Dear Temans,
Hari ini ada kehebohan di dunia maya terkait buku Fita Chakra, penulis buku anak produktif asal Semarang. Buku-buku itu adalah Seri Aku Bisa Melindungi Diri yang ia tulis.
Setiap buku terdiri dari dua cerita seputar mengajarkan anak bagaimana melindungi dirinya dari kejahatan. Penerbitnya adalah Tiga Ananda, anak perusahaan Tiga Serangkai dan terbit Agustus 2016.
Daripada kita ramai berpolemik tentang enam seri buku ini, apalagi Penerbit Tiga Serangkai dan penulisnya sudah klarifikasi. Bukunya pun yang berjudul Aku Belajar Mengendalikan Diri sudah ditarik dari peredaran sejak Bulan Desember. 2016.
Untuk yang membully Fita, lebih baik kita intip dulu yuk bagaimana behind the scene pembuatan buku yang membuat para netizen kalang-kabut ini. Berikut obrolan saya dengan Fita melalui Whatsapp dan e-mail.
Fita Chakrawati adalah penulis buku anak kelahiran Semarang 08 April. Ia memiliki tiga putri dan berdomisili di Depok. Fita, panggilan akrabnya, sudah menulis sekitar 50 an buku anak dan parenting.
Kesibukan Fita selain mengasuh anak dan menulis, juga mengajar ekskul menulis di sebuah sekolah dasar di Depok.. Judul buku yang ditulis Fita diantaranya adalah Princess Kocak (DAR!Mizan, 2013), Diari Parenting (BIP, 2013), Happy Mom (GPU, 2011), Panduan Super Lengkap Hamil Sehat (Penebar Plus, 2010) dan banyak lagi.
Perempuan lulusan Magister Manajemen UGM ini sering menulis buku tema anak dan parenting. Buku anak karena ia suka menulis cerita anak. Sedangkan untuk tema parenting, awalnya ia hanya menulis peristiwa berdasarkan pengalaman mengasuh ketiga anaknya.
Fita menyadari ia tidak punya background pendidikan psikologi, tetapi suka membaca buku-buku psikologi juga parenting.
Tapi, ia tak ingin disebut penulis buku parenting karena ia menulis tema ini untuk berbagi pengalaman mengasuh anak dengan orangtua lain Fita yakin, tiap orangtua punya style yang berbeda dalam mengasuh anak-anaknya. Dan tidak berani mengatakan bahwa yang ini benar dan yang itu salah.
Hai Fita!
Mau ngobrol seputar Seri Aku Bisa Melindungi Diri. Bagaimana latar belakang penulisan Seri ini, Fit? Ada 6 buku ya?
Fita: “Awalnya, aku mendapat tawaran dari teman editor untuk menulis buku untuk anak usia SD ke bawah. Konsepnya, sebuah buku cerita dengan tips untuk orangtua di tiap akhir cerita. Tema yang akan diangkat tentang melindungi diri dari kejahatan,
Adapun sub tema yang dibahas, pertama pendidikan seks (beda laki-laki dan perempuan, apa itu hamil, mengapa harus khitan, menjaga kebersihan organ vital, cara berpakaian sesuai jenis kelamin, dan sebagainya).
Kedua, menjaga diri sendiri (dari orang asing, dari orang yang dikenal, menutup aurat, belajar menghubungi nomor penting di saat darurat, dan sebagainya).
Aku sempat menolak karena menurutku, ada banyak buku yang bertema serupa. Aku juga ragu bisa menuliskannya mengingat tidak semua orangtua bisa menerima tema ini, terutama sub tema pendidikan seks. Menurutku, tema ini sensitif,”
Mengapa akhirnya Fita memutuskan menulis buku seri ini?
Fita: 'Setelah berdiskusi panjang dengan teman editor tersebut, aku memutuskan untuk mengambil tawaran ini. Mengapa?
Pertama, dari hasil diskusi kami akhirnya kami merumuskan konsep yang berbeda dari buku bertema serupa. Ini akan menjadi nilai plus bagi buku tersebut.
Kedua, aku melihat kebutuhan anak-anak dan orangtua akan buku bacaan yang seperti ini. Sebagai orangtua, jujur saja, aku sering merasa cemas dengan berita penculikan, pelecehan seksual dan semacamnya. Oleh karenanya, aku ingin membekali anak-anak dengan ilmu yang cukup. Apalagi, anak-anak sekarang sangat kritis bertanya.”
