Dear Temans,
Alhamdulillah, posting lagii.
Malam-malam sunyi, dicolek Bhai Benny Rhamdani dari Mizan untuk datang ke acara Indonesia Literacy Forum pukul 09.00 pagi tanggal 18 November. Bakal ada launching buku anak kami, katanya.
Duh, mendadak banget.
Dakuw ada rencana mau ke Cengkareng buat ketemu rombongan media Semarang yang ikut acara ASUS Zenfestival. Ya, meeting pointnya di Bandara karena aku ngga ikut naik pesawat bareng mereka.
Tanya-tanya deh sama para emak blogger, gimana cara mencapai Hotel Pullman dan Hotel Mercure dengan naik angkutan umum. Turun dari komuter terus naik apa? Uhuk, asli keder.
Sudah lama nggak wara-wiri ibukota hihi. Mana kudu bawa koper lagi, kan mau menginap di Grand Mercure. Uhuk. Asli galau, masa nggak datang? Oh, tidaaak!
Akhirnya, daku diantar mobil dengan Mama, wkwk gagal deh misi orang desa bertualang.
Alhamdulillah, tiba di Hotel Pullman tepat waktu. Dakuw tanya ke resepsionis, ternyata acaranya di ballroom dekat lobi. Dan semua tamu, termasuk bule-bulenya pakai batik.. Gyaa! Dakuw saltum!
Alhamdulillah, akhirnya ketemu lagi dengan Mbak Erna Fitrini, penulis buku anak kece yang bareng dengan aku dan Kak Beby mewakili Mizan.
Januari lalu, kami bertiga terpilih oleh Mizan untuk ikut workshop menulis buku anak bergambar di Lembang, Bandung. Benar-benar pengalaman berharga.
Penulis buku anak dari empat penerbit digojlok habis-habisan. Nggak mudah menulis buku anak! Benar-benar rejeki daku bisa terpilih. Nuhun Bhai Benny dan Mizan.
Selain Mbak Erna, ketemu lagi dengan teman seperjuangan Mbak Krismariana dan Mbak Eka dari Bali. Ada juga Mbak Eva Nukman yang jadi mentor kami. Ada Bhai Benny dan Moemoe Rizal.
Dan beberapa mentor kami Bu Riama, dosen DKV ITB yang energik, Mbak Sofie Dewayani. Ketemu lagi dengan kru Provisi Education yang lincah. Senangnyaa! Ada Mbak Imul dan Mas Ivan Binuki dari PBA, reuni!
Setelah registrasi, kami menuju kursi masing-masing di ballroom Hotel Pullman. Acara dibuka dengan sambutan dari Pak Juli Adrian, Managing Director Provisi Education.
Setelah itu berturut-turut Pak Robert Blake, Duta Besar AS untuk Indonesia, Bu Erin Ganju CEO Room To Read.D
Ibu Erin Ganju memutar sebuah video yang berisi pertanyaan: Bisakah kamu sehari tanpa membaca? Dan ternyata kita mati kutu kalau tak bisa membaca.
Kita bakal tersesat di hutan rimba kata-kata. Kita nggak bisa baca buku, browsing internet, membaca petunjuk arah. Blank.
Tak pernah terpikirkan betapa nelangsa menjadi orang yang buta aksara. Padahal ada jutaan penduduk Indonesia yang belum melek literasi.
Semua presentasi dibawakan dalam bahasa Inggris, jadi di setiap meja disediakan alat interpreter untuk menerjemahkan. Aih, baru tahu kalau penerjemahnya nongkrong di kotak siaran di belakangku. Kirain tadi mbaknya ngapain hihi..
Ada pula talkshow bersama Pak David Strawbridge dan Pak Alfredo Santos dari Room to Read serta Ibu Nila Tanzil dari Taman Bacaan Pelangi yang memiliki 37 perpustakaan mandiri di Indonesia. Wow.
Room To Read sendiri adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan John Wood bersama sahabat-sahabatnya. Daku pernah tulis disini.
Room To Read menyumbangkan buku bacaan untuk perpustakaan anak-anak yang tinggal di daerah terpencil. Tujuan mereka ingin memajukan pendidikan anak, terutana anak perempuan melalui kegiatan membaca, memberantas buta huruf.
