri acara program satelit Ubud Writers and Readers Festival di Semarang. Acara bertajuk Semarang Writers Week ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Semarang bekerjasama dengan panitia UWRF. Keren, kan! Konon, acara ini akan rutin diadakan setiap tahun di Semarang.
Bersama Carly Findlay |
Walaupun lokasinya cukup jauh, aku berusaha agar bisa hadir. Aku sedang memompa semangatku. Aku ingin bergelora lagi untuk berkarya. Maklum, akhir-akhir ini semangatku menulis menurun drastis. Hiks.
Apa saja acaranya? Acara workshop dua hari ini diramaikan oleh beberapa penulis terkenal baik dari Semarang, Bandung dan juga mancanegara. Alhamdulillah, aku sempat mengikuti talk show hari pertama yang pembicaranya adalah para penulis bintang tamu #SemarangWritersWeek. Acara berlangsung di Gedung Outdetrap yang baru direnovasi. Cantik sekali.
Talk show yang berjudul Writing Can Change Everything ini dipandu Hifzan, anak muda yang magang di Balai Kota. Bahasa Inggrisnya lancar sekali, bikin iri. Pembicaranya adalah Vabyo penulis buku Kedai 1001 Mimpi dari Bandung, Pak Handry ™ dari Semarang. Serta Carly dari Australia dan Mirandi.
Para pembicara Semarang Writers Week |
Lewat pengalaman sebagai TKI, ia mampu menuliskan berbagai perbedaan budaya kita dengan orang Arab lewat bukunya. Sempat meraih ketenaran di bidang tulis-menulis, pada tahun 2015 ia terkena stroke dan sempat hilang ingatan. Hal ini mengejutkan karena aku baru tahu lho kabarnya. Aku kan penggemar Vabyo, huhu.
Sesi talkshow yang menggugah |
Berpelukan saling menguatkan |
Tukar Takdir
Awalnya Vabyo menulis untuk curhat saja lalu akhirnya ia menulis untuk menyatukan perspektif tentang suatu hal, tulisannya berusaha menelaah suatu hal, sehingga kita tidak menyombongkan diri dengan satu perspektif.
Foto bareng Vabyo yang ramah |
Seperti saat ia menderita stroke, ada keluarga yang nyeletuk dosa apa kok Vabyo usia muda kena stroke. Ia pun membalas dengan ya dosa besarku tak bisa menahan makan enak. Di Twitter, Vabyo mengaku pola makannya dahulu tidak sehat. Ia bisa sarapan nasi Padang dengan gulai otak plus minum kopi sembilan gelas sehari.
Jadi lewat tulisan, ia belajar tidak mudah menghakimi seseorang, lebih bijaksana. Berusaha memahami perspektif orang lain terhadap suatu masalah.
Katakan Hello Jika Bertemu Kami
Pembicara kedua adalah Carly Findlay. Penulis dari Merlbourne Australia ini menderita penyakit kulit langka Ichtyosis yang hanya diidap 1 dari 250 ribu orang dan lewat tulisannya, ia berusaha untuk menjadi lebih percaya diri dan mengungkapkan perasaannya.
Carly menandatangani bukunya |
Bukan sapaan halo yang diterimanya tapi langsung malah ditanya kenapa kulitnya seperti itu, apakah ia kepanasan?
Karena itulah, ia menuliskan buku berjudul Say Hello karena ia ingin jika kalian bertemu orang berkebutuhan khusus atau disabilitas maka dapatlah mereka, katakanlah hai, hello dan bukan malah agresif bertanya tentang kekurangan mereka dan penyakit mereka.
Pesan Carly pada kita, sebaiknya saling menghargai dan bertoleransi dengan kaum disabilitas, memperlakukan mereka sama dengan orang normal lainnya. Bukunya sendiri berkisah sejak ia masih kecil, bagaimana ia bisa bertahan dengan penyakitnya dan melawan stigma lingkungannya.
Gadis Melayu Tak Sejahat Itu
Pembicara ketiga adalah Mirandi Riwoe dari Brisbane, Australia. Penulis berdarah campuran Inggris, Indonesia dan Cina ini menulis buku berjudul The Fish Girl. Buku ini masuk menjadi nominee untuk penghargaan buku terbaik Stella Prize tahun 2018. Serta memenangkan penghargaan Viva La Novella dari Seizure.
Maya Atika bersama Mirandi Riwoe |
Cerpen itu bercerita persahabatan tentang empat orang Belanda lalu datanglah seorang perempuan Melayu merusak persahabatan itu. Ia gelisah dengan cerita itu karena dinilainya menyudutkan suku Melayu. Maka, ia pun ingin menulis sebuah buku dari sudut pandang perempuan Melayu yang dituduh merusak persahabatan.
Foto: thestellaprizes.com |
Menulis Untuk Biaya Pernikahan
Pembicara keempat adalah PakHandry ™, penulis terkenal, mantan wartawan Suara Merdeka Semarang. Karya pak Handry menurutnya karya adalah obyek penderitaan dia.
Sejak kecil ia hidup kesusahan dan karya tulis itulah menyelamatkan hidupnya. Ketika ia jatuh cinta, ia berjanji pada gadis itu akan melamarnya jika juara lomba menulis di majalah. Akhirnya ia juara 2 dan mendapat honor pada tahun 90an dan akhirnya hadiah itu ia gunakan untuk membeli cincin untuk istrinya.
Bersama Pak Handry TM penulis produktif Semarang |
Tahun 2018, ia mendapat berbagai cobaan penyakit komplikasi. Ia tidak bisa produktif karena selain pensiun dari Suara Merdeka. Ia pun mencoba menulis lagi untuk biaya hidup keluarganya dan biaya berobat bulan depan.
Semarang Writers Week 2019 |
Pak Handry menulis tak hanya karena uang tapi ia merasa Tuhan meminjamkan tangan-Nya untuk menuliskan banyak hal. Kadang ia merasa tak kenal dengan tulisannya sendiri. Ia menjadi mahasiswa psikologi karena ia ingin menulis tentang manusia secara tepat.
Mengikuti acara Semarang Writers Week, membuat Jumatku semakin bermakna. Kejenuhan berkepanjangan yang melandaku mendapat pencerahan. Mulai saat ini, Aku ingin bersemangat dan fokus untuk menulis naskah buku baruku. Meluruskan niat yang sering berbelok, hehe. Bismillah..
Handry TM, senior, guru dan sahabat...kami saling menguatkan satu sama lain, supporting each other dan terus membagi virus menulis.
ReplyDeleteMoga sslalu sehat dan produktif ya mas...
(Nitip doa)
Sama, selalu butuh pemompa semangat tapi nggak kunjung menggelembung semangatnya ðŸ¤
ReplyDeleteya Alloh baca kisah pak Handry langsung makjleb mba, berdoa dan berusaha dari menang bisa melamar gadis pujaan sampe bisa ya bebas hutang :) jadi pengen produktif kayak pak Handry
ReplyDeleteAcaranya jadi memotivasi gt ya.. karena banyak tokoh inspiratifnya.. kerennn.. semangat menulis buku kak dewi...
ReplyDeleteMak, saya pikir dirimu seharusnya ada di antara nara sumber, mengingat sudah punya banyak karya.
ReplyDeleteMereka hebat-hebat seperti Mak Dedew :*
Tulisan ini lengkap banget, banyak sekali inspirasi di dalamnya. Keren.
Ayo Dew semangaaat.... *hei lihat diri sendiri :))
ReplyDeleteItu ya misalnya aku jadi ikutan ke tkp, pasti bakalan mewek pas Vabyo cerita tentang pengalamannya ketika terkena stroke dan ditanya dosa apa. Ah benar sekali ya, judgement itu terlalu kejam jika memang kita kepikiran banget dan ga bisa ambil hikmahnya. Belajar banyak nih dari artikelmu ini Dew, thanks yaaa...
