“Bukunya susah,
Bu,” Pedro meringis, nyaris menangis.
Pedro, Anak
ganteng yang mampu berbicara tiga bahasa: Indonesia, Jerman dan Inggris itu
benar-benar kewalahan.
Mbak Dewi penggiat literasi berprestasi |
Luh Putu Kusumadewi Yuliani, akrab dipanggil Dewi saat itu adalah seorang guru baru dan menjadi co teacher di kelas 1. Ia merasa frustrasi saat mengajar membaca anak muridnya di sebuah SD Internasional di Denpasar. Tak terbayangkan di benaknya, mengajar membaca ternyata sesulit ini.
Di sekolah, ada
program membaca buku yang bertujuan merangsang anak gemar membaca buku. Setiap
minggu, anak-anak mendapat tugas tambahan yang menyenangkan. Yaitu, mereka
harus membawa dua buku dari perpustakaan sekolah untuk dibaca di rumah bersama
orangtua.
Dua buku bacaan
itu terdiri dari satu buku cerita berbahasa Inggris dan satu buku cerita
berbahasa Indonesia. Untuk tugas tambahan itu, mereka boleh memilih buku sesuai
minatnya di perpustakaan sekolah.
Namun kendalanya
adalah kebanyakan buku cerita berbahasa Indonesia saat itu-sekitar tahun 2005-minim
ilustrasi serta berisi terlalu banyak tulisan.
Untuk anak kelas satu yang baru belajar membaca alias berada di level pemula, hal ini menjadi kesulitan tersendiri. Anak-anak stres ketika membaca buku cerita berbahasa Indonesia. Bermunculan keluhan dari anak-anak di kelas. Tak hanya dari Pedro.
Pedro dan teman-teman kini gemar membaca buku berbahasa Indonesia |
Untuk anak kelas satu yang baru belajar membaca alias berada di level pemula, hal ini menjadi kesulitan tersendiri. Anak-anak stres ketika membaca buku cerita berbahasa Indonesia. Bermunculan keluhan dari anak-anak di kelas. Tak hanya dari Pedro.
Untuk buku
bacaan berbahasa Inggris, hal itu takkan terjadi. Karena setiap buku bacaan
berbahasa Inggris untuk anak-anak sudah dilengkapi dengan level atau tingkatan
yang jelas.
Misalnya, buku bacaan level I untuk pembaca pemula (first reader) lebih banyak berisi ilustrasi dan minim tulisan. Teks buku bacaan level 1 biasanya hanya terdiri dari satu kalimat setiap satu halaman ilustrasi. Bayangkan, stresnya anak saat mendapat buku berbahasa Indonesia dengan teks panjang dan tanpa gambar?
Misalnya, buku bacaan level I untuk pembaca pemula (first reader) lebih banyak berisi ilustrasi dan minim tulisan. Teks buku bacaan level 1 biasanya hanya terdiri dari satu kalimat setiap satu halaman ilustrasi. Bayangkan, stresnya anak saat mendapat buku berbahasa Indonesia dengan teks panjang dan tanpa gambar?
Aduh, bagaimana
ini?
Ibu guru
kelahiran Mojokerto ini pun putar otak bagaimana menyiasatinya. Tidak mungkin
kan, ia memaksa anak membaca buku yang tidak sesuai kemampuan. Dewi lalu minta
izin pada guru ekspatriat untuk menerjemahkan buku cerita berbahasa Inggris ke
Bahasa Indonesia. Pihak sekolah setuju dan menyediakan buku-bukunya.
para penulis cerita anak yang bersemangat membuat buku-buku bergizi |
Hasil terjemahan
buku berbahasa Inggris inilah yang kemudian digunakan untuk bahan pendamping belajar
membaca anak-anak kelas 1. Juga dijadikan buku bacaan di rumah. Kemampuan
berbahasa Indonesia para murid pun mulai meningkat. Anak-anak menikmati buku
terjemahan karya Bu Dewi dan teman-teman.
Seiring
berjalannya waktu, Dewi dan para guru di sekolah mulai memikirkan bagaimana
menyediakan buku-buku berbahasa Indonesia yang sesuai kebutuhan anak. Hebatnya,
Kepala Sekolah sangat mendukung usaha para guru untuk menyediakan buku bacaan
berbahasa Indonesia.
