Dear Temans,
Alhamdulillah, Sabtu (24/09), Rombongan blogger Gandjel Rel dan IIDN Semarang piknik ke Desa Bahasa Borobudur, Magelang. Kami disambut oleh Mas Tepe aka Tri Prasetyo pemred Gradien Mediatama dan Indonesia Tera.
Pasukan biru menggeruduk Desa Bahasa (Foto: Mara) |
Bersama beliau ada kru Gradien yaitu Mas Tikno dan Mbak Inoer. Tak lupa juga tuan rumah Mr. Hani Sutrisno. Kami diajak masuk ke Kafe Tiga Bahasa yang baru dibuka bulan Juli lalu. Maksudnya kafe tiga bahasa, menggunakan bahasa Indonesia, Inggris dan Jawa, hehe.
Belajar cas cis cus bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur Magelang (Foto: Gradien) |
Anak-anak langsung excited karena ada labirin mini yang baru dibuat jadi tanamannya belum rimbun. Alunan musik dari Grup Angklung Desa Bahasa menyambut kami di panggung. Wah, tersanjung deh!
Serah terima buku 6 Hari Lancar Cas Cis Cus mewakili teman-teman (Foto: Arina Mabruroh) |
Kafe ini berada di tempat terbuka, ada tempat makan bergaya lesehan. Kami langsung disuguhi cenal-cenil yang warnanya colourful dan juga mendoan yang menggugah selera.
Teman-teman yang baru turun dari bus setelah tiga jam perjalanan langsung segar dan melek matanya dihibur musik perkusi yang atraktif plus cemilan. Asyik!
Sepiring mendoan panas menyambut para pencari ilmu hehe |
Menurut Pak Hani, kafe ini akan dikembangkan lagi dengan penginapan yang masih dalam tahap perencanaan. Anak-anak langsung bermain sepak bola mini di halaman depan kafe yang luas. Desa Bahasa Borobudur terletak di Dusun Keparakan, Desa Ngargogondho, Borobudur, Magelang Jawa Tengah. Desa Bahasa ini tak jauh dari Candi Borobudur yang hingga kini masih tetap menjadi tujuan wisata utama di Jawa Tengah.
Berfoto dengan Pak Hani dan Mas Tri Prasetyo, Terima kasih ya Pak (Foto: Gradien) |
Pak Hani mengajak kami mengucapkan kalimat, “Tukijo and Tukiyem Tuku Tahu and Tempe,” dengan logat ASINDO alias asing tapi Indonesia. Ya, meniru cara ngomong Cincah Lawrah itu lho. Jadi, kita ucapkan kalimat tadi dengan “Cukijo and Cukiyem Cuku Cahu and Cempe,”
Wkwkwkw. Pecahh!
Jika di Pare, Jawa Timur terkenal Kampung Inggris, di Magelang ternyata sudah dirintis Desa Bahasa sejak tahun 1998. Pendirinya adalah Pak Hani Sutrisno, pria sederhana kelahiran Magelang 04 Agustus 1974. Pak Hani beristrikan Ani Faizah dan memilliki tiga anak yaitu Lady, Muhammad dan Gozali.
Saat SMP tahun 1987, Pak Hani berjualan kartu pos secara asongan di sekitar Candi Borobudur.
Kartu pos bergambar Candi Borobudur ini ia jajakan sambil berteriak, “Buy me, Sir, Buy me, Miss!” Bahaya ya, anak lelaki teriak-teriak minta dibeli, untung belum marak perdagangan manusia hingga Mr. Hani selamat dan sehat, hehe. Bahasa Inggrisnya yang asal bunyi ternyata membuahkan transaksi: Para turis asing membeli kartu pos dagangannnya.
Kartu pos bergambar Candi Borobudur ini ia jajakan sambil berteriak, “Buy me, Sir, Buy me, Miss!” Bahaya ya, anak lelaki teriak-teriak minta dibeli, untung belum marak perdagangan manusia hingga Mr. Hani selamat dan sehat, hehe. Bahasa Inggrisnya yang asal bunyi ternyata membuahkan transaksi: Para turis asing membeli kartu pos dagangannnya.
