Rania: Jangan Sampai Buah Hatimu Terkena Stunting Seperti Nadira.
Dear Temans, Suatu siang, sahabatku Rania mengabari kalau anaknya, balita satu-satunya harus menjalani terapi.
Kami tentu saja kaget karena merasa putrinya Nadira yang berusia dua tahun sehat-sehat saja.
"Aku diberi tahu dokter anak, Dira kena stunting,” ujarnya tersenyum sedih.
Ya, Rania memang berkonsultasi pada dokter gizi karena merasa anaknya susah makan dan pertumbuhan badannya lama. Hm, Aku mengernyit. Apa itu stunting?
Temanku yang lincah itu pun menjelaskan panjang lebar dan aku makin tak percaya. Hah, Beneran, Dira stunting?
Apa itu Stunting?
Stunting adalah kata dalam bahasa Inggris yang berarti pengerdilan. Stunting adalah keadaan di mana balita mengalami kekerdilan akibat berbagai hal. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis. Di mana anak mengalami kurang asupan gizi dalam jangka waktu lama.
Aku terperangah. Bagaimana mungkin ini terjadi, keluarga Rania adalah keluarga yang berkecukupan dan berpendidikan tinggi. Ilmu Rania dan suaminya tentang pengasuhan anak dan gizi keluarga cukup mendalam.
Anak sehat pangkal bahagia |
Ya, Rania sangat memperhatikan perkembangan anaknya juga asupan gizinya. Bagaimana mungkin Dira mengalami stunting?
Ternyata, Ciri-ciri balita stunting sebenarnya sudah bisa dideteksi sejak lahir yaitu panjang badan bayi kurang dari panjang bayi umumnya, begitu juga saat pertumbuhannya, tinggi badannya juga lebih pendek daripada anak seusianya, jadi sekarang jangan hanya memperhatikan berat badan anak saja ya.
Tinggi badan pun patut menjadi perhatian.
Terkadang kita menyepelekan tinggi badan anak karena merasa memang keturunannya bapak ibu yang mungil dan menggemaskan, hehe. Jadi lalai memperhatikan kalau anak kita pendek.
"Nggak apa-apa, Ibunya mungil jadi ya anaknya juga kecil,” begitu sering kita dengar orangtua melakukan pembelaan jika dikomentari tinggi badan anaknya.
Menurut Menteri Kesehatan Ibu Nita F. Moeloek menyebut kasus stunting di Indonesia menunjukan angka 37,2 persen. Hal ini berarti 4 dari 10 anak di Indonesia mengalami stunting (www.tribunnews.com).
Bahkan, Indonesia mendapat peringkat ke-4 di dunia untuk kasus anak stunting. Beliau mengajak segenap masyarakat Indonesia untuk bersama-sama berusaha mencegah stunting sedini mungkin. Ayo, Indonesia Sehat!
Bu Menkes Nita Cegah Stunting Sedini Mungkin (Foto: http://www.sehatnegeriku.kemkes.go.id/) |
Bahkan, Indonesia mendapat peringkat ke-4 di dunia untuk kasus anak stunting. Beliau mengajak segenap masyarakat Indonesia untuk bersama-sama berusaha mencegah stunting sedini mungkin. Ayo, Indonesia Sehat!
Beberapa Faktor Penyebab Stunting
Setelah menggali lebih dalam serta membaca berbagai artikel di internet, penyebab stunting ada beberapa hal yaitu:
- Kurangnya asupan gizi pada ibu saat mengandung, juga ibu kekurangan berat badan alias terlalu kurus atau bahkan terkena anemia ternyata beresiko fatal anak mengalami stunting.
- Kondisi anak mengalami kurang gizi kronis pada awal kehidupannya, penyebabnya bisa jadi pemberian ASI dan MPASI yang keliru. Misalnya bukannya diberikan ASI, anak malah diberi air putih atau teh manis. Bahkan di awal Januari 2018 seorang anak di Kendari menderita stunting dan gizi buruk karena orangtuanya memberi susu kental manis. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orangtua.
Sumber Foto http://www.sehatnegeriku.kemkes.go.id/
- Keadaan sanitasi atau lingkungan yang kotor, lingkungan yang kotor dan terkontaminasi bakteri, menjadi penyebab anak diare dan terkena penyakit infeksi lainnya. Anak yang sakit jadi susah makan sehingga pertumbuhan anak terganggu. Kebiasaan buruk orangtua yang tidak mengedukasi tentang kebersihan juga mempengaruhi situasi. Misalnya, anak-anak tidak diajari cuci tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari dan lainnya sehingga rawan terkena infeksi.
- Anak terpapar alkohol sejak dalam kandungan karena ibunya mengonsumsi alkohol juga beresiko terkena stunting.
Melihat beberapa penyebab stunting di atas, kita jadi mudah menyimpulkan bahwa yang terkena stunting biasanya adalah anak dari keluarga miskin yang hidupnya di pemukiman kumuh.