Setiap
tahun, pihak sekolah mengunjungi toko
buku untuk membeli buku-buku berbahasa indonesia. Meskipun begitu, mereka masih
kesulitan mendapatkan buku berbahasa Indonesia untuk pembaca pemula selain
buku-buku yang mereka terjemahkan sendiri.
Hm, Kenapa tidak menulis buku sendiri? Ide menarik itu muncul di benak Dewi. Sebuah ide jenius, namun rasanya sulit terwujud. Menulis buku anak kan tidak mudah. Bagaimana caranya?
Hm, Kenapa tidak menulis buku sendiri? Ide menarik itu muncul di benak Dewi. Sebuah ide jenius, namun rasanya sulit terwujud. Menulis buku anak kan tidak mudah. Bagaimana caranya?
I don’t know, Let’s do it!
Ya, Para guru pun
mulai menulis buku-buku sederhana yang sesuai untuk pembaca pemula. Tentu tidak mudah ya, menulis buku anak.
Jumlah halaman buku anak memang sedikit tetapi ceritanya harus gampang dimengerti dan menghibur. Jangan sampai, bukunya terlalu menggurui dan membosankan pembaca cilik. Tapi, mereka berusaha untuk belajar merangkai kata. Tertatih-tatih, tapi tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha.
Bersama penulis cerita anak membuat buku yang menarik untuk pembaca pemula |
Jumlah halaman buku anak memang sedikit tetapi ceritanya harus gampang dimengerti dan menghibur. Jangan sampai, bukunya terlalu menggurui dan membosankan pembaca cilik. Tapi, mereka berusaha untuk belajar merangkai kata. Tertatih-tatih, tapi tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha.
Satu kendala para
guru adalah bagaimana dengan ilustrasinya? Tak ada guru yang bisa menggambar!
Untungnya, sekolah berlangganan website
Reading A-Z dimana para guru memiliki
akses untuk mengambil ilustrasi lucu dan menarik. Jadi, selain menerjemahkan
cerita dari website, para guru juga
mengambil ilustrasi yang sesuai untuk buku karya mereka.
Buku yang dibuat Bu Dewi dkk saat merintis kegiatan literasi diterjemahkan dari buku berbahasa Inggris |
Untuk
menunjukkan keseriusan, kepala sekolah bahkan membebastugaskan guru kelas 1 Bu
Utami dari kegiatan mengajar agar fokus pada kegiatan menulis buku. Dewi dan 4
orang guru lain yang tergabung dalam Komite Buku bertugas mengeditnya. Tak
hanya itu, Para guru juga kerap ditugaskan ikut pelatihan menulis buku anak di
luar sekolah untuk meningkatkan keterampilan.
Sejak saat itu, kebutuhan
buku bacaan berbahasa Indonesia di sekolah terpenuhi. Pedro kini gemar membaca buku cerita berbahasa Indonesia. Pedro dan siswa lainnya menunjukkan minat tinggi pada literasi Indonesia. Ditandai dengan banyaknya siswa meminjam
buku berbahasa Indonesia di perpustakaan.
Tentu saja, kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia para siswa pun meningkat pesat. Betapa bahagianya pihak sekolah dan orangtua murid. Kerja keras mereka membuahkan hasil.
Tentu saja, kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia para siswa pun meningkat pesat. Betapa bahagianya pihak sekolah dan orangtua murid. Kerja keras mereka membuahkan hasil.
Ikut pelatihan menulis buku anak untuk mengasah kemampuan |
Ya, menyukseskan
gerakan literasi di sekolah memang tidak mudah. Merangsang minat baca anak dan
menumbuhkan kebudayaan membaca butuh jalan berliku. Tapi, bukan berarti tidak
mungkin.
Walaupun menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan sumber daya, kita bisa melakukannya asal ada kemauan dan berusaha konsisten. Tidak gampang menyerah. Karena kita tahu, hasilnya tidak langsung nampak saat itu juga. Tapi, mungkin beberapa tahun ke depan.
Walaupun menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan sumber daya, kita bisa melakukannya asal ada kemauan dan berusaha konsisten. Tidak gampang menyerah. Karena kita tahu, hasilnya tidak langsung nampak saat itu juga. Tapi, mungkin beberapa tahun ke depan.
