Dear Temans,
Penyelenggara workshop ini adalah Room To Read dan Provisi Education, perwakilan Room To Read di Indonesia.
Kini, Room To Read kian berkembang pesat. Mereka bergerak di bidang literasi dan persamaan gender. Kisah hidup John Wood ini dijadikan buku berjudul Leaving Microsoft. Yang masuk daftar buku terlaris juga sudah diterjemahkan oleh Mizan ke Bahasa Indonesia. Dan kini John Wood pun menulis buku.
Sedangkan kiprah Room To Read di Indonesia, bergerak dibidang penerbitan buku dan perpustakaan
sekolah. Di
bidang penerbitan buku, Room To Read melalui Provisi bekerja sama dengan Penerbit Litara, Kanisius,
Mizan dan lainnya. Sedangkan proyek perpustakaan sekolah Provisi bekerja sama
dengan Dompet Dhuafa, Taman Pelangi dll.
Alhamdulillah,
Usai
sudah tugas negara hehe, ikut workshop Room To Read & Provisi Education di
Lembang. Bersyukur sekali, jauh-jauh dari Ungaran, bisa mendapat kesempatan ini. Terima kasih untuk
Bhai Benny Rhamdani dan Penerbit Mizan yang telah memilih dakuw.
Awalnya,
dakuw baca infonya di grup FB Komunitas Penulis Bacaan Anak. Yang membuka kesempatan seleksi
adalah Penerbit Litara. Kita harus mengirim cerita anak bermuatan lokal. Sampai
hari H, aku nggak dapat ide. Aku angkat tangan.
Tak
disangka, Bhai Benny Rhamdani, ternyata membuka seleksi serupa. Kali ini dari
Penerbit Mizan. Aku mencoba peruntungan dengan mengikuti seleksi naskah di
Mizan dengan mengirim cerita anak dengan 500 kata.
Idenya
pun kudapat secara kilat,
Gara-gara
Alde nggak mau membuka baju seragam tentaranya seharian. Bahkan dipakai tidur. Aku
pun menulis cerita pendek berdasarkan kejadian itu.
Mizan Team Minus Mbak Erna Fitrini |
Nggak
nyangka, namaku nyangkut dan berhak mengikuti pelatihan menulis picture book Room To Read selama