Pak Hani menyambut kami di Kafe Tiga Bahasa Borobudur |
Ketika bertemu para mahasiswa yang mengunjungi Candi Borobudur, barulah ucapannya dibetulkan menjadi “Sir, buy my postcard, buy my postcard, “
Kesukaannya mengobrol dengan turis asing ini, membawanya untuk mempelajari Bahasa Inggris lebih dalam. Pak Hani pun belajar tanpa kenal lelah hingga ia masuk IKIP PGRI Wates Yogya. Setelah merantau ke Bandung dan bekerja disana selama 4 tahun, Pak Hani kembali ke Desa Ngargoghondo dan mengajar bahasa Inggris di SDN Borobudur 1.
Pengalaman mengajar inilah yang membuat Pak Hani punya ide untuk merintis Desa Bahasa Borobudur dimana orang bisa belajar Bahasa Inggris dengan mudah dan menyenangkan. Tak ada lagi yang namanya takut salah atau takut bicara dalam Bahasa Inggris.
Ini lho buku 6 hari lancar cas cis cus yang jadi milik Nailah |
Soal fobia Bahasa inggris, dakuw punya teman lho yang takut sekali mata kuliah ini. Dia lebih baik berkencan dengan dosen Akuntansi galak berjam-jam daripada kuliah Inggris satu jam hihi. Jadi, ngga salah kalau masih banyak yang antipati pada bahasa ini karena jiper duluan, takut salah.
Di Dusun Keparakan ini, Pak Hani mengajak anak-anak muda dusunnya untuk belajar. Ia memberi pelajaran Bahasa Inggris dengan metode yang ia kembangkan sendiri secara gratis.
Beberapa orang mundur, dan menurut Pak Hani, lebih asyik mengajar orang yang membayar daripada gratis, karena orang yang membayar untuk mendapatkan ilmu akan berusaha semaksimal mungkin karena sudah melalukan pengorbanan dibandingkan yang gratisan yang jika ia tinggalkan, ia tak rugi apapun.
“Jadi, jika kamu sudah sukses mengajar kelas secara gratis, itu berarti kamu sudah lihai dan pasti bisa mengajar murid yang membayar,” kata Pak Hani. Wah, Gandjel Rel banget nih mengajar kelas blog untuk berbagi dan untuk menambah kemampuan mengajar kami.
Belajar tenses dengan jari tangan bersama Abdul |
Pak Hani pun merekrut pemuda-pemuda dusun untuk menjadi pegawainya di Desa Bahasa. Salah satunya, Miftah. Pemuda berusia 22 tahun ini ramah dan sabar menemani kami berkeliling Desa Bahasa, memperlihatkan rumah-rumah penduduk yang dijadikan homestay untuk para siswa-siswi yang belajar disana. Rumah penduduk ini diberi nama sayuran dalam Bahasa Inggris untuk menandakan rumah homestay.
Miftah dan temannya, Abdul, mengajak kami ke rumah Pak Hani lalu menuju ke sebuah rumah yang ruangannya menjadi kelas pengajaran di Desa Bahasa. Ruangannya sederhana. Tidak dilengkapi meja belajar dan kursi atau bahkan papan tulis seperti layaknya kelas untuk kegiatan belajar-mengajar. Ruangannya terbuka, dan para murid dan mentor duduk lesehan.
Ruang kelas tempat siswa belajar cas cis cus suasananya santai |
Para siswa sedang mengikuti kursus 6 hari lancar #casciscus dengan metode Pak Hani. Selain belajar di kelas, mereka juga ada kegiatan outbond dan rafting di Sungai Elo bahkan mengunjungi Candi Borobudur untuk bercakap-cakap dengan turis asing mempraktekkan kemampuan mereka sekaligus uji nyali hihihi.
