Dear Temans,
Alhamdulillah, pas banget deh.
Lagi di Bogor, eh ada woro-woro Majalah Femina tentang acara Writing Clinic mereka. Pembicaranya Leila S. Chudori dan Iwan Setyawan. Wow, kelas berat. Asyiik, bisa dapet ilmu nih dari mereka. Langsung dakuw daftar di web Femina. Mengisi formulir dan mengirim contoh karya. Sip.
Pulang dari piknik, buka e-mail eh aku terpilih jadi peserta. Asyiik! Langsung pinjem blus biru dan jilbab biru soalnya dress codenya blue and jeans. Ehem.
bersama kumpulan emak-emak blogger |
Di kantor Femina, ketemu teman-teman KEB aka Kumpulan Emak-Emak Blogger yang ciamik. Alhamdulillah, khirnya ketemuan juga, hihi. Ada Mak Haya Aliya Zaki, Rina Susanti, Ria Tumimomor, Sumarti Saelan, Nastiti dan Winda Krisnadefa yang juga mewakili kampung Fiksi. Walah, lupa bawa Macaroon Love-nya Mak Winda buat ditandatangani ey. Ada penulis Cinderella in Paris, Sari Musdar juga, sayang nggak sempat futu-futu.
Sesi pertama diisi, uraian Mbak Leila S. Chudori. Ternyata, beliau menulis novel terbarunya, Pulang selama 6 tahun lho. Karena tema cukup berat tentang anak eks Tapol, ia butuh riset lama. Mewawancarai anak-anak Eks Tapol. Apalagi, setting novelnya ada beberapa di luar negeri. Tahun lampau pula. Ia sangat berhati-hati menuliskannya.
laperrr |
Menurut Mbak Leila, bakat penting dalam menulis. Tapi, apa gunanya kalau tidak diasah? Tidak berlatih? Yang penting adalah kerja keras.
Ia memberikan contoh melatih diri:
1. Merawat kemampuan Teknis: Rajin mencari alternatif kata, membentuk kalimat menarik, membuat plot tidak klise dan membuat kejutan plot.
2. Berlatih: memaksakan diri rutin menulis, atau ngeblog selama sejam-dua jam setiap hari.
3. Rajin Observasi: Buka mata buka telinga, sepeka mungkin. Perhatikan lawan bicara. bagaimana dia berbicara, berekasi terhadap sesuatu. observasi berguna untuk membentuk karakter tokoh kita.
4. Rajin baca dan menganalisis suatu karya: Baca karya sastra bermutu minimal 1 buku dalam 2 pekan. Baca karya klasik PAT, Umar Kayam, Ahmad Tohari, NH. Dini Ernest Hemingway dll.
Tips Nulis:
1.Ide bisa didapat dari mana saja.
2. Tema tak perlu megah, yang penting penceritaannya membuat pembaca terhanyut. Tema megah susah karena harus riset mendalam misal tema perjuangan kemerdekaan. Jika latar belakang hanya tempelan, maka cerita kita bisa gagal.
3. Perkenalan tokoh bisa dimulai dari penampilannya dulu. Misal kulitnya kuning, mancung, dll.
4. Pembaca harus percaya pada tokoh kita, jangan fake, jangan tidak masuk akal. Misal anda bkiin tokoh hanya lulusan SD, baru datang dari dusun tapi gaya bicaranya seperti sastrawan, puitis. FAKE.
5. Akhir cerita: Pembaca kita biasanya suka happy ending, tak suka yang menggantung atau sedih. Kita harus jujur pada diri sendiri apakah cerita kita layak happy ending atau sebalikya. Jangan memaksa diri.
6. Sebuah karya disebut sastra, bukan karena temanya yang megah, atau bahasanya yang mendayu, tapi karena kedalaman ceritanya. Kedalaman deskripsinyalah yang membedakan dengan karya pop. Banyak sastrawan yang memakai kalimat lurus saja dalam menulis seperti Umar Kayam.
7. Tidak usah memusingkan kata-kata yang nyastra, tulis saja.
8. Untuk setting cerita, sebaiknya jika bisa mengunjungi kotanya langsung. Tapi, kalau tidak perbanyak riset. Bertanyalah pada penduduk asli kota itu. Gali suasananya, makanan dan minuman khas, auranya, apa yang sedang beken, kata-kata yang sering digunakan.
9. Begitu pembaca mampu melebur dalam karya kita, merasa seperti berada dalam cerita, menjadi tokohnya, berarti penulis telah berhasil menuliskan karyanya.
