Dear Temans,
Alhamdulillah,
kalau pertemuan kali ini, no more drama. Kami datang di TKP duluan,
bersiap-siap menyambut beliau di restoran kesayangan Eyang ini. Eyang
nampak segar dan cantik. Beliau baru beberapa hari pulang dari Jerman,
menghadiri Frankfurt Book Fair. Wow, menghadiri pameran buku terbesar
itu adalah impian dakuw Doakan ya, temans bisa kesampaian aamiin hehe.
Menurut Eyang NH. Dini, kita butuh revolusi mental, agar perkembangan Indonesia
lebih maju lagi. Wah, hal ini sejalan dengan cita-cita penggiat Kelas
Inspirasi, Chikita Fawzi dan
kawan-kawannya ya, Lur. Revolusi Mental. Bahwa kemajuan Indonesia
dimulai dari perbaikan mental rakyat Indonesia secara bersama-sama.
Kemajuan bangsa dimulai dari keluarga, dari diri sendiri. Kita harus
punya mental pemenang, rajin, berani mencoba hal baru, jujur dan sifat
baik lainnya.
Happy Monday,
Mukanya jangan lesu begitu dong! Hehe.
Alhamdulillah, Sabtu (31/10) dakuw bertemu lagi untuk kedua kalinya dengan Eyang NH. Dini.
Iya,
penulis legendaris Indonesia yang masih aktif berkarya menulis buku di
usianya yang akan menginjak 80 tahun. Sebelumnya, dakuw pernah cerita
kalau bertemu beliau di Nglaras Roso Ungaran. Dan sempat ada drama kecil dulu, salah lokasi kopdar hehe.
membuka wawasan bersama Eyang NH Dini |
Kali ini kami juga kedatangan tamu Mbak Orin keren, penulis buku anak dari Weleri, Kendal.
Kami dapat oleh-oleh lhoo dari Mbak Orin yang beneran keren ini. Alde dan Nailah dapat buku-buku anak karya Mbak Orin. Asyik!
Tak lama kemudian, Eyang tiba. Ia menyapa kami dengan hangat. Ia kerap kali dikatakan sebagai orang yang keras dan tegas. Tapi, sebenarnya beliau sangat hangat dan ramah. Pergaulan beliau luas sekali. Kali ini, kami ingin mendengar Eyang NH. Dini menceritakan pengalamannya di Frankfurt.
Kami dapat oleh-oleh lhoo dari Mbak Orin yang beneran keren ini. Alde dan Nailah dapat buku-buku anak karya Mbak Orin. Asyik!
Tak lama kemudian, Eyang tiba. Ia menyapa kami dengan hangat. Ia kerap kali dikatakan sebagai orang yang keras dan tegas. Tapi, sebenarnya beliau sangat hangat dan ramah. Pergaulan beliau luas sekali. Kali ini, kami ingin mendengar Eyang NH. Dini menceritakan pengalamannya di Frankfurt.
"Eyang
nggak bawa apa-apa nih. Kaus polos saja harganya mahal sekali," ia
tersenyum memeluk kami satu-persatu sembari cipika-cipiki.
"Nggak
apa-apa Eyang. Bisa ketemu Eyang lagi kami sudah hepi. Pengen dengar
ceritanya tentang Frankfurt Book Fair," ujar Winda, salah satu fans
berat Eyang garis keras, hehe.
Eyang
NH. Dini pun bercerita banyak.
Ya, seperti yang teman-teman ketahui, tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Maka, Indonesia menjadi sorotan dunia, penulis Indonesia diundang berbicara di event bergengsi itu, buku-buku karya penulis Indonesia dipamerkan khusus.
Ya, seperti yang teman-teman ketahui, tahun ini Indonesia menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Maka, Indonesia menjadi sorotan dunia, penulis Indonesia diundang berbicara di event bergengsi itu, buku-buku karya penulis Indonesia dipamerkan khusus.