“Buatku, sekritis apapun pertanyaan anak, aku berusaha menjawabnya. Lebih baik anak-anak tahu dari aku (ibunya) daripada dari teman-temannya.
Buku ini bisa menjadi salah satu alternatif bacaan, ketika orangtua bingung menjawab pertanyaan anak-anak, seperti, “Dari mana bayi lahir?” atau “Kenapa laki-laki harus dikhitan?”. Bisa juga terjadi lho seperti pengalamanku.
Jadi begini, anakku pernah bertanya, “Memangnya orang asing itu yang bagaimana?” ketika aku beritahu “Jangan bicara pada orang asing.” :D Dan waktu itu, aku bingung menjawabnya.
Ketiga, kebetulan, aku banyak melihat dan mendengar berbagai kejadian terkait dengan hal yang akan aku tulis di dalam seri ini, dari cerita kedua orangtuaku yang berprofesi sebagai dokter.
Alhamdulillah, kedua orangtuaku cukup terbuka. Tidak ada hal tabu dalam keluarga kami karena hal-hal yang menyangkut pendidikan seks, biasa dibicarakan dalam konteks ilmiah.”
“Oleh karenanya, aku berharap bisa “mengetuk hati” para orangtua lain supaya komunikasi terbuka di dalam keluarga kami, dapat dilakukan juga di keluarga lain. Karena dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, orangtua bisa lebih mudah berbicara segala hal sekaligus mengingatkan jika anak-anak melakukan seuatu di luar aturan atau norma.
Nah, aku berharap buku ini bisa menjadi salah satu media orangtua untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Aamiin.
Bagaimana tanggapan pembaca? Khususnya para orangtua?
Fita: Alhamdulillah, ada beberapa pembaca memberikan komentar yang positif. Ada yang mengatakan buku ini menjawab kebingungan mereka merespon pertanyaan anak-anaknya. Ada juga yang mengatakan bahwa anak-anak memang harus diajarkan untuk menjaga diri sendiri sejak kecil.
Mengenai yang kontra. Hmm, aku yakin pasti ada pro dan kontra dari segala sesuatu. Jadi, aku menghargai mereka yang berpendapat untuk tidak memberikan pendidikan seks selama anak-anak diam (tidak bertanya).
Intinya, pendidikan seks itu kembali lagi pada keluarga. Dan tiap keluarga, seperti yang saya bilang di awal, punya pola pengasuhan yang berbeda.
Bagaimana seharusnya membaca buku ini?
Fita: Buku ini adalah buku yang dibaca dengan panduan orangtua. Darimana kita tahu buku tersebut dibaca dengan panduan orangtua? Di setiap cerita terdapat tips untuk orangtua.
Jadi jelas bahwa orangtua harus ikut baca. Aku sarankan orangtua membaca terlebih dahulu, memahami isinya supaya ketika membaca bersama anak, bisa menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak, sesuai dengan usia mereka.
Rencana ke depan gimana terkait tema ini?
Fita: Inginnya sih bikin event seminar bekerjasa sama dengan psikolog membahas tema pendidikan seks. Masih dalam tahap wacana, Dew.
Terima kasih Fita atas wawancaranya. Tetap semangat ya say mencerahkan hari-hari anak Indonesia lewat buku-bukumu.
Semoga sukses selalu utk mba Fita dan mba Dedew ya, mengedukasi generasi bangsa ini melalui buku. Terima kasih.
ReplyDeleteAku malah setuju dengan buku ini. Dari pada anak secara nggak sengaja menemukan sendiri pembahasan di internet. Ngeri kan, lihat aja konten di youtube, banyak yg porno. Dan anak kecil sekarang pintar memggunakan smartphone. Dia bisa aja mneuju konten porno kalo ortu nggak mendampingi. Dengan buku spt ini, ortu mendapat bantuan. Mestinya buku ini utk konsumsi ortu kali mba.
ReplyDeleteBuat Fita, moga sabar ya.
Makasih mbak dew..
ReplyDeleteTetep semangat yaa mba Fitaaa luv hug
Terima kadih utk pencerhannya Dedew. Semoga madyarakat bisa berpikir kebih cerdas dalam mencerna informasi.
ReplyDeleteSaya belum baca bukunya tapi sedih juga membaca kehebohan hari ini. Pro-kontra sih wajar aja asalkan yang berdebat sudah membaca seluruh isi bukunya. Lha ini baca cuma beberapa lembar tapi heboh banget. Bukunya pun udah ditarik. Jadi sebetulnya yang mau dihebohin gak jelas.