Seiring perkembangannya, Room To Read akhirnya menerbitkan buku cerita anak karya penulis dan ilustrator lokal, dengan bahasa ibu mereka agar anak-anak lebih memahami isinya, karena bercerita tentang budaya mereka, dalam bahasa ibu mereka.
Karena itulah, Room To Read menggandeng Provisi Education membuat pelatihan yang daku ikuti.
Proses penerbitan 15 buku ini bukan hal mudah. Menggandeng berbagai lembaga, mereka melatih penulis, ilustrator, pustakawan dan guru untuk membuat buku cerita dan menata perpustakaan yang ramah anak.
Untuk proyek kali ini, buku-buku akan disumbangkan untuk 24 perpustakaan SD di Parung Bogor, Labuan Bajo NTT dan Gresik Jawa Timur.
Selama tiga hari, kami harus menulis dua cerita anak. Cerita ini yang lalu dipilih untuk digambar oleh ilustrator di workshop ilustrator bulan April.
Setelah naskah kami lolos, perjuangan baru dimulai proses revisi naskah dan ilustrasi yang berlangsung berbulan-bulan. Tak terhitung revisi yang daku lakukan, sampai lesu rasanya ni bodi dan otak.
Bahkan sebulan sebelum launching, naskah dakuw masih disuruh revisi oleh Alfredo Santos dari Room To Read hiks #jedukinpaladibantal.
Setelah buku jadi pun, perjuangan belum berakhir. Masih ada acara keliling ke sekolah-sekolah untuk mengetes tingkat pengertian anak terhadap buku kami. Apakah mereka menyukainya? Apakah mereka mengerti isinya?
Alhamdulillah, tak menyangka hari itu daku bisa hadir di acara launching buku proyek Room To Read ini.
Satu-persatu editor dan mentor naik panggung, membawa buku karya 15 penulis dan 15 ilustrator. Mulai dari LAI, Litara, Kanisius dan terakhir Mizan.
Satu-persatu cover buku tampil di layar besar, para editor dan mentor menunjukkan buku kami sambil menyebutkan nama penulis dan ilustrator dengan lantang.
Setiap penulis yang hadir, berdiri dan disambut bak pemenang oleh ratusan tamu di ballroom Hotel Pullman siang itu.
Sungguh, dakuw terharu.
Mengingat perjuangan kami selama 8 bulan. Jatuh bangunnya kami menulis, merevisi naskah dan ilustrasi, malam-malam panjang untul berdiskusi di grup bersama Bhai, Mbak Erna, dan ilustrator Dewi dan Faza. Rasanya terbayar sudah.
Apalagi ketika buku ini dibaca oleh anak-anak SD dengan gembira. Sungguh, Barbie terharuuu...
Setelah launching, tampil Mbak Eka Yuliati naik panggung, Penulis dan guru asal Bali ini tampil membacakan buku karyanya Jana Tak Mau Tidur.
Dengan diiringi paduan angklung oleh anak SD Lebak Wangi, Parung Bogor. Ia membacakan bukunya dengan asyik, tak terasa dakuw dan tamu lain hanyut dalam bukunya.
Akk, apakah anak-anak nanti bisa merasakan sensasi dan asyiknya membaca buku karya kami? Semogaa..
Ya, membuat buku anak memang tidak mudah. Daku benar-benar keluar dari zona nyamanku menulis dan menerima tantangan ini. Dan aku jatuh cinta pada dunia buku anak.
Ingin lagi menulisnya. Semoga bisa kesampaian di tahun 2016.
Ya, Semoga anak-anak SD merasakan cinta yang kami tulis di setiap lembar halaman bukunya...
Malam-malam sunyi, dicolek Bhai Benny Rhamdani dari Mizan untuk datang ke acara Indonesia Literacy Forum pukul 09.00 pagi tanggal 18 November. Bakal ada launching buku anak kami, katanya.
Alhamdulillah Rambut Panjang Alika terbit |
Duh, mendadak banget.
Dakuw ada rencana mau ke Cengkareng buat ketemu rombongan media Semarang yang ikut acara ASUS Zenfestival. Ya, meeting pointnya di Bandara karena aku ngga ikut naik pesawat bareng mereka.
15 buku anak proyek Room To Read di Indonesia |
Sudah lama nggak wara-wiri ibukota hihi. Mana kudu bawa koper lagi, kan mau menginap di Grand Mercure. Uhuk. Asli galau, masa nggak datang? Oh, tidaaak!