10. Setelah selesai menulis, bukan berarti selesai kerja penulis. Ada proses pembacaan berulang kali. Mengedit. Cobalah mengirimkan naskah ke teman-teman yang tahu teknis tema yang diangkat. Misal menulis tentang polisi, coba kita suruh teman yang polisi membacanya.
6. Sebuah karya disebut sastra, bukan karena temanya yang megah, atau bahasanya yang mendayu, tapi karena kedalaman ceritanya. Kedalaman deskripsinyalah yang membedakan dengan karya pop. Banyak sastrawan yang memakai kalimat lurus saja dalam menulis seperti Umar Kayam.
7. Tidak usah memusingkan kata-kata yang nyastra, tulis saja.
8. Untuk setting cerita, sebaiknya jika bisa mengunjungi kotanya langsung. Tapi, kalau tidak perbanyak riset. Bertanyalah pada penduduk asli kota itu. Gali suasananya, makanan dan minuman khas, auranya, apa yang sedang beken, kata-kata yang sering digunakan.
9. Begitu pembaca mampu melebur dalam karya kita, merasa seperti berada dalam cerita, menjadi tokohnya, berarti penulis telah berhasil menuliskan karyanya.
10. Setelah selesai menulis, bukan berarti selesai kerja penulis. Ada proses pembacaan berulang kali. Mengedit. Cobalah mengirimkan naskah ke teman-teman yang tahu teknis tema yang diangkat. Misal menulis tentang polisi, coba kita suruh teman yang polisi membacanya.
with Mas Iwan |
Amazing. Aku terhanyut buku Mas Iwan. Bagaimana perjuangan seorang anak supir angkot yang merantau ke New York untuk meraih impian. Setelah sukses di NY, ia menceritakan kegalauannya merantau. Ia ingin pulang ke Indonesia. Ke Batu, Malang. Hidup bersama orangtua dan saudara-saudara perempuannya.
Iwan menceritakan bagaimana ia ingin menuliskan buku karena ingin memberi tamparan pada keponakan-keponakannya yang kini hidup enak dan nyaman. Ia ingin agar buku itu mengisnpirasi mereka agar tahu, gimana perjuangan kakeknya untuk maju. Gimana pamannya bekerja keras. Iwan tak mau ponakannya jadi generasi intan, tahunya leyeh-leyeh, main HP mahal, kongkow-kongkow tak produktif.
Asyik mendengarkan Mas Iwan memotivasi kami. Orangnya kocak, bahasanya bocor sekaligus puitis. Cck, ini penulis, motivator atau pelawak? Hehe. Tapi, Mas Iwan ogah pisan disebut motivator.
Saat GPU berminat menerbitkan karyanya, ia galau. Karena isi buku ini sebenarnya personal sekali. Ditujukan untuk keluarganya. Tapi, ibunya mendorongnya. Siapa tahu ada anak supir angkot lain yang semangat meraih mimpinya setelah membaca buku bayek aka Iwan.
Menurut dia, kita harus menulis saja. Jangan memikirkan laku tidaknya, terbit atau tidak. Tulisan yang jujur dari hati penulis akan sampai ke banyak hati pembacanya. Tulisan bagus lahir dari hati yang galau, cemas. Maka, galaukanlah hati kalian wahai penulis. Gelisahlah.Hehe.
Ia tak ingin sekedar menulis. Ia ingin kalau ia mati, akan ada sesuatu yang bisa dikenang oleh orang-orang akan karyanya. In the end, it's matter. Ia ingin menulis karena ingin bermanfaat bagi orang-orang sekitarnya. Royalti, ketenaran mungkin tak seberapa. Tapi, arti karya kita bagi orang lain. Menginspirasi.
Suatu hari, ia mendapat e-mail dari seorang lelaki. Mengabarkan berkat buku mas Iwan, ia akan berangkat ke San Fransisco meraih impiannya. Ia juga anak supir angkot. Ia berjanji akan mengirim fotonya bersama buku Iwan di Patung Liberty. Dua hari kemudian, lelaki itu mention dirinya. Berfoto dengan buku 9S10A di bawah Liberty. Wow!
Subhanallah. Banyak pelajaran berharga nih hari ini. Alhamdulillah.
Dodolnya, aku bawa Pintu Harmonika untuk ditandatangani, hihi silap ingatan Leila S dengan Clara Ng. Busyet hihi jauh amat. Novel Pulang malah nggak dibeli. Gagal deh minta tandatangan hihi.