Usaha para guru
di sebuah sekolah dasar di Denpasar untuk menyediakan buku bacaan berbahasa
Indonesia kemudian mengilhami mereka untuk membangun gerakan literasi dengan
skala lebih besar.
Tak hanya di sekolah mereka saja, tapi juga menumbuhkan minat baca di sekolah-sekolah di Bali. Bahkan di luar provinsi. Dibawah naungan Yayasan Literasi Anak Indonesia, para guru dan relawan tak hanya berusaha merangsang minat baca tapi juga menyediakan buku bacaan yang sesuai untuk kemampuan anak.
Dua buku cerita anak berbahasa Indonesia karya Bu Dewi yang diterbitkan YLAI |
Tak hanya di sekolah mereka saja, tapi juga menumbuhkan minat baca di sekolah-sekolah di Bali. Bahkan di luar provinsi. Dibawah naungan Yayasan Literasi Anak Indonesia, para guru dan relawan tak hanya berusaha merangsang minat baca tapi juga menyediakan buku bacaan yang sesuai untuk kemampuan anak.
Bagi Dewi,
bergabung dengan sebuah komunitas membuat para penggiat literasi ini tak merasa
berjuang sendirian. Mereka saling dukung satu-sama lain. Juga merasakan
kebanggaan yang sama ketika buku-buku yang mereka tulis dahulu sudah tersebar
di seluruh Indonesia bahkan sampai di Australia.
Ya, bagi Dewi dan teman-teman, perjuangan sebagai penggiat literasi adalah kegiatan yang menyenangkan dan membahagiakan karena menebarkan manfaat untuk orang lain di sekeliling mereka.
Ya, bagi Dewi dan teman-teman, perjuangan sebagai penggiat literasi adalah kegiatan yang menyenangkan dan membahagiakan karena menebarkan manfaat untuk orang lain di sekeliling mereka.
Bersama rekan pengajar di sekolah |
Walaupun mereka harus pintar-pintar membagi waktu antara kegiatan mengajar, mengurus keluarga dan menggiatkan kegiatan literasi, Dewi yang hobi membaca ini mengaku enjoy menjalaninya.
“Iya, dibawa fun aja. Saya ngajar dari jam 7.30
sampai jam 4. Tapi sering molor waktu pulangnya. Selebihnya, saya ngurus
keluarga.
Nah sebagai penggiat literasi ya kami lakukan disela-sela kegiatan mengajar, atau saat libur sekolah,” ujar peraih Grand Prize Award Samsung Kids Times Award di Singapura itu ringan.
Nah sebagai penggiat literasi ya kami lakukan disela-sela kegiatan mengajar, atau saat libur sekolah,” ujar peraih Grand Prize Award Samsung Kids Times Award di Singapura itu ringan.
Betul sekali ya,
Semuanya terasa ringan karena didasari oleh rasa cinta dan kepedulian akan masa
depan anak-anak Indonesia. Dewi mengaku bangga dan bahagia dengan program
Gerakan Literasi Sekolah yang digaungkan pemerintah Indonesia saat ini.
Karena itu, Dewi ingin sekali berbagi pengalaman bagaimana mereka mampu menggerakkan literasi di sekolah sejak 12 tahun lalu pada teman-teman pengajar SD di seluruh Indonesia. Jika ingin berdiskusi dengan beliau, colek aku saja ya untuk nomer kontaknya. Terima kasih sudah membaca artikel ini. Salam Literasi Indonesia!
Karena itu, Dewi ingin sekali berbagi pengalaman bagaimana mereka mampu menggerakkan literasi di sekolah sejak 12 tahun lalu pada teman-teman pengajar SD di seluruh Indonesia. Jika ingin berdiskusi dengan beliau, colek aku saja ya untuk nomer kontaknya. Terima kasih sudah membaca artikel ini. Salam Literasi Indonesia!
Sumber Foto: Luh Putu Dewi Yuliani dan
Dewi Rieka
Wah bu dewi ini sosok guru yang patut ditiru, rajin ikut pelatihan menulis, gabung literasi, biar anak sd dan yang lainnya gemar membaca buku 😊
ReplyDeleteterima kasih, Kakak semua....