ReplyDeleteSemoga Mbak Fita tabah
Semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya. Semoga mba Fita tetap semangat ya, jangan kapok nulis... Biarkan haters berlalu :D
ReplyDeletenah , kita juga perku tahu hal seperti itu dan itu memang kenyataan yg ada dan bisa dilihat ya mbak, kadang kita masih belum bisa hal yg spt itu dibicarakan, pdhl ini penting
ReplyDeleteHmmm, sebenernya aku berpikir-pikir perlunya pendidikan seks bagi anak2 ini. Karena saat ini kan banyak ya kejahatan-kejahatan seksual pada anak. Miris kalau membaca berita2 kriminal. Cuma bingung cara penyampaiannya. Aku pikir mungkin perlu juga ya sebagai panduan orang tua bagaimana cara menjelaskan kepada anak-anak. Terus terang, aku was-was dgn keadaan skrg. Sering saya baca anak-anak yg di abused gitu.
ReplyDeleteAku juga dapat penggalannya. Aku pikir karena penggalan jadi the whole ceritanya ga keliatan yak. Karena yg diekspos bagian tersebut. Tapi sudah beredar juga sih klarifikasi dari penerbitnya terkait hal tersebut. Mudah2an tidak menjadi polemik berkelanjutan.
Terima kasih sudah menuliskan ini, mbak. Hehehe, sempat heboh juga di group whatsappku.
ReplyDeleteTerima kasih sharingnya makdew....membantu banget tulisannya, jadi tidak penasaran lagi bagaimana buku ini bisa ditulis.
ReplyDeleteUntuk Fita, tetap semangattt dan terus berkarya yaa..
Aku sudah punya bbrp seri dari buku ini. Awal beli, ak sudah tau bahwa buku ini perlu bimbingan ortu dan gak plek plekan lgsg di kasih ke anaknya aja. Karena di setiap akhir cerita ada pesan untuk ortu. Dari situ aku tau klo buku ini harus dibaca bersama ortu.
ReplyDeleteSeharusnya ortu lain sblm memutuskan membeli buku itu, sdh membacanya terlebih dahulu dan sudah tau itu buku yg butuh dibaca dan didiskusikan bersama anak dan ortu. Klo pure buat anak2, ya gak mungkinlah ada pesan utk ortu disetiap akhir ceritanya.
Hhhhrrrr aku gemes banget sama yg kaya gini. Heboh duluan...
Kebayyang perasaan mbak fita skr..moga2 tabaj mbak fita dan tetep semangat nulis
ReplyDeleteSemangat trs mbk fita. Aq penggemar buku2nya. Tulisan2nya ciamik. Tengs mbak dew udah menulis behind the scene nya mbk fita. Mkn ini hrs dibaca buat yg pd kontra. Yuk semangat trs nulis :)
ReplyDeleteNiat awalnya baik, cuma ngadepin byk kepala dg pikiran yg berbeda memang gak mudah. Semangat berkarya, Mbak Fita
ReplyDeleteWaktu pertama ada berita buku ini saya kaget, kok ada ya. Tapi setelah baca klarifikasi, saya jadi paham. Mengulik sesuatu yg dianggap tabu itu gak mudah
ReplyDeleteSemoga mbak fita gak kapok menulis. Karya2 buku anakny dari dulu sudah banyak. Pyuhhh
ReplyDeleteSemangat mba fita :*
bukunya sekilas kyknya bagus...sayang ya kalau ditarik dr peredaran...apa krn masyarakat kita belum siap dgn hal2 yg agak tabu? pdhl hal2 seperti itu sdh umum sbenarnya. tp belum liat detil bukunya dr a-z nya juga sih spt apa. malah bikin penasaran ya mbak. semoga mbak fita semangat terus nulisnya, jgan sampai down.
ReplyDeleteIya nih teman-teman pada bahas, bener kata Mas/Mba Pu.. Mengulik sesuatu yang dianggap tabu memang gak mudah..
ReplyDeleteMudah2an badai ini segera berlalu. Aamiin.
ReplyDeleteTetap berkarta Mb Fita dan Mb Dedew juga.
