Dear
Temans,
Salah satu caranya adalah memasang
gambar-gambar anak-anak sedang beraktivitas.
Ada yang sedang berantem, mengobrol, makan bersama dan banyak lagi. kami
disuruh memilih salah satu gambar yang menarik perhatian kami dan membuat
cerita dari situ.
-Anak
Sungai Musi yang hidup di tepian Sungai Musi sejak lahir kok bisa disuruh
berenang di kolam saja? Orangtua mereka pasti tidak peduli sekotor apapun Sungai
Musi hidup mereka seumur-umur disitu tidak mungkin dilarang.
Mau
sharing lagi nih tentang workshop cerita
anak. Moga belum bete yaa hihi.
Saat
workshop, kami diajarkan cara-cara
menstimulasi ide. Kalau kata puisi Nailah my girl, cari ide, cari ide sampai ke angkasaa!
permainan merncari ide dengan sebuah bantal seruu |
Amazing.
Pada kreatif-kreatif banget sih *gigit papan tulis.
Ada
gambar anak sedang tidur umpela-umpelan di sebuah dipan.
Tragis
gitu gambarnya potret kemiskinan.
Tapii,
oleh peserta workshop malah jadi cerita lucu lengkap dengan dialognya.
Foto
seorang anak sedang menanam padi, eh berubah jadi cerita alien datang ke bumi dan
menculiknya hehe. Sialan bener deh imajinasi teman-teman disini. ups, maafkan
bahasaku hihihi gemas.
Tugas
pertama kami adalah membuat narasi deskripsi dari cerita yang akan kami buat.
Nah,
narasi deskripsi itu pengembangan cerita dari karakter tokoh yang dibuat. Jadi,
garis besar cerita yang kita buat. Belum ditambahkan dengan dialog. Semacam sinopsis
cerita.
sibuk menulis narasi deskripsi cerita anak |
Karena
peserta lain sudah banyak menulis karakter tokohnya hewan, aku berpikir ingin
bikin tokoh manusia.
Isman, seorang anak SD berusia 8 tahun yang hidup di
tepian sungai Musi di Palembang.
Setelah bikin karakter tokoh sedetil mungkin,
kami pun mulai bikin narasinya.
Isman seorang anak yang tinggal di tepian Sungai Musi. Suatu hari, ibu pun menyuruhnya berenang di kolam renang saja. Daripada ia sakit
panu. Isman setuju dengan berat hati. Walaupun rasanya tidak seasyik di sungai.
Suatu hari, dia melihat empang aka Kambang Iwak, dia pun mencebur.
Melihatnya, Isman langsung nyebur. Ibunya
datang, memarahinya. Isman bilang yang dilarang kan berenang di sungai, bukan
di empang. Ibu Isman tertawa, Isman pun mengajukan usul dia boleh berenang di
sungai asal setelah itu ia akan mandi lagi yang bersih di rumah. Jadi, nggak
bakal kena penyakit.
diskusi grup membahas cerita masing masing anggota grup |
Ketika
dakuw presentasikan cerita yang nulisnya megap-megap ini, berbagai komentar pun
berdatangan, terutama logika cerita:
2 -Apa
alasannya mendadak dilarang? Alasannya tidak cukup kuat.
3 -Ceritanya
kok datar banget. Ujug-ujug ibu datang dan marah-marah lalu Isman mengajukan
solusi. Dan cerita selesai.
4 -Kok
pakai nama Isman, itu kan suami saya? (itu Mbak Dian Kristiani yang protes
hahaha)
Jleb!
Terus
terang, dapat kritikan begitu, aku mendadak lesu. Blank. Padahal, komentar-komentar itu masukan yang bagus banget ya.
Kita jadi tahu kelemahan cerita kita. Apa yang tadinya tak terlihat jadi jelas.
Itulah manfaat berdiskusi dengan editor atau penulis lain.
Cerita
anak, semakin idenya out of the box,
imajinatif, tentu saja semakin bagus. Tapi cerita anak juga harus tetap
berpegang pada logika cerita.
Ya,
seorang anak yang hidup di Sungai Musi tentu tidak mungkin langsung dilarang
berenang oleh orangtuanya yang dulu juga anak sungai. Alasannya harus jelas.
sibuk menyimak |
Riset
amat dibutuhkan dalam membuat cerita anak. Walaupun cerita anak panjangnya
hanya tiga lembar, bahkan kadang hanya selembar saja.
Seperti
sinopsis Widya tentang bibit buah alpukat menggelinding dari bukit, ada hewan
seperti orangutan dan burung pelatuk. Keren ceritanya. Aku suka.