Salah
satu media Jerman menuliskan bahwa Indonesia adalah negara besar dan
miskin penerbitan buku. Ya, untuk negara yang jumlah penduduknya dua
ratusan juta orang, jumlah buku yang kita terbitkan jumlahnya
menegenaskan. Jadilah, orang Indonesia selalu dituduh punya minat baca
rendah.
asik menyimak cerita Eyang NH Dini |
Menurut
Eyang, hal itu benar adanya. Tentu saja media barat takjub dengan
minimnya penerbitan buku di negara kita. Soal penerbitan buku di Asia,
kita kalah telak dengan India misalnya. Orang bule menjadikan buku
sebagai salah satu kebutuhan pokok. Selalu ada anggaran khusus untuk
membeli buku, sama seperti anggara membeli makanan dan pakaian. Buku
adalah kebutuhan primer.
Beda dengan negara kita, orangtua kadang enggan membelikan anak-anaknya buku bacaan.
Buku
cerita dipandang boros dan membuang waktu, lebih baik belajar. Padahal,
banyak hal bermanfaat yang bisa didapatkan anak dari membaca buku-buku
bergizi. Memperluas wawasan, menambah ilmu pengetahuan dan banyak lagi.
Di usianya yang senja ini, beliau tetap aktif membaca buku lho, Temans.
Buku-buku
yang dibacanya adalah karya sastra penulis luar. Ia sudah tujuh tahun
tidak membeli buku, karena anggaran untuk itu ia alihkan untuk menjaga
kesehatannya. Tapi, bukan berarti ia berhenti membaca buku.
Setiap
bulan, ia menerima kiriman buku bacaan dari putrinya, Marie Cliare Lintang yang
bermukim di Kanada. Buku-buku ini adalah hadiah dari sebuah lembaga yang
menerbitkan buku-buku karya sastrawan ternama. Bkuu-buku ini yang
beliau lahap dengan rakus, memantik ide-ide cemerlang untuk calon buku
berikutnya.
Menurutnya,
Indonesia agak tertinggal perkembangannya, salah satu sebabnya karena
penduduknya kurangnya menyukai buku. Bila alasannya harga buku mahal,
bisa berkunjung ke perpustakaan, bazaar buku atau bertukar pinjam buku
dengan teman-teman.
"Kalian yang masih muda ini, harus suka membaca buku. Anak-anak dibelikan buku yang bagus, dibacakan biar mereka terbiasa bergaul dengan buku, Tumbuh dengan buku," pesannya.
Ia
prihatin dengan orang-orang bahkan di pelosok desapun, menganut gaya hidup modern dan wah, meniru sinetron hedonis yang diputar di televisi, tapi cara berpikirnya masih
tertinggal. Contohnya, mengutamakan hidup mewah dengan kredit barang
konsumtif. Rela berutang demi membeli perabot rumah tangga, motor, alat elektronik. Bukannya semakin maju, tapi malah bisa membuat kita tenggelam dalam
hutang, karena kewalahan membayar angsuran barang untuk pamer saja. Beda ya, kalau motor kreditannya dipakai untuk ojek atau transportasi ke kantor. Itu sih produktif.
asiiik akhirnya bertemu Mbak Orin! (Foto: www.hidayah-art.com) |
Ah, siang yang bernas. Kami, sekali lagi mendapat pencerahan dari Eyang NH. Dini.
Jadi,
nggak ada lagi alasan tak bisa mencapai impianmu, Temans. Kalau kita berusaha pasti bisa,
Eyang NH. Dini membuktikannya. Beliau sumber inspirasi dakuw. Jadi,
tunggu apa lagi? Yuk, berkarya! Dan jangan lupa untuk selalu
bahagia!
Pengenn ketemu juga sama Ibu NH Dini 😍😍
ReplyDeleteTentang FBF kemarin juga baca di Kompasiana ulasan yang keren dengan data2 buku & penerbitan Indonesia gitu
wah ada ya mak, mau intip ahh coba dakuw cari di kompasiana nuhuun yaaa
DeleteSudah sepuh tapi tetap bermanfaat dg berbagi ilmu. Nggak bikin project dg beliau? Mumpung sudah ikrib dg beliau heheee...