Oh iya, ada pesantren kecil juga lho yang baru dibangun Pak Hani untuk para santri yang tidak mampu. Selain belajar agama, mereka juga belajar Bahasa Inggris dan ilmu lain seperti wirausaha agar nanti kelak mandiri.
Setelah belajar bahasa Inggris secara autodidak, Pak Hani juga senang menambah ilmu mengajar dan mengelola usaha di berbagai kursus yang diadakan di daerahnya. Jadi, kita kudu mencontoh Pak Hani ya, tetap rajin menambah ilmu lewat workshop atau pelatihan secara rutin biar pengetahuan dan ilmunya makin terasah, Temans.
Ada yang kelaparan hihi (Foto: Rahmi Aziza) |
Selain mengelola Desa Bahasa, Pak Hani juga penulis buku best seller lho, Temans. Buku yang kami dapatkan secara gratis kemarin adalah buku terbaru Pak Hani, buku keenam yang juga diterbitkan di Indonesia Tera. Hari Sabtu kemarin, kami tak hanya ingin belajar Bahasa Inggris tapi sekaligus untuk menghadiri launching buku terbaru Pak Hani ini. Selamat ya Pak, semoga laris manis bukunya dan bermanfaat, aamiin!
Buku berjudul 6 hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris Ala Desa Bahasa Borobudur ini berisi metode pengajaran Bahasa Inggris yang diterapkan Pak Hani di Desa Bahasa dan telah melululskan ratusan murid yang percaya diri berbahasa Inggris. Buku yang fresh from percetakan dan baru terbit bulan ini menjadi milik kami para peserta acara piknik hari itu Asyiiiik!
Buku-buku Pak Hani diantaranya“Vocabulary for Daily Conversation” (2012), “Pintar Jari Tenses : Cara Cepat dan Mudah Menguasai Bahasa Inggris dengan Jari Tangan” (2013), “Fun Vocabulary for Daily Conversation” (2014), “How to Master Vocabulary for Daily Conversation” (2015), “Cepat Kuasai Kosakata Bahasa Inggris Tanpa Banyak Mikir Ala Desa Bahasa Borobudur” (2016).
Mangut Beong khas Desa Bahasa menu makan siang kami (Foto: Mechta Dera) |
Tampaknya, Pak Hani benar-benar berterima kasih pada Penerbit Indonesia Tera dan Mas Tepe yang sudah mengemas naskahnya menjadi buku yang menarik dan aplikatif. Buku setebal 200 halaman ini sangat menarik lho Temans. Sepulang dari Desa Bahasa, aku dan my lovely daughter, Nailah mempraktekkan bukunya dan kini sudah masuk hari ketiga. Seru dan nggak membosankan deh.
Setelah acara perkenalan Desa Bahasa, kami pun diajak menyantap masakan andalan desa Bahasa, mangut beong, sejenis ikan lele dari sungai di sekitar desa dan ternyata belum bisa dibudidayakan. Mangut beong dengan santan pedas, sangat menggugah selera kami. Dilengkapi juga dengan jamur krispy dan lauk lainnya. Makan siang bersama hari itu sangat nikmat dan guyub, Alhamdulillah!
Setelah menyantap mangut beong yang endess juga secangkir teh panas tawar, kami lalu diajak belajar bahasa Inggris #EnglishRevolution menggunakan metode dari buku 6 hari Lancar Cas Cis Cus Bahasa Inggris Ala Desa Bahasa Borobudur.
Bermain sambil belajar di Desa Bahasa Borobudur (Foto: Archa Bella) |
Diantaranya belajar pronoun dan 16 tenses dengan gerakan jari tangan. Materi yang bikin aku stuck ini ternyata bisa diingat dengan mudah dengan cara menghapalnya dengan gerakan tangan dan lagu. I saya, you anda, we kita, they mereka, he dia laki-laki, she dia perempuan, begitu berulang-ulang hingga suara serak hihihi.