Ya, mereka memang rawan mengalami stunting karena berbagai keterbatasan diantaranya kurang gizi dan sanitasi yang kurang.
Tapi ternyata, balita dari keluarga berkecukupan juga bisa mengalami stunting. Seperti Nadira. Menurut Rania, kemungkinan besar penyebabnya adalah ia terkena anemia saat hamil. Berat badannya sebagai ibu hamil pun termasuk kurang. Ia agak sulit makan saat hamil karena muntah yang berlebihan dulu.
“Sedih banget..” bisik Rania. "Tapi, aku nggak akan menyerah. Aku akan berusaha memperbaikinya,”
“Kamu pasti bisa, Rania. Kalian bertiga kuat,” sahutku.
Ya, Rania, Nadira serta Ayahnya adalah keluarga yang solid. Mereka pasti bisa mengatasi hal ini.
Menurut alodokter.com, stunting dapat diatasi dengan melakukan perawatan pada anak. Dengan catatan, sebelum anak menginjak usia dua tahun. Jika lebih dari itu, maka stunting sulit diperbaiki.
Nah, Bagaimana kondisi anak yang terlanjur mengalami stunting dan tidak ditangani?
Menurut alodokter.com, stunting dapat diatasi dengan melakukan perawatan pada anak. Dengan catatan, sebelum anak menginjak usia dua tahun. Jika lebih dari itu, maka stunting sulit diperbaiki.
Nah, Bagaimana kondisi anak yang terlanjur mengalami stunting dan tidak ditangani?
Selain pertumbuhannya terganggu, kemampuan motoriknya juga rendah. Jiga kecerdasan otak anak bisa terganggu.
Ketika dewasa, anak yang terkenal stunting rawan menderita penyakit kronis seperti stroke dan diabetes, serta rawan mengalami gangguan kehamilan.
Pencegahan Stunting
Untuk itu, jangan sampai anak mengalami stunting atau kekerdilan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak adalah:
Pencegahan Stunting
Untuk itu, jangan sampai anak mengalami stunting atau kekerdilan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak adalah:
Menjaga Kesehatan Ibu Hamil
Ya, salah satu cara paling ampuh mencegah stunting adalah memperhatikan kesehatan dan gizi ibu saat hamil. Terkadang ibu hamil mengalami mual atau morning sickness berlebih sehingga susah makan yang mengakibatkan asupan gizinya kurang.
Jika kekurangan zat besi, maka otomatis tubuh ibu menyerap persediaan tubuh sehingga terkena anemia. Hal ini menyebabkan bayi kurang gizi sejak dalam kandungan. Hal ini ternyata berakibat fatal bagi janin.
Untuk itu, disarankan bagi ibu hamil untuk rajin konsultasi di posyandu, puskesmas atau layanan kesehatan lain. Ditimbang berat badan ibu dan lainnya secara berkala juga rutin USG untuk mengetahui kondisi janin.
Untuk itu, disarankan bagi ibu hamil untuk rajin konsultasi di posyandu, puskesmas atau layanan kesehatan lain. Ditimbang berat badan ibu dan lainnya secara berkala juga rutin USG untuk mengetahui kondisi janin.
Untuk menghindari kurang gizi, sebaiknya rutin mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan asam folat. Zat besi terdapat pada makanan seperti daging unggas seperti ayam dan bebek, daging merah, ikan juga sayuran dan kacang-kacangan.
Sedangkan asam folat adalah bagian dari vitamin B terdapat dalam berbagai sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, juga dalam buah-buahan seperti pisang, alpukat, jeruk, dan tomat.
Jika ibu hamil tercukupi makanan yang mengandung zat besi dan asam folat yang berguna untuk perkembangan janin, janin akan sehat dan terhindar dari gangguan kehamilan seperti lahir prematur, spina bifida dan lainnya.
Apabila ibu dikhawatirkan kurang konsumsi dua zat penting tersebut, biasanya disarankan dokter atau bidan untuk mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat.
Apabila ibu dikhawatirkan kurang konsumsi dua zat penting tersebut, biasanya disarankan dokter atau bidan untuk mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat.
Menjaga Asupan Gizi Bayi dalam
Masa Emas
Agar terhindar dari stunting, bayi harus mendapat asupan gizi yang cukup. Dimulai dengan pemberian ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan untuk bayi.
Dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang bergizi tinggi dan seimbang mulai usia 6-24 bulan.
Perhatikan Usia Emas Anak Kita |
Pemberian MPASI ini harus mengandung gizi seimbang sehingga anak sehat dan aktif.
Pola Hidup Bersih dan Sehat
Selain dua hal di atas, pencegahan stunting lainnya dengan menjalankan pola hidup bersih dan sehat.
Kita menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan terbiasa mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari, buang air besar di toilet, tidak membuang sampah sembarangan dan lainnya.
Dengan terbiasa menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi, maka diharapkan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan stunting akan dapat jauh berkurang.
Dengan terbiasa menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi, maka diharapkan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan stunting akan dapat jauh berkurang.