Penulis sekaliber Fita, gak mungkin sembarangan nulis. Orang tua aja yang seharusnya baca buku-buku itu terlebih dahulu. Sampai beres. Dan gak ngambil sebagian-sebagian saja. Semoga semua masalah Fita cepat selesai. Dan Fita diberi ketabahan. Semangat, Fita. :)
ReplyDeleteAku sudah menduga. Yang di share orang2 cuma dua halaman saja. Dan langsung salah kaprah. Pendidikan seks sejak dini juga penting, mengingat zaman sekarang kaya gini
ReplyDeleteIya, ya, Mbak? Padahal udah ditarik dari tahun lalu. Eh, sekarang pada koar2nya. :'D
ReplyDeleteBuku yg bagus ya sebenarnya. Kalau aku analisis (tsahh...). Dari jauh bukunya emang terkesan buku anak ya, karena ilustrasinya memang anak-anak banget. Kadangkala, petugas di TB Gramedia suka salah pajang buku. Apalagi buku baru yg masuk ke mereka dalam sehari bisa ratusan judul. Jadi memang buku ini bisa rawan masuk ke display rak buku anak. Kalau memang tujuannya utk orangtuanya, sebaiknya desainnya dikemas memang utk ortu. Tapi semangat buat Mba Fita.. Aku suka buku2nya. :)
ReplyDeleteTerima kasih.. dan semangat .sudah ada konfirmasi jelas nya
ReplyDeleteTerima kasih sudah menuliskan ini, mbak Dew.. Untuk mbak Fita, tetep semangat berkarya yaa...
ReplyDeletedi group WA Blogger Solo juga rame nih, terutama ibu ibu dan emak2 blogger ..saya nyimak udah 100 lebih chat..
ReplyDeleteMudah-mudahan kita semua memetik hikmahnya dari kasus ini. Soal pendidikan sex yang tabu mestinya bikin para orang tua melek dan terus mengupgrade pengetahuannya agar anak-anak tidak mendapatkan informasi yang salah. Kalau aku perhatiin jam teerbangnya penulis yang cukup itu jadi salah satu alasan editor menawari proyek penulisan bukunya.
ReplyDeleteMiris aku baca koment2nya, padahal yang koment juga blm tentu baca bukunya
ReplyDeletesemalam, sudah baca klarifikasinya juga dari pihak penerbit
Buat Mbak Fita, tetap semangat yah...
Kemarin pas baca berita rada kaget, pas udah baca penjelasan jadi paham maksud dan tujuan dibuatnya buku ini, terima kasih klarifikasinya, pastinya buku ini bs membantu orangtua menghadapi pertanyaan2 dari si anak sayang sudah ditarik. Semangat buat mb fita semoga kedepannya tetap semangat buat nulis buku lagi.
ReplyDeletembak dew, makasih banyak audah dishare, semoga lebih banyak ortu yang peduli tentang hal hal yang ada pada anaknya. Memberi buku bacaan memang sewajarnya, orangtua harus mengetahuinya terlebih dulu, apalagi utk usia anak anak.
ReplyDeleteSetiap orang berhak mempunyai pandangan dan pendapatnya masing-masing. Tapi alangkah bijaknya kalau mau berpendapat itu, memahami betul apa permasalahannya. Kalau setengah-setengah, takutnya malah salah.
ReplyDeleteSemoga masyarakat kita semakin gemar membaca. Mau membaca sampai selesai. Supaya semuanya bisa jelas.
Makasih sharingnya Mbak Dew...
Biasa tipikal orang Indonesia yang minat bacanya masih kurang. Coba kalau mau membaca secara lengkap, gak sampai lah kasus kyk gini ya.
ReplyDeleteCerita yang dicapture cuma sepenggal aja.
Makasih mbak sudah menuliskannya.
Yang bikin sebel tuh masuk akun hosip yang jelas2 sudah ada klarifikasi masih juga dipajang.
Semangat buat Mbak Fita
Malah jadi pengen baca biar tahu bagian mana yang dianggap tabu. Pendidikan seks memang hal sensitif walaupun dalam keseharian banyak terjadi kasus pelecehan seks terhadap anak. Semoga ada pembaruan dari bukunya mbak Fita sehingga nanti tetap bisa bermanfaat bagi orang lain.
ReplyDeleteThanks mak dew..
in bukti bahwa tingkat literasi kita masih kurang ya mba, bacanya sepotong-sepotong. aku ngeh setelah teman2 blogger komen di akun IG yang sono itu.