Mejeng dengan Rambut Panjang Alika |
Alhamdulillah, tiba di Hotel Pullman tepat waktu. Dakuw tanya ke resepsionis, ternyata acaranya di ballroom dekat lobi. Dan semua tamu, termasuk bule-bulenya pakai batik.. Gyaa! Dakuw saltum!
Foto bareng penulis kec |
Januari lalu, kami bertiga terpilih oleh Mizan untuk ikut workshop menulis buku anak bergambar di Lembang, Bandung. Benar-benar pengalaman berharga.
Peluncuran 15 buku anak Room To Read |
Selain Mbak Erna, ketemu lagi dengan teman seperjuangan Mbak Krismariana dan Mbak Eka dari Bali. Ada juga Mbak Eva Nukman yang jadi mentor kami. Ada Bhai Benny dan Moemoe Rizal.
Bersama ilustrator berbakat |
Setelah registrasi, kami menuju kursi masing-masing di ballroom Hotel Pullman. Acara dibuka dengan sambutan dari Pak Juli Adrian, Managing Director Provisi Education.
Setelah itu berturut-turut Pak Robert Blake, Duta Besar AS untuk Indonesia, Bu Erin Ganju CEO Room To Read.D
Ibu Erin Ganju memutar sebuah video yang berisi pertanyaan: Bisakah kamu sehari tanpa membaca? Dan ternyata kita mati kutu kalau tak bisa membaca.
Talkshow bersama Nila Tanzil & Room To Read |
Eka Yuliati membacakan bukunya, pasukan angklung ngga kepoto hihi |
Tak pernah terpikirkan betapa nelangsa menjadi orang yang buta aksara. Padahal ada jutaan penduduk Indonesia yang belum melek literasi.
Semua presentasi dibawakan dalam bahasa Inggris, jadi di setiap meja disediakan alat interpreter untuk menerjemahkan. Aih, baru tahu kalau penerjemahnya nongkrong di kotak siaran di belakangku. Kirain tadi mbaknya ngapain hihi..
Ada pula talkshow bersama Pak David Strawbridge dan Pak Alfredo Santos dari Room to Read serta Ibu Nila Tanzil dari Taman Bacaan Pelangi yang memiliki 37 perpustakaan mandiri di Indonesia. Wow.
Room To Read sendiri adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan John Wood bersama sahabat-sahabatnya. Daku pernah tulis disini.
Room To Read menyumbangkan buku bacaan untuk perpustakaan anak-anak yang tinggal di daerah terpencil. Tujuan mereka ingin memajukan pendidikan anak, terutana anak perempuan melalui kegiatan membaca, memberantas buta huruf.
Seiring perkembangannya, Room To Read akhirnya menerbitkan buku cerita anak karya penulis dan ilustrator lokal, dengan bahasa ibu mereka agar anak-anak lebih memahami isinya, karena bercerita tentang budaya mereka, dalam bahasa ibu mereka.
Karena itulah, Room To Read menggandeng Provisi Education membuat pelatihan yang daku ikuti.
Proses penerbitan 15 buku ini bukan hal mudah. Menggandeng berbagai lembaga, mereka melatih penulis, ilustrator, pustakawan dan guru untuk membuat buku cerita dan menata perpustakaan yang ramah anak.
Untuk proyek kali ini, buku-buku akan disumbangkan untuk 24 perpustakaan SD di Parung Bogor, Labuan Bajo NTT dan Gresik Jawa Timur.
Selama tiga hari, kami harus menulis dua cerita anak. Cerita ini yang lalu dipilih untuk digambar oleh ilustrator di workshop ilustrator bulan April.
Setelah naskah kami lolos, perjuangan baru dimulai proses revisi naskah dan ilustrasi yang berlangsung berbulan-bulan. Tak terhitung revisi yang daku lakukan, sampai lesu rasanya ni bodi dan otak.
Bahkan sebulan sebelum launching, naskah dakuw masih disuruh revisi oleh Alfredo Santos dari Room To Read hiks #jedukinpaladibantal.
Setelah buku jadi pun, perjuangan belum berakhir. Masih ada acara keliling ke sekolah-sekolah untuk mengetes tingkat pengertian anak terhadap buku kami. Apakah mereka menyukainya? Apakah mereka mengerti isinya?