Membantu Menyebarkan Informasi Tentang Stunting dan Pola Hidup Bersih Sehat
Ya, sebagai orang tua sebaiknya kita proaktif memperkenalkan berbagai kebiasaan pola hidup bersih dan sehat ini pada sekeliling kita.
Misalnya dengan berbagi informasi di posyandu, atau saat arisan di perumahan atau kampung kita, mengajak anak dan teman-temannya mencuci tangan sebelum makan bersama di rumah.
Sebagai mama blogger dan social media enthusiast, kita bisa membagikan pengetahuan tentang stunting dan informasi kesehatan lainnya lewat blog dan akun media sosial yang kita miliki agar lebih banyak orang yang melek tentang stunting ini.
Kita juga bisa berbagi tentang asupan gizi seimbang di blog untuk mencegah stunting.
Dengan melakukan empat pencegahan di atas, diharapkan generasi baru Indonesia menjadi anak sehat dan cerdas, tak ada lagi yang mengalami stunting. Tahun-tahun mendatang, Indonesia bebas stunting, Aamiin! Ayo, kita wujudkan bersama Indonesia Sehat!
Duh, Jangan-jangan Miiko Terkena Stunting, Ya?
Hm, membicarakan tentang stunting, aku jadi teringat serial komik Miiko dari Jepang karya Ono Eriko. Serial yang bercerita kehidupan seorang anak kelas 5 SD di Tokyo, Jepang bersama teman-temannya itu, lucu dan menarik.
Miiko adalah anak yang sehat dan aktif tapi sering diledek karena tubuhnya paling pendek di kelas, ia sering disangka anak kelas 1 SD.
Miiko adalah anak yang sehat dan aktif tapi sering diledek karena tubuhnya paling pendek di kelas, ia sering disangka anak kelas 1 SD.
Memang kalau diperhatikan, tubuh Miiko jauh lebih kecil daripada teman-teman sekelasnya.
Ia pun terlambat mengalami pertumbuhan payudara dan belum menstruasi. Jangan-jangan di balik kelucuannya, Miiko tanpa disadari menderita stunting? Duh, malangnya Miiko!
Waaah.. sepertinya kita harus lebih memperhatikan tumbuh kembang pada anak ya mbak.
ReplyDeleteDi usia emasnya yaitu batita dan balita kudu bener diperhatikan gizinya ya mbk dew :)
ReplyDeleteWaaah Miiko idolaku. Iya ya Miiko pendek banget tapi imyuuut.
ReplyDeleteBahas topik ini di perkuliahan ngga ada habis2nya mba. Karena di Indonesia masih banyak terjadi. Hiks, sedih.
ReplyDeleteDgn tulisan ini bisa jd pencerahan buat ibu2 dan calon ibu yg baca yaa
Nasib Rania bagaimana mbak? Berhasilkah terapi-nya?
ReplyDeleteDuh, jadi diingatkan kembali untuk segera bawa anak ke DSA mbak. Meskipun secara BB, TB, & lingkar kepala normal, tapi anakku susah banget makan alias GTM. Semoga Aira nggak kena stunting. Aamiin
ReplyDeleteAku sedang berjibaku nih agar bayiku tidak stunting. Terimakasih sharingnya ya. Bermanfaat sekali 😍
ReplyDeleteAku malah jadi pengen ketawa inget Miiko 😄
ReplyDeleteBtw Salsa hampir sebulan nggak mau makan, harusnya sdh MPASI. Karena sakit jadi hanya minum ASI dan air putih, buah kadang mau lebih sering nggak. Doakan smg Salsa lekas sehat ya Mba, jadi takut nih
Inspiratif dan informatif Dew.
ReplyDeleteArtikelnya komplit banget mbak Dew. Jelas banget info tentang stunting. Semoga makin banyak yg paham & bisa mencegah.
ReplyDeleteBtw,, Miiko pendeknya keterlaluan yaaa, duh.
Stunting ini bisa dicegah asal emak dan ayahnya juga semangat dari awal memenuhi nutrisi anak
ReplyDeletePenting banget untuk selalu memperhatikan tumbuh kembang anak ya...
ReplyDeleteQiqiqiii, Miiko yang malang, gak nambah tinggi ya tubuhnya.
ReplyDeleteAku baru tahu kalo anemia pun penyebab stunting seorang anak. Mesti share artikel ini nih mba di WAG.
Ngurus anak gak gampang ya. Kayaknya bagus juga kalo dibuat sekolah orang tua.
ReplyDeleteKu kira hanya orang yang hidupnya sangat amat sederhana seperti aku ini yang bisa kena stunting pas masih anak-anak. Eh ternyata orang mampu dan berada pun bisa terkena stunting ya pas masih anak-anak. Setuju deh sama Mbak Dew kalo sebagai blogger dan sosmed enthusiast kita bisa menyebarkan informasi pencegahan stunting kepada seluruh masyarakat.
ReplyDelete