Setelah itu, kami diajak ke halaman tengah kafe dan bermain sambil belajar bahasa Inggris #CasCisCus. Yang salah gerakan dan tidak sesuai instruksi, wajahnya dicoret lipstik merah ngejreng. Walhasil, permainan ini berhasil mengocok perut dan memaksa peserta untuk berani ngomong dalam bahasa Inggris. Fiuh, benar-benar hari yang bergizi.
Permainan seru sambil belajar Bahasa Inggris |
Sudah banyak sekolah dan instansi yang bergabung belajar di Desa Bahasa ini diantaranya Kementerian Keuangan dan SMAN 2 Pati, SMP Al Fath Jakarta, dan banyak lagi. Untuk mengikuti kegiatan seperti kami hari Sabtu itu, kalian bisa menghubungi nomer kontak Desa Bahasa 0857-1206-9998 atau klik www.desa-bahasa.com.
Ada berbagai pilihan paket belajar diantaranya belajar seperti 6 hari cas cis cus Rp3.000.000 per paket. Sedang mempertimbangkan untuk mengajak Nai ikut kursus di Desa Bahasa saat liburan sekolah nanti. Jadi, kamu masih takut ngomong #casciscus Bahasa Inggris? So last year, deh!
Wah keren mba dew udah jadi :) acaranya bener2 sangat bermanfaat dan berkesan yaa mba..:)
ReplyDeleteWah boleh juga nih nadia di daftarin kursus disini ikutan sama nai jg ;)
ReplyDeleteReviewnya asyik nih mbak, hehehehehe.......Terima kasih ya sudah mengkoordinir rombongan dari Semarang yang begitu seru. Semoga kapan-kapan bisa dicetak ulang tuh moment barengnya (eh, kayak buku aja ya, hahahaa...). Sukses selalu untuk mbak Dedew, IIDN Semarang, dan Gandjel Relnya.
ReplyDeleteKalau metoda belajarnya kaya gini mah, dijamin fasih cas cis cus setelah 6 hari, karena diulang2 dan banyak banyak prakteknya ☺
ReplyDeleteTertarik mo ikutan belajar didesa bahasa lagi.
ReplyDeleteKemarin blom puas.
Mau ngajak sekompi...
Ahhh seru banget neh Ganjel rel, jalan2nya, selalu kompaak.
ReplyDeleteTapi..tapi..kenapa aku pokus sama mendoan ituh, mau lah :D
Keren ya pak Hani..bisa menciptakan cara belajar yang aplikatif dan menarik. Sayang banget kemarin nggak bisa gabung...
ReplyDeleteMemang asyiiiik... Trims ya mb Dew & GRes atas ajakannya ke Desa Bahasa yg kereeen inii.. Trmksh jg Pak Hani, Mas Tepe & tmn2 lain... :)
ReplyDeleteheheheh Tukijo n tukiyem tuku tahu n tempe...^^
ReplyDeleteSeru acaranya ya mbak, 3 bahasa....
Mbak Dew,apa kabar??semoga sehat selalu...maaf baru main lagi^^
Duh serunyaaaa... Sayang jauh dari Batam :D Btw itu mendoannya kok menggoda banget ya...
ReplyDeleteSeru babget ,, dan aku bener2 nyesel ga jadi ikut
ReplyDeleteIya nih kemarin masih kurang lama, hahaha... pengen ngajak anak-anak juga, kan lebih deket ini dari pada yang di jatim ya
ReplyDeletewaah acaranya menarik sekali
ReplyDeleteSeru banget!
ReplyDeleteSaya beli bukunya aja dl deh...
mau dong ikutan cas cis cus nya... biar ngomongnya nggak endebrei endebrei melulu hahaha
ReplyDeleteseru ya mbak pikniknya ...
ReplyDeleteAq g ikutan yang teklekan...hihihi
ReplyDeletebelajar disini seru, jadi gak takut salah >_<
ReplyDeleteasyik banget yah, kalo metode dan caranya kayak gini pasti banyak anak-anak yang seneng banget dan bakalan ketagihan belajar bahasa Inggirs
ReplyDelete