ReplyDeletekeep inspiring
Idenya bagus dan tujuannya mulia. Semoga bisa ketemu cara yang lebih bisa diterima banyak orang yaa.. Semangat Mba Fitaa.. :)
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa mendapatkan penjelasan langsung dari penulis, awalnya aku salah satu orang yang jadi korban info yang disebar sebagian itu.
ReplyDeleteBuat Mbak Fita, tetep semangat dan berkarya ya.
Aku juga udah share tulisan Mbak Dewi ini pada grup2 wasapku yang kemarin juga sempat heboh.
Memang lebih bijak bila kita memandang segala sesuatu secara keseluruhan. Bukan sepotong-potong. Keep on writing!
ReplyDelete:( :( Smg Mba Fita tabah menghadapi para nyinyinyers. Aamiin..
ReplyDeleteMba Fita, maaf sebelumnya. Tapi saya masih penasaran dengan pernyataan pada baris kedua yang terdapat pada tip untuk orang tua, disana tertulis : "bosan dan stress bisa membuat mereka bermasturbasi".
ReplyDeleteBolehkah saya tahu kondisi bosan dan stress yang seperti apa yang bisa memicu hal tersebut?
Apakah pernyataan tersebut merupakan kesimpulan dari hasil analisa yang dilakukan oleh mbak Fita melalui proses observasi dan asesmen? Atau bagaimana?
Mohon pencerahannya mbak, agar saya tidak mispersepsi. Terima kasih.
Mbak Fita, maaf sebelumnya. Tapi jujur saya masih penasaran dengan kalimat pada baris kedua yang terdapat di lembar tip untuk orang tua. Disana tertulis : "bosan dan stresa bisa membuat mereka ingin bermasturbasi".
ReplyDeleteBolehkah saya tahu kondisi bosan dan stress yang seperti apa yang dapat memicu timbulnya keinginan tersebut? Mungkin ada kajian literatur atau mungkin jurnal penelitian yang dapat diberikan sebagai referensi kepada saya yang digunakan oleh mbak Fita dalam menulis buku ini.
Kemudian, apakah pernyataan tersebut ditulis berdasarkan pada hasil analisa yang dilakukan oleh mbak Fita melalui proses observasi dan asesmen? Atau bagaimana? Saya sangat tertarik sekali untuk memahami konten yang sesungguhnya dari buku mbak Fita ini, mengingat banyak sekali protes yang beredar di dunia maya dengan berdasarkan pada 2 halaman saja. Sehingga saya tidak dapat mengambil kesimpulan hanya berdasarkan pada 4 halaman yang beredar di dunia maya (saya juga membaca hal. 32 dan 34 dimana Didi pada akhirnya membuat kesepakatan dengan ibunya untuk mencari kegiatan lain ketika ia merasa bosan)
Oleh karena itu, mohon kiranya mbak Fita dapat membantu memberikan pencerahan agar saya tidak mispersepsi. Terima kasih.
sudah ada masukan membangun dari pemerintah, semoga Fita tetap semangat nulis ya, makin banyak karyanya aamiin, go go fitaa.. http://www.naqiyyahsyam.com/2017/02/ini-tanggapan-satgas-gls-kemendikbud.html?m=1
ReplyDeletealhamdulillah... Fita tegar ya
ReplyDeleteMakasih mbak dew buat tulisannya yg mencerahkan. Moga yg demen membully tanpa tabayun ,baca tulisan ini.
ReplyDeleteKeep semangat mbak fita
Entah kenapa saya auka dan setuju banget sama buku yang heboh ini.Banyak pelajaran yang bisa di dapat..untuk sex edukasi sejak dini memang perlu banget asal memberikan penjelasanya secara tepat.
ReplyDeletePokoknya semangat mba Fita makaasih mba Dedew..
Semangat Fita..dan juga mba Dew! Saya yakin proses pembuatan buku ini tidak sembarangan dan sudah melalui proses panjang. Tapi memang sepertinya isu pendidikan seks untuk anak-anak selalu aja heboh ya. Di sini, saya perhatikan pendidikan seks yang diberikan ke anak-anak disesuaikan umur dan sesuai fakta. Pendekatan yang dipakai juga dari segi kesehatan. Jadi memang kembali ke para orang tua melihat ini semua dari sudut pandang apa..yang pasti, saya yakin semuanya berawal dari niat baik untuk membantu ortu dan memberikan informasi pentingnya tentang hal-hal yang selama ini dianggap tabu, tapi sebenarnya banyak yang ingin dan perlu tahu. Cheers..
ReplyDelete