Tapi,
oleh editor yang jeli langsung dipertanyakan: Apakah di hutan Kalimantan yang
ada orangutan, bisa tumbuh pohon alpukat? Adakah burung pelatuk? Aih, jeli
banget siih! *gemas nowel-nowel pipi editor haha.
Widya Rosanti membahas ceritanya |
Menurut Bhai Benny Rhamdani, penulis Indonesia juga hobi memasukkan unsur kebetulan
dalam suatu cerita. Ya, agar cerita cepat dapat penyelesaian. Istilahnya adalah
Deux ex machina.
Seorang
anak dikejar-kejar penjahat, tiba-tiba muncul penyelamatnya. Orang yang jatuh
dari jembatan, tiba-tiba ada perahu lewat dan dia selamat.
Mendadak tokoh ibu
muncul dan memarahi Isman yang sedang berenang. Padahal dikisahkan Isman sedang
berada di dekat sekolahnya. Si Ibu penyihir ya? Atau punya pintu kemana saja Doraemon?
Kebetulan
ini nggak mengasyikkan dibaca. Ceritanya jadi mudah ketebak. Dan penyelesaianya
terlalu mudah. Terlalu sinetron, hehe. Hal seperti ini harus dihindari. Jadi,
harus ada penjelasan logis dulu, kenapa si A muncul. Bukan ujug-ujug..dia
nongol! Saha eta, nya? Ora bule pun jadi bertanya-tanya. Hehe.
Menurut
Mr. Alberto Santos, perwakilan dari Room To Read, Menulis adalah serangkaian
pekerjaan menulis kembali. Merevisi. Jadi,
revisi tulisanmu hingga maksimal. Sebelum mengirmkan tulisanmu pada yang berhak,
tanyalah pada diri sendiri. Jujurlah pada dirimu, cerita kamu begini adanya:
1.
Will
the children like my story?
Jujurlah
pada diri sendiri jika menurutmu anak-anak akan menganggap ceritamu
membosankan.
2.
Why
is your story brilliant?
Apakah
ceritanya jelas? Ngalor-ngidul nggak? Plotnya gimana? Coba bacakan ceritamu
pada anak-anakmu, ponakan, muridmu, tetanggamu. Lihat reaksi mereka. Tertidurkah?
Berbinar-binar sambil teriak, we want
more..we want more?
3.
Is
the idea ‘original’?
Apakah
cerita ini kira-kira akan berhasil di pasar? Apa yang unik dari cerita yang
kamu bikin?
4.
Is
it logical?
Bahkan
dalam cerita fantasipun, perlu logika. Kecuali lagunya Agnez Monica, cinta ini
benar-benar tak ada logika..*singing
aloud jejingkrakan.
5.
Is
character engaging to children? Is my combination of character interesting?
6.
Did
I choose the engaging beginning and ending?
Tags:
Room To Read
Mak dew makasih reportasenya. Jadi makin tahu gimana bikin cernak. Nuhun ya :)
ReplyDeletemakasih sharingnya mbak, nambah ilmu nih...
ReplyDeletewaaah, makasih banget Mba. Diposting lanjutannya ya ternyata, saya simpen yaa..
ReplyDeleteWah benar ya, pakai gambar-gambar anak, buat menggali idenya.
ReplyDeleteThanks Tipsnya Dew <3
Huehueee...serius workshopnya ya mbak :)
ReplyDeleteHarus jeli menggali ide dan masuk akal, noted. TFS ya mba Dew ^^
Acaranya seru ya mbak..makasih sharingnya, jadi tahu caranya buat cernak. Tetap harus masuk logika ya.. :)
ReplyDeleteKarena kebanyakn cerita yang bikin orang Indonesia itu tentang cinta, dan agnes berasal dari Indonesia. Jadi wajar, Mbak, kalo cerita yang dibikin juga nggak ada logikanya. *ngarang*
ReplyDeleteYang pake gambar anak itu kayaknya mesti dicoba deh. Pengin ngerasain sensasi dapet idenya.
Huaaaa...serasa dapat pencerahan. Makasih ilmunya yaa, Mom. Makin kece nih bikin repotasenyaaa :)
ReplyDeleteKeren juga cara menggali ide ya.
ReplyDeleteSaya pengen ikut pelatihan menulis suatu saat.
Ternyata butuh observasi jugak ya, Mbak.. :'
ReplyDeletetak ada yang instan dalam suatu karya ya mak, segalanya butuh proses.. salut deh! :)
ReplyDeletesharingnya bermanfaat banget :)
Ternyata harus sedetail itu nulis cerita untuk anak ya..
ReplyDeleteInformatif sekaali mak Dew..
klo saya ikut, pasti malu2in banget hihihi...
ReplyDeletemakasih sharingnya ya mak :)