Alhamdulillah, tak menyangka hari itu daku bisa hadir di acara launching buku proyek Room To Read ini.
Satu-persatu editor dan mentor naik panggung, membawa buku karya 15 penulis dan 15 ilustrator. Mulai dari LAI, Litara, Kanisius dan terakhir Mizan.
Satu-persatu cover buku tampil di layar besar, para editor dan mentor menunjukkan buku kami sambil menyebutkan nama penulis dan ilustrator dengan lantang.
Setiap penulis yang hadir, berdiri dan disambut bak pemenang oleh ratusan tamu di ballroom Hotel Pullman siang itu.
Sungguh, dakuw terharu.
Mengingat perjuangan kami selama 8 bulan. Jatuh bangunnya kami menulis, merevisi naskah dan ilustrasi, malam-malam panjang untul berdiskusi di grup bersama Bhai, Mbak Erna, dan ilustrator Dewi dan Faza. Rasanya terbayar sudah.
Apalagi ketika buku ini dibaca oleh anak-anak SD dengan gembira. Sungguh, Barbie terharuuu...
Setelah launching, tampil Mbak Eka Yuliati naik panggung, Penulis dan guru asal Bali ini tampil membacakan buku karyanya Jana Tak Mau Tidur.
Dengan diiringi paduan angklung oleh anak SD Lebak Wangi, Parung Bogor. Ia membacakan bukunya dengan asyik, tak terasa dakuw dan tamu lain hanyut dalam bukunya.
Akk, apakah anak-anak nanti bisa merasakan sensasi dan asyiknya membaca buku karya kami? Semogaa..
Ya, membuat buku anak memang tidak mudah. Daku benar-benar keluar dari zona nyamanku menulis dan menerima tantangan ini. Dan aku jatuh cinta pada dunia buku anak.
Ingin lagi menulisnya. Semoga bisa kesampaian di tahun 2016.
Ya, Semoga anak-anak SD merasakan cinta yang kami tulis di setiap lembar halaman bukunya...
aku baru tahu alat interpreter mbak,asik ya...
ReplyDeleteaamiin, semoga impiannya tercapai mbak. ikuut seneng^^
Berarti buku Alika ini hasil audisi yang diadakan Litara akhir 2014 lalu, ya Mbak?
ReplyDeleteih aku mau dong mbak beli buku anaknya nanti
ReplyDeleteWaow keren banget Mbak Dew. Yang Alika untuk usia berapa, ya? Sempat lihat sekilas, itu tentang keinginan Alika untuk memiliki rambut panjang dan melakukan uji coba dengan aneka sayur, apa, ya? Sekilas lagi, menurut saya itu bukunya simple, tapi full interpretasi. Selain kelucuan ilustrasi tokoh, ada pengetahuan tentang sayur yang digunakan sebagai percobaan. Ih, sebelah mana tulisan yang ngereview si Alika, Mbak. Colek dong ...
ReplyDeleteSalam santun.
Ikut terharu mbak, nggak kebayang proses nulisnya yang sampai bikin jedukin pala ke bantal, hihiii
ReplyDeleteMbak sampeyan keren ya, blog dan buku jalan bareng. aku pengin juga kayak gitu, mau dong diajak kalo ada proyek nulis lagi he3
ReplyDeleteMbak keren banget sih dirimu. Aku mau dong buku Alika nya mbak buat Nadia :)
ReplyDeletembak dedeww, kereeeennnn..
ReplyDeletedaku merinding bacanya..
selamat ya mbaaa, tipsnya dong menulis buku anak...
ReplyDeleteaku ngiriii :(
ReplyDeletengiri positiv tapinya
ikutan nunggu terbitnya buku cerita anaknya mak Dewi :D salam kenal mak.. aku jg ikutan group KEB hihihihi.. btw budaya membaca memang harus kita galakkan mulai dari kita dan anak2 kita ya mak, semoga makin kesini orang Indonesia gak buta literasi :)
ReplyDeletesukses selalu ya Dew
ReplyDeletembak dedew emang selalu keren deh...sukses selalu buatmu mbak....
ReplyDeleteAku suka baca buku Dedew yang Penulis Misterius. Semoga bisa kesampaian baca buku yang ini juga. :)
ReplyDeleteCongrats mak Dew... moga sukses dan menginspirasi anak2 indonesia *jempoljempol*
ReplyDelete