Photo Courtesy of Winda Krisnadefa
Tags:
Tips Nulis Dedew
Senengnya dapet ilmu mantaaap disini ya mbaak. Doaian ya siapa tahu aku bisa mengikuti jejakmu piawai dalam menulis...GANBATTE !!!
ReplyDeleteSERUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!!!
ReplyDeleteKalo ketemu banyak penulis, motivasinya makin kuat ya mbak!
Mak cantik tapi dodol, makasih ya. Aku traktir makan cendol kalo maen ke Bandung. Masih kurang? Aku ajak naik kuda di ITB. Masih kurang juga, aku ajak ke outlet tapi bayar sendiri. Masih kurang lagiiii? Masya Allah...baiklah, aku ijinkan menginap di rumahku lengkap makan 3 x sehari plus wisata bandung.
ReplyDeleteNgiriiii
ReplyDeleteNgiriiii
ReplyDeleteLaaah...kok malah Pintu Harmonika??? Hihihihi....
ReplyDeleteSenang bertemu dirimu mbak...:)
Tengkyu sharingnya, Mbak Dedew, ikut nguping nih... hihi... btw, keren banget, bisa ketemuan LSC. Blio itu penulis cerpen kesukaanku jama di Gadis/Mode :D
ReplyDeleteAgnes Bemoe
asyiknya oiyy bisa foto bareng mb Leila S. Chudori *obsesinarsistakkunjungpadam
ReplyDeletemas Iwan keren yo, bukune udah ada di Semarang mak?
Dah lama gak ikutan diskusi buku ini. Haduuuuh ... harus banyak belajar dari Dedew neh ^_^
ReplyDeletesalam kenal mak ^^
ReplyDeleteuwah,seru banget acaranya aplge dapet undangan dr femina..owwh,baru tahu penampakan mas iwan hehe.
sebenarnya kemaren semangat pas baca pengumuna acar ini..eh ternyata di jakarta..batal deh...pengeeen banget ikutan...
ReplyDeleteMakasih sharingnya, mak. sedikit kecewa karena gak bisa ikut eventnya. padahal pengen banget ikut
ReplyDeleteReportasenya lengkap banget. setuju banget, bakat kalo nggak diasah ya nggak bikin si empunya bakat jadi mahir :D
ReplyDelete@saryahd
ReplyDeleteiya mak..sayang dirimu nggak datang, kl datang, bisa ketemuan kita hiks..
@noestyle:
ReplyDeletelagi rajin ini say hihihi...
@catatanemak
ReplyDeleteiyaa..jakarta bandung melulu kl acara bagus, yg di daerah bisa mupeng aja..ini juga pas lg di bogor ey..
@hannahm zwan
ReplyDeletehihi iyaa..dakuw penasaran sm mas iwan, beli bukun Ibuk juga blom kebaca, dia terharu pas ttd, eh udah baca ibuk ya..aku nyengir xixixi..baru buka plastiknya je..
@hanna hm zwan
ReplyDeletepantengin web femina aja say, sering ada info wtiring clinic or lomba nulis lho
@ferhatt
ReplyDeletebetuul..aku senengnya ke acara begini ya biar semangat membara, ferhat..panas..panas..wkwkw
@christanty putri
ReplyDeleteaamiin..yakin bisaaa :* makasih udah mampiir..
@ellnovianty
ReplyDeletetawaranmu sungguh bikin clegukkz...slurppp..
@fita
ReplyDeletehiks iyaa..sayang dirimu ndak ikuut..pgn ketemuu..
@mba agnez
iya mbaa..aku mupeng daptar krn mereka2 pembicaranya, mg nanti dirimu juga bisa ketemu yaa
@winda:
hihihi iyaa..kenapa bisa salah bawaa?! ><
Wah asik bnaget kayanya ya Mak. Ngiri. Terimakasih sharingnya
ReplyDeletengakak baca yang terakhir, jauh banget mbak, hihihi...makasih ya udah berbagi :)
ReplyDeletengakak baca yang terakhir. jauh banget mbak..., hihihi. btw, makasih ya udah berbagi motivasi :)
ReplyDeletengakak baca yang terakhir, jauh banget mbak, hihihi...makasih ya udah berbagi :)
ReplyDeleteQuote: "@sarimusdar Writing is like yoga, healing your self, a great meditation, Iwan9S10A said. Agree! #writingclinic"
ReplyDeletehuhu.. mantap banget mbak.. ngiri deh pengen ikutan jugaa.. :)
ReplyDeletemakasih mak dew, yuk bikin pembaca galau-galau-galau :-)
ReplyDeletetau gitu nitip buku buat ditanda tangani mas Iwan....
ReplyDelete