DeleteIni karena kami kami ga berhenti berusaha untuk literasi Indonesia
Wow, Menarik sekali kisah perjuangannya. Bisa ditiru nih :)
ReplyDeletemari sama-sama berjuang demi pendidikan yang lebih baik.
Deletesekolahnya bagus banget ya, segitu niatnya demi menggalakkan budaya membaca :D saluuuut. sama mba dedew juga syaluuutz (pakek z) hihi
ReplyDeleteSaya sangat bersyukur diberikan ruang bertumbuh dan berkembang oleh sekolah di tempat saya bekerja
DeleteSemoga makin banyak guru2 spt bu dewi ya mbak
ReplyDeleteInspiring mbak.
ReplyDeleteIya sih, saya pun saat kecil dulu suka bosen kalau baca buku yg tulisannya panjang, ilustrasi dikit.
keren. gak menunggu tapi aksi nyata. sangat menginspirasi.
ReplyDeleteInspiring sekali bu dewi.aku juga nih masih kendala menumbuhkan minat baca sama anak2 disekolah :(
ReplyDeleteDimulai dari yang kecil dulu ya.
DeleteKeren sekali bu dewi...minat baca memang harus di latih sejak dini. Nah untuk melatih niat baca juga membutuhkan konten yang tidak membosankan. Terimakasih kisahnya...sangat inspiring.
ReplyDeleteTerima kasih banyak, Mbak.
DeleteBu Dewi menginspirasi banget nih, moga banyak yang mengikutinya
ReplyDeletekeren sekali bu dewi, semoga dapat mengispirasi guru2 yang lain
ReplyDeleteBu Putu Dewi keren banget. Kepseknya juga keren. Dulu, zaman masih ngantor di lembaga pendidikan, pernah punya atasan yang care banget dengan buku dan kegemaran membaca begini. Eh, ketika beliau diganti, penggantinya berbeda 180 derajat. :p
ReplyDeleteSaya sendiri salut dengan kedua kepala sekolah kami masa itu. Perjuangan mereka pun berbuah hasil.
DeleteKeren, Dew. Senang membaca postingan seputar dunia literasi darimu.
ReplyDeleteInspiratif banget nih.. Siapa tau energi positifnya menular, thanks kak sharingnya
ReplyDeleteSalut dengan ibu Dewi, moga jadi inspirasi bagi guru2 lainnya.
ReplyDeleteTerima kasih.
DeleteWah..bisa ditiru ya. Matur nuwun sharingnya
ReplyDeleteMinat membaca di indonesia terlalu rendah makanya buku2 yg dihasilkan jadi sedikit. Beruntung mba dedew dan bu guru dewi selalu punya ide dan karya brilian buat kita semua
ReplyDeleteKeren bu Dewi.. Aku ikut seneng ada guru yang sangat bersemangat seperti bu Dewi. Sukses terus bu..
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteYa Allah, Mbak, ini Bu Dewi keren banget ya. Waktunya di sekolah sampai jam 4 tapi masih produktif.
ReplyDeleteTerus lingkungan yang mendukung memang lah satu faktor kesuksesan orang ya. Sip sip, semoga Bu Dewi dkk penggiat literasi di luar sana makin produktif.
Tidak kenal lelah untuk literasi. Saluut
DeleteKeren ya bu dewi. Semoga banyak guru2 yqng kreatif seperti beliau.
ReplyDeleteKereeen... Sya pngen menggerakkn literasi di murid smp yg saya ajar..
ReplyDeleteBgaiman mngawalinya n sharing sm siapa y? Mbk dew? Kereeen bu Dewi
Selamaaat.. Ternyata artikel ini menang.... Lombanya berkelompok?
ReplyDeleteNgga mba, perorangan..
Deletesuperb nih mbak idenya, saya aja juga ngebayangin nanti gimana memperkenalkan anak pada bahasa saya, karena saya menikah dengan WN Belanda dan akan tinggal disana .. hmm semoga dimudahkan, dan apakah buku-buku ini dijual on line?
ReplyDeleteKeren banget cara merangsang anak agar suka membaca bahasa Indonesia. Usaha guru dan dukungan dari sekolah patut diacungi jempol. Smg banyak pendidik yg seperti ini.. Salut untuk Bu Dewi dan Mbak Dew hehe...
ReplyDelete