Dear Temans,
Alhamdulillah, berkat info dari ibu guru Kucica, akhirnya daku bisa ikutan Talkshow tentang Smart Parenting di Ungaran. Mendadak ide, pengen buka lapak Halo Balita dkk deh disana. Sambil menyelam minum air, keleleep hehe. Jadi deh, ndaftar ke panitia untuk ikutan ngelapak.
Pagi-pagi, Hari H, dakuw sudah duduk manis dibelakang pak ojek. Buru-buru, telat! Ternyata, hehe. acaranya molor. Alhamdulillah, sibuk deh menata meja kecil tempat display buku dan boneka tangan.
Stanku langsung dikerubuti anak-anak untuk baca buku. Langsung deh bagi-bagi brosur produk buku seperti Halo Balita, Ensiklopedi Bocah Muslim dll. Alhamdulillah, ada Bu Titik jadi bisa minta tolong difotoin dan narsis sejenak di lapak imut hehe.
Kelar bagi brosur, daku ambil kursi dan nongkrong deh dekat pintu biar bisa pantengin seminarnya. Nggak lama kemudian, Ayah Dedy, praktisi Pendidikan membawakan materinya.
Komentar dakuw? TERTOHOK.
MAKJLEB!
Semoga aku dan ayah bisa menjadi orangtua yang lebih care, lebih peduli pada anak-anak, aamiin. Pulang seminar, langsung bertekad no gadget saat anak-anak di rumah. Jualan online dan ngetiknya pas mereka main atau bobok saja. Bismillah..
Monggo disimak :)
3 Tantangan besar dalam mendidik generasi Sholeh:
1. Sistem tidak mendukung
2. Lemahnya pengawasan dan kontrol orangtua
3. Kontrol masyarakat longgar, permisif
3 Tahap Pengasuhan Anak:
7 Tahun Pertama, Anak menjadi Raja, Pemimpin
7 Tahun Kedua, Anak adalah Pembantu
Anak dalam proses pembelajaran tentang aturan
7 Tahun ketiga, Anak adalah menteri yang bertanggung jawab pada tugasnya
Orangtua yang sukses mendidik anak adalah orangtua yang FOKUS pada 7 TAHUN PERTAMA
Jangan seperti ini:
Ayahnya ada, tapi sebenarnya tidak ada.
Itu
statement Ayah Dedy untuk para ayah yang menjadi ayah sebatas status
saja tapi tidak ikut berperan momong anak dan mendidik anaknya.
Berpikirlah.
Pikirkan.
Jangan hanya sibuk cari duit, alasannya untuk mereka tapi anak
terlantar. Di rumah pegang gadget, sibuk sendiri. Anaknya main sendiri.
Dititip ke orang lain. Ayah, Ibu , anak semua duduk bersama tapi sibuk
dengan gadget masing-masing. Keadaan ini sudah diramalkan Albert
Einstein, kata beliau, Generasi yang terjebak oleh kecanggihan teknologi
maka jadilah generasi idiot.
70% Minat Membaca anak luntur karena penggunaan gadget seperti tablet, game, TV dll.
Stop penggunaan gadget atau batasi.
Gunakan dengan bijak.
Jangan labeli anak dengan sebutan buruk. Pemalas, bodoh, nakal.
Anak ciptaan Allah. Tidak mungkin melulu buruk.
Pahami siapa anak kita, karena dari sanalah Allah menunjukkan kuasanya.
Anak-anak teriak, nangis, kita bilang nakal, kita salahkan.
Anak di 7 tahun pertama hidupnya adalah pemimpin.
Pemimpin tidak boleh diteriakin, dibentak atau disuruh-suruh. Nggak bakalan mau.
Jika anak lincah, mau tahu, tidak bisa diam, itu wajar.
Kalau mereka diam, jangan-jangan malah sakit?
Tantanglah pemimpin.
"Bunda pengen lihat, jagoan bereskan mainannya. Bisa nggak ya?"
Menasehati anak usia 1-14 tahun pun tidak sembarangan.
Usahakan eye contoact. Posisi tubuh kita sejajar dengan badannya. Maka, berlututlah, pegang tangannya, dan bicaralah dengan lembut.
Jangan membandingkan anak dengan saudaranya, bahkan dengan anak tetangga.
Kita saja tidak mau dibandingkan.
"Wah, Ibu A, pakaiannya lebih keren ya daripada Mama."
Hehe.
Perlakukan anak dengan lembut seperti Rasulullah SAW.
Karena anak terdidik bukan dari tempaan sekolah. Sekolah hanya beberapa jam sehari. Sebagian besar waktu anak adalah bersama orangtua di rumah. Anak mencontoh orangtua dan lingkungannya.
Kalau anak suka marah-marah. Introspeksi diri, Bunda atau ayah ada yang suka marah tidak?
7 tahun pertama:
1. Berilah jawaban positif atas semua pertanyaannya
2. Bebas membiarkan mereka bertindak, jangan banyak dilarang. Bebaskan selama mereka aman
3. Memperhatikan mereka dengan kelembutan dan kasih sayang
4. Jangan bablas memenuhi segala keinginan anak, permintaan mereka. Perhatikan kebutuhan mereka, bukan keinginan mereka.
Jika 7 Tahun Pertama dilalui dengan salah asuhan, 7 Tahun kedua orangtua akan mengalami hambatan komnikasi dengan anaknya. Akibatnya, di 7 tahun ketiga, terjadilah masalah besar. Bisa jadi anakmu bukan lagi anakmu. Astaghfirullah.
Mulai sekarang,
Berpikirlah. Bertindaklah. Fokus. Peluk anakmu dan dengarkan ia.
Maka kau akan takjub melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT padanya.
makasih, mak reviewnya bermanfaat
ReplyDeleteMasya Allah keren liputannya. Izin share, mbk Dew :-D tenkiu
ReplyDelete@dwi: Alhamdulillah, makasih say..
ReplyDelete@ania:sama-sama say, monggoo..ikutan kopdar yuk, kangen
ReplyDeleteMakasih shareya, mba. Tujuh tahun pertama yang gak mudah ya :-)
ReplyDeletekalao misalnya di 7 th pertama tidak sempurna, mungkinkah dapat disempurnakan pd 7 th kedua??
ReplyDelete@agustina: bisa mba, masih bisa diperbaiki, lebih perhatian, meraih kepercayaan anak lagi ke orangtuanya..
ReplyDeleteterima kasih sudah diingatkan mbak
ReplyDelete