ReplyDeleteSenangnya sudah sepuh tapi ilmunya tetap bermanfaat. Nggak bikin project bareng eyang? Mumpung sudah ikrib dengan beliau heheee
ReplyDeleteiyaa, proyek apa yaaa mba, buku komedi? #plakk dijitak bu Dini...wkwkw
Deletekalo mba Dedew denger keseruan Frankfurt Book Fair 2015 dari Eyang NH Dini, kalo saya denger keseruannya dari Mas Gola Gong. Mas Gong berpesan, utk jadi penulis, harus bisa berbahas Inggris dgn baik, mulailah dgn mempunya blog berbahasa Inggris katanya, serasa menohok diriku.....gitu...
ReplyDeletemoga tahun depan kita yang berangkat yaa aamiin hehe
DeleteWahhh...seneng bisa ketemu dan ngobrol langsung. kepengeeen...:)
ReplyDeleteAlhamdulillah mbaaa...
DeleteIiih senengnya ketemu eyang NH. Dini....kapan-kapan ajakin diriku dong mb Dew... *ngarep :D
ReplyDeleteboleh mba, Inshaa Allah kalau ketemu lagi kucolek yaa..kemarin bingung mau ajak siapa, pada ngga bisa...
DeleteEyang Dini ternyata orang yang humble, jadi makin sayang ama beliau, hihiii *lebay*
ReplyDeletemoga kesampaian yaa rencana januari nya, diberi kesehatan aamiin
Deletealhamdulillah senang lihat eyang NH Dini sehat setelah perjalanan jauh dan acara di FBF yang pasti melelahkan :)
ReplyDeleteAsyiiiknya ketemu langsung dengan Bu NH.Dini
ReplyDeleteBeliau masih nulis sampai sekarang ya Mbak?
Dulu aku juga pembaca NH Dini. Sangat berkesan dengan cerita2 semasa beliau tinggal di Jepang :)
ReplyDeletedulu kalau main ke rumah teman di daerah Sekayu selalu longok-longok pas lewat disamping rumah eyang NH Dini...
ReplyDelete* Setuju mbak, perpustakaan adalah sarana efektif untuk membangkitkan minat baca terutama anak-anak...kalau baca sendiri malas tapi kalau beramai-ramai seru kali yaa.. :)
Semmoga terus sehat ya mbak, amin. :)
ReplyDeleteSemoga kita bisa menjadi generasi yang bisa mengajak untuk rajin membaca buku.
ReplyDeleteNgomong2 mengenai buku sebagai kebutuhan primer, di negara kita tentunya sulit sekali, Mbak.
deg-degan ya mba, kalo ketemu idola? atau enggak?
ReplyDeletebeberapa kali baca bukunya NH Dini, tapi duluu.. skrg udah ganti genre :D
pasti dapat ilmu banyak nih dari eyang ya mbak...
ReplyDeleteaku tuuuh sukaaa baca buku-bukunyaaa...bagus dan pesannya banyak :)..seneng bangeeet bisa ketemu Eyang..
ReplyDeleteUdah 80 th yaaa, sehat terus eyang
ReplyDeleteSalut ya sama Eyang NH Dini. Penulis besar yang humble....
ReplyDeleteIndia memang bukunya murah murah mbak, obanyak percetakan dan dpt subsidi dari pemerintah. Makanya lebih suka borong buku di India
ReplyDeleteKarya Eyang NH. Dini termasuk yang menemani hari-hari masa kecilku. Alhamdulillah dirimu dapat kesempatan bertemu beliau, Dew. Sesekali ajak aku dunk. Aku masih terkesima dengan serial bio beliau; Sebuah Lorong di Kotaku, Serayu dll. Duh, jadi inget koleksi buku-buku karangan Eyang yang entah di mana sekarang
ReplyDelete