Waahh, ada Vabyooo
ReplyDeleteAku ngikutin tulisan2 Vabyo, keren dan quirky emang
Moga2 next year ada acara satelit Ubud writer festival d Sby
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Senangnya ya bisa bertemu dengan 4 penulis yang menginspirasi. Pastinya acara ini bisa membangkitkan semangat menulis lagi ya mbak Dew.
ReplyDeletewah seneng banget bisa ketemu orang2 keren nan inspiratif di bidang kepenulisan.
ReplyDeleteduh aku baru tahu kalo vabyo sempet sakit. aku jg penggemarnya. ga ngeh kalo dia sakit
Penulis yang bijak memang seharusnya begitu. Menulis bukan untuk menghakimi dna berusaha memahami orang lain. Menginspirasi banget acaranya
ReplyDeletehwaaa....kereeen kaliii acaranya mba dewww. duuuh pak handry tm itu penulis favoritku zaman sma/kuliah. dulu sering wow gitu kalo baca tulisan pak handry. dan makin wow saat baca kisahnya di sini.
ReplyDeleteAku suka tulisan pak Handry sejak jaman masih muda dulu, wartawan juga kayaknya ya mbak. Seru ya ikut kegiatan ini, beneran jadi jumat berkah ya
ReplyDeleteAcara yang sangat menginspirasi ya Mbak, semua penulisnya memiliki latar belakang yang luar biasa. Wajar aja semua bisa membangkitkan semangat menulis ya Mbak...
ReplyDeleteBanyak cerita di baliknpenulis yang Kita gak tahu ya mba salut banget mereka menuangkannya di buku kagum dan keren, btuh semangat Juga nih biar tulisan ku jadi sebuah buku
ReplyDeleteAcaranya kece dan jadi kepengen juga bertemua mereka, aku pun menulis untuk healing. Semangaaatttt!!! Kita psti bisa seperti mereka ya mbak.
ReplyDeletejadi penasaran dengan kisah Vabyo dalam tukar takdir. itu rasanya perjuangan sekali yaa..menemukan hidup selanjutnya
ReplyDeleteNarasumbernya oke nih, penulis yang bisa mmberikan banyak inspirasi ya mbak Dew.
ReplyDeleteSenengnya mbaaakk... AKu tuh kepengen banget masuk dunia penulis fiksi tapi kok aku gak pede yaaa, blm ada keinginan kuat atau gmn ya hehe.
ReplyDeleteSeru banget ketemu penulis yang memberi banyak motivasi dan inspirasi kyk gtu yaaa, moga makin semangat nulisnya ya mabk :D
setuju sekali ya mba, kalo dari menulis itu bisa merubah segalanya, alhamdulillah dari tulisan di blog bisa banyak sekali berkah yang didapat
ReplyDeletemasyaAllah, keren banget ini acaranya. menghadirkan penulis dengan latar belakang yang beragam dan bisa menginspirasi. Jadi malu nih, saya yang dikarunia "kelebihan" dibanding mereka, masih juga malas menulis
ReplyDeleteUdah lama nih gak ikutan workshop kepenulisan apalg saat ini semangat menulis lg menurun, hikssss, jd pengen hadir di acara sprti ini lagi, beruntung deh kk dgn smngt nya bisa hadir di writing workshop
ReplyDeleteSenang banget bisa hadir di acara begini ya mba, jadi bisa memompa semangat untuk menulis buku lagi.
ReplyDeleteDuh mbak, aku membaca ulasannya serasa mengikuti sesi demi sesi acara writter week ini. Menarik sekali bukunya mbak mirandi, patutlah dia mendapat Stella prize ya.
ReplyDeleteIkut bersemangat saat disamping orang2 yang gak mau nyerah pada keadaan
ReplyDeleteMakasih Mbak Inspirasinya
Trims Mbak sudah menginspirasi...
ReplyDeleteSetuju banget : Writing Can Change Everything