Kisah Astari Ratnadya Menjadi Travel Blogger. Namanya Astari Ratnadya Sumardiono.
Gadis Minang
kelahiran Palembang 18 Agustus tahun 1992 ini memang travel blogger luar biasa. Tari atau Raisa, begitu teman-teman
kerap memanggilnya adalah lulusan S1 Universitas Sahid Jurusan Manajemen Pemasaran
tahun 2016. Ia begitu menikmati aktivitasnya sebagai full time travel blogger.
astari ratnadya travel blogger Indonesia |
Pindah dari satu destinasi ke destinasi lain menurutnya super menyenangkan. Semenjak memutuskan keluar dari kantor pertengahan tahun lalu, Tari disibukkan dengan beragam kegiatan yang ia sukai. Mulai dari jadi full time travel blogger, bikin konten, dan jadi freelance Account Executive di sebuah perusahaan startup.
Walau masih belia, ia memiliki seabrek prestasi di bidang menulis dan blog yang bikin iri, diantaranya memenangkan juara 1 lomba menulis Asia Wisata dan Petualang Gizi Bali tahun 2015.
Tak hanya itu, Raisa kerap diundang oleh
kementerian atau perusahaan terkemuka untuk traveling dan menuliskan
pengalamannya di blog. Diantaranya diundang acara peluncuran gawai di Bali oleh
ASUS, mengikuti Ekspedisi Nusantara Jaya ke Indonesia Timur, Bersama Kemenkes
Menjelajah Batam, Jelajah Malaysia bersama Malaysia Tourism Board, Kumparan
Getaway ke Saumlaki, NTT, mengikuti Jelajah Pesona Bali bersama Kemenpar, dan
banyak lagi.
Tahun 2017 ia bahkan diundang menjadi peserta
di acara Social Influencers Festival 2017 di
Malaysia. Kecintaannya pada Indonesia Timur, membuatnya berulang kali
ingin kembali dan kembali lagi untuk menjelajahi keindahan alamnya yang
eksotis.
Suka Traveling, Menulis, dan Memotret Sejak
Kecil
Masa kecil
Tari dihabiskan di Palembang dari lahir sampai lulus SMA Negeri 5 Palembang.
Ayahnya Drs. Sumardiono seorang pegawai BUMN dan ibunya, Oktaviana Dewi Utami,
mengurus rumah tangga. Tari memiliki 3 adik yang kompak banget. Setelah lulus
SMA tahun 2010, ia merantau ke Bogor untuk menuntut ilmu di D3 Jurusan Manajemen
Industri IPB.
Pertama kali diajak travelling ala roadtrip oleh ayahnya waktu umur 5 tahun, saat pulang kampung ke
Bukittinggi. Tari mulai suka banget travelling
saat duduk dikelas 3 SD.
Ia selalu menantikan momen roadtrip dengan excited bersama tiga saudara serta Ayah dan Ibunya. Apalagi Ayah
Tari, dulu mewajibkan anaknya untuk menulis cerita sepulang dari jalan-jalan.
Keren sekali ya Ayah Tari, teman-teman! Hasilnya, Tari jadi suka traveling dan menulis, pondasi ia
menjadi travel blogger sukses saat
ini.
Bersama teman-teman travel blogger |
Begitu
juga dengan kepiawaiannya memotret. Jika kamu perhatikan, hasil jepretan foto
Tari di blog dan Instagram cukup memikat. Instagramnya pun dikelola dengan
serius dengan menampilkan foto yang senada, tentu saja kebanyakan pemandangan
alam suatu daerah yang dikunjunginya.
Tari yang hobi fotografi ini
mengaku sudah memegang kamera sejak di bangku SD. Dulu ia memakai kamera milik
orangtuanya yang model jadul dan masih pakai rol film. Ia terkadang kena omelan
orangtuanya karena suka asal jepret, menghabiskan rol film yang harganya cukup
mahal saat itu untuk memotret berbagai obyek yang dianggapnya menarik.
Ketika SMP, barulah Tari mengenal yang namanya kamera
digital dan mulai belajar otodidak. Awalnya ia hanya memotret anggota keluarganya
saja kalau sedang kumpul-kumpul atau memotret pemandangan kalau pulang kampung.
Selain rajin memotret obyek yang disukainya, Tari banyak melihat foto-foto dari
situs Flickr dan dari beberapa fotografer luar lainnya. Dari situ, ia pun belajar
memotret sendiri dan belajar menemukan angle
terbaik untuk sebuah foto. Ayo, kalian juga bisa mencontoh cara belajar Tari,
ya!
Mengawali
Perjalanan Sebagai Travel Blogger
Tak heran, kalau Astari sudah menulis
blog sejak kelas 1 SMA (sekitar tahun 2007) dan isi blognya seputar daily
life anak SMA. Ia baru benar-benar fokus menulis blog dengan konten travel
dan kuliner sekitar Mei 2014.
Astari memilih untuk fokus menulis
blog dengan niche khusus sebenarnya
tanpa sengaja, setelah memenangkan hadiah perjalanan ke Flores bersama 5 rekan
lainnya yang berprofesi sebagai penulis
dan fotografer. Kemenangan ini rasanya bak dapat durian runtuh!
Anak bawang yang tiba-tiba beruntung menang lomba nulis. Melihat pemenang lainnya punya blog sendiri, akhirnya Astari nggak mau kalah langsung bikin blog juga dengan konten travel dan kuliner! Sejak saat itu, dimulailah petualangan seru Astari sebagai travel blogger!
Anak bawang yang tiba-tiba beruntung menang lomba nulis. Melihat pemenang lainnya punya blog sendiri, akhirnya Astari nggak mau kalah langsung bikin blog juga dengan konten travel dan kuliner! Sejak saat itu, dimulailah petualangan seru Astari sebagai travel blogger!
Kenyataannya, mengelola travel blog tak semudah yang ia
bayangkan saat mulai merintis blog perjalanannya sendiri! Walau sudah lama
ngeblog, menulis cerita perjalanan berbeda dengan menulis daily life sebagai anak SMA di blog lamanya. Ia bingung bagaimana
harus memulai menulis.
Ia juga tidak percaya diri menuliskan cerita perjalanannya yang ia anggap tidak sekeren blogger lain. Tari juga kebingungan bagaimana menentukan gaya bahasa yang cocok untuk menulis kisah perjalanannya. Bagaimana kalau tulisannya tidak ada yang baca? Huhu. Tapi, berbagai keraguan itu berusaha ditepis oleh Tari.
Ia juga tidak percaya diri menuliskan cerita perjalanannya yang ia anggap tidak sekeren blogger lain. Tari juga kebingungan bagaimana menentukan gaya bahasa yang cocok untuk menulis kisah perjalanannya. Bagaimana kalau tulisannya tidak ada yang baca? Huhu. Tapi, berbagai keraguan itu berusaha ditepis oleh Tari.
Astari travel blogger luar biasa |
Life
must go on!
Namanya sudah kepalang tercebur,
nyemplung sekalian! Begitu pikiran Tari. Ia tidak boleh menyerah!
Ia pun banyak membaca blog perjalanan,
baik itu travel blogger Indonesia
atau dari luar. Tari mempelajari bagaimana cara blogger itu menuliskan kisahnya
sehingga enak dibaca, mengalir dan membuat betah pembaca hingga akhir artikel.
Ia juga terus belajar menulis, dengan rajin memperbarui blognya dengan artikel-artikel perjalanannya. Ia mulai percaya diri dan berani mengikuti lomba menulis, terutama yang berhadiah jalan-jalan. Sekalinya berhasil menang, Tari ketagihan ikut lomba menulis! Ternyata tulisannya dibaca orang dan diapresiasi baik! Asyik!
Ia juga terus belajar menulis, dengan rajin memperbarui blognya dengan artikel-artikel perjalanannya. Ia mulai percaya diri dan berani mengikuti lomba menulis, terutama yang berhadiah jalan-jalan. Sekalinya berhasil menang, Tari ketagihan ikut lomba menulis! Ternyata tulisannya dibaca orang dan diapresiasi baik! Asyik!
Intinya, jangan pernah takut salah ketika menulis. Takutlah
kalau kamu nggak pernah menulis karena kelak tak ada karya yang bisa dikenang.
Tak disangka, para pembaca
mengapresiasi tulisannya dan mulai menghubunginya untuk bertanya seputar traveling. Tak hanya itu, agensi yang
membutuhkan blogger pun mulai meliriknya untuk bekerja sama dalam berbagai
program. Juga beberapa instansi pemerintah seperti Kementerian Pariwisata dan
Kementerian Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, juga mengajak Tari bekerja sama. Wow, keren!
Travel Blogger Kudu
Tahan Banting!
Pertama kali Tari bekerjasama
dengan pemerintah sekitar tahun 2015. Semuanya berawal dari konsisten mengisi
blognya dengan tulisan kisah perjalanan. Dari konsisten mengisi blog, Tari
mulai belajar bagaimana supaya peringkat blognya semakin bagus dan mudah
dilacak via mesin pencarian Google.
Sejak tahun 2015 lalu Tari cukup bangga karena blog www.ivegotago.com masuk menjadi top 100 travel blog Indonesia. Mungkin hal ini menjadi salah satu penilaian perusahaan, atau Kementerian atau pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan Tari, ya blognya dikelola dengan baik dan profesional.
Sejak tahun 2015 lalu Tari cukup bangga karena blog www.ivegotago.com masuk menjadi top 100 travel blog Indonesia. Mungkin hal ini menjadi salah satu penilaian perusahaan, atau Kementerian atau pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan Tari, ya blognya dikelola dengan baik dan profesional.
Dalam menjalankan profesinya,
Astari tentu saja melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati. Ya, walaupun
menyenangkan, pekerjaan travel blogger
tentu tidak mudah. Mereka harus memiliki fisik dan mental yang kuat untuk
menjalankan itinerary yang
dipersiapkan oleh brand. Biasanya itinerary nya padat dan cukup menantang.
Tergantung program apa yang sedang mereka promosikan.
Travel
blogger seperti Astari harus siap mengikuti apapun kegiatan yang
direncanakan oleh pengundang mulai dari trekking
menjelajahi gunung hingga snorkeling
di laut. Nggak ada ceritanya, travel
blogger menolak menyelam karena takut air, hehe. Nanti, cerita yang
dituliskan di blog jadi kurang seru, dong! Jadi, tak hanya fisik yang
dipersiapkan saat perjalanan tapi juga mental, hehe.
Selama perjalanan wisata, mereka harus siaga melaporkan apa yang mereka lihat melalui akun media sosial mereka seperti Twitter dan Instagram. Jadi, jangan heran jika saat traveling, para travel blogger aktif banget update Twitter dan pajang foto-foto liburan di Instagram. Mereka pamer berbagai tempat yang dikunjungi saat berwisata, juga pamer foto-foto makanan enak yang menggiurkan.
Gara-gara hobi memajang cerita dan
foto tentang liburan dan makanan enak, terbang ke berbagai kota, sering
gonta-ganti gawai dan memajang barang hits di media sosial, Astari sering
dituduh suka pamer atau anak orang kaya, hehe. Padahal, Astari bukan sedang
pamer kayak anak alay, tapi sedang menjalankan tugas sebagai blogger dan influencer. Caranya ya dengan memajang
segala kegiatan liburan yang mereka lakukan di akun media sosial! Nah, tidak
mudah, bukan!
Walau berat dan penuh
tantangan, Astari melakukan pekerjaannya sebagai travel blogger tak hanya sekadar kerja tapi benar-benar
dilakukannya sepenuh hati. Ia bahagia menjalani pekerjaannya. Walau pernah
mengalami hal menegangkan misalnya nyaris ketinggalan pesawat saat mau
berangkat ke Kuala Lumpur. Untungnya Dewi Fortuna masih berpihak kepadanya.
Kecintaannya yang besar
pada dunia traveling dan menulis
tercermin dari setiap tulisan dan foto yang ia terbitkan di blognya.. Ada
cinta dan ketulusan di setiap tulisan dan foto Astari.
Ya, Menulis artikel dengan hati,
memotret sebagus mungkin dan juga membagikan ceritanya tak hanya di blog tapi
juga di akun media sosialnya yang ia kelola dengan serius yaitu Instagram dan
Twitter. Ia bahkan sering membawa laptop saat melakukan perjalanan dengan
sebuah brand dan menuliskan kisah
perjalanan mereka saat itu juga. Tapi, Tari mengaku lebih sering menerbitkan tulisannya
setelah trip selesai, semacam obat penawar rindu perjalanan kemarin. Wah,
ternyata travel blogger juga susah move on ya dari setiap perjalanan yang
seru!
Apa Yang
Kamu Dapat, Tari?
Ya, tak hanya sekadar materi yang
didapatkan Tari dari menjadi travel
blogger. Ia mendapat jauh lebih banyak hal-hal yang tak ternilai. Selain materi
berupa uang dan barang-barang lainnya, banyak hal yang ia dapatkan dari
kegiatan ngeblog.
Diantaranya adalah terlibat dalam
beberapa proyek promosi pariwisata baik dalam negeri maupun luar negeri,
kesempatan untuk mengeksplor pariwisata suatu destinasi lebih dalam. Iya, ini
yang membuat Tari dan teman-teman travel
blogger disirikin. Bisa jalan-jalan gratis, makan enak, dan dapat honor,
pula! Siapa yang nggak mau?
Selain itu, Ia punya kesempatan untuk bekerjasama dan
kenal dengan orang-orang di Kementerian hingga bertemu teman-teman sesama content creator yang kreatif baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
pastinya seru banget.
Menjadi travel blogger berarti diberi berbagai barang gratis dari perusahaan besar untuk diendorse. Mulai dari gawai, ransel, laptop, drone dan banyak lagi. Mereka bahkan mempunyai kesempatan untuk mencoba produk baru sebelum diluncurkan ke pasaran.
Yang juga tak kalah bikin terharu,
menjadi travel blogger ia mendapat
banyak pembaca loyal. Menurut Tari, pembacanya bahkan lebih posesif
dibandingkan pacar, hehe.
“Kak, ditunggu artikel barunya,
ya!” atau
“Kak, nginap di mana? Mampir dong
ke kotaku!” cerita Tari sumringah.
Bagi Tari, yang paling
membahagiakan sebagai travel blogger
adalah kesempatan untuk ketemu dengan orang-orang baru dan dan bisa belajar
banyak hal baru yang ditemui dalam perjalanan. Hal itu tentu memperluas
cakrawala pemikiran dan wawasan seorang Astari. Ya, tak heran jika seorang traveler akan kaya
pengalaman dan kaya hati. Astari sangat bersyukur pada Allah karena diberi
kesempatan menjadi travel blogger.
Ke
Mana Kakimu Melangkah?
Untuk menentukan destinasi di
Indonesia, ia lebih senang mengunjungi provinsi yang jauh misalkan provinsi
yang ada di Indonesia Timur. Berhubung Tari adalah jenis orang yang well prepared alias penuh persiapan, Ia selalu mempersiapkan segala hal sebelum perjalanan.
Mulai dari rincian biaya, destinasi, hingga cuaca dan berita terbaru seputar
destinasi yang akan dikunjungi.
Untuk biaya perjalanan, Tari punya
tabungan sendiri khusus biaya perjalanan. Sebagian uang yang ia dapatkan dari pekerjaan,
ia sisihkan untuk modal jalan-jalan berikutnya. Oh ya, gadis yang bergabung di
Komunitas Travel Blogger Indonesia Corners ini memiliki kebiasaan unik untuk
mencapai target dalam hidupnya. Ia memperlakukan reward and punishment untuk dirinya sendiri.
Misalnya, ia punya kewajiban menulis tujuh artikel dalam
tujuh hari, kalau seandainya ia selesai mengerjakannya kurang dari tujuh hari,
maka ia akan memberi hadiah kepada diri sendiri yakni uang tambahan untuk
tabungan travelling. Tapi kalau
seandainya gagal maka ia harus bersiap diri untuk tidak mendapat biaya tambahan
liburan. Cara ini bikin Tari semangat untuk berkarya dan mengerjakan sesuatu
dengan baik.
Persiapan yang paling penting
selain biaya perjalanan adalah kondisi kesehatan. Ia biasa membawa obat-obatan
pribadi saat ngetrip. Dan yang paling penting yakni belajar sedikit bahasa
daerah, supaya bisa ngobrol dengan akrab dengan penduduk lokal nantinya.
Sedangkan untuk teman perjalanan,
Tari yang punya hobi menonton pertunjukan seni tari ini,
tidak terlalu mempermasalahkan karena merasa nyaman untuk bepergian sendirian
ataupun dengan rombongan. Astari mengawali perjalanan sebagai seorang solo backpacker. Jalan- jalan sendiri dengan modal seadanya.
Mungkin karena itulah, dia lebih nyaman untuk melakukan perjalanan sendiri atau
minimal dalam kelompok kecil.
Menurut penerima Beasiswa Pupuk
Sriwijaya tahun 2012 ini, Terkadang terlalu banyak kepala malah membuat konflik
ditengah perjalanan (karena mungkin keinginan yang berbeda ditengah
perjalanan,ya). Tapi ia tidak menutup diri untuk travelling beramai-ramai. Ia
pernah terlibat dalam sebuah campaign
promo wisata bersama 50 orang influencers
lainnya untuk mengekslor tujuh provinsi di Indonesia selama seminggu lebih dan
semua itu menurut Tari, punya cerita unik tersendiri!
Menurut Tari, Perjalanan paling berkesan
buatnya adalah perjalanan ke Indonesia Timur, khususnya Ambon, Saumlaki, dan
NTT. Astari jatuh cinta pada Kota Ambon. Ia menghabiskan sembilan hari di kota
Ambon. Kota yang dikenal dengan julukan ‘City
of Music’.
Baginya
Ambon, kota yang orang-orangnya begitu ramah dan kota yang begitu damai antar
umat beragama. Rasanya waktu sembilan hari itu sangat kurang mengeskplorasi
Ambon dan ia ingin bisa kembali ke Ambon lagi. Semoga
terwujud, Tari!
Pernah Mengalami Hal
Kurang Mengenakkan?
“ Pasti
ada. Mau itu solo travelling atau travelling ramean pun aku pernah mengalami
pengalaman yang kurang menyenangkan. Nyaris saja dicium oleh lelaki yang duduk
disebelahku, nasib baik aku berani melawan dengan berteriak dan memaki beliau.
Kejadian itu didalam bus pada malam hari. Yang terpenting dari solo travelling adalah berani mengambil
resiko dalam hal apapun. Dan sebisa mungkin lawan selagi kalian bisa.
Percayalah, Tuhan bersama para pejalan,”
Pesan Tari Untuk Kamu,
Calon Travel Blogger Keren
Berawal dari hobi menjadi profesi.
Travel blogger bisa dibilang adalah
pekerjaan yang paling diidamkan oleh banyak orang. Harapan seorang Astari
Ratnadya buat teman-teman yang ingin jadi travel
blogger, Konsisten saja dulu membuat konten, nanti akan ada saatnya kamu
dicari sama agensi. Tak perlu ragu akan rejekimu karena tiap orang punya jalan
rejeki masing - masing.
Menurut gadis ramah ini, Menjadi terkenal itu bukan tujuan, tapi pilihan.
Percayalah setiap pekerjaan itu ada enak enggaknya. Dan yang paling penting,
jangan pernah lupakan pembacamu. Tanpa mereka, kamu bukan siapa - siapa.
Tags:
Kenal Lebih Dekat
Keren banget ya, aku paling suka Mbk Dedew nulis tokoh begini, mengalir banget dan detail, makasih ya Mbk.
ReplyDeleteSuwun mbaa
DeleteKata-katanya sangat menotivasi. Jadi terkenal emang bukan tujuan tapi pilihan.
ReplyDeleteBonus yaa..
DeleteDulu akupun ingin jadi travel blogger mba :D tapi keburu nikah dan mlendung yo ndak jadi haha. Ada ga ya travel blogger emak-emak? kemana-mana bawa anak? fiuuh itu pasti seru dan full tantangan.
ReplyDeleteAdaaa..muna sungkar momtraveler.com dan nurul noe, terus dee adventurose.com bawa bocah..
DeleteKeren banget. Dari nggak sengaja nulis jalan2 jadinya kecempkung js travel blogger.
ReplyDeleteIya dan terlatih sejak SD
DeleteSemangatnya perlu jadi teladan 👍
ReplyDeleteSetuju mas..
DeleteTerharu banget :') Kelihatan banget konsistensinya. Tahan banting!
ReplyDeleteTerharu banget :') Kelihatan banget konsistensinya. Tahan banting!
ReplyDeleteBenerrr...
DeleteAyahnya mbak Tari keren ya, mengharuskan menulis setelah jalan-jalan. Jadi nggak sekedar piknik tapi harus ada dokumentasinya, sehingga nggak dilupakan dan hilang begitu saja. Sangat cerdas.
ReplyDeleteDan jika sekarang mbak Tari menjadi Travel Blogger terkenal itu bukan instan tapi prosesnya panjang. Sangat menginspirasi ya mbak.
Saya sudah buatkan anak saya blog dan sudah diisi tapi belum berani publish katanya maluu.. yaelah emaknya aja biar blognya jelek nggak punya maluu.. hehe..
Tapi mbak Dedew nggak kalah keren, tulisan ini bagus dan saya jadi kenal dengan mbak Tari :).
Iya mbaa jadi sejak kecil terbiasa nulis yaa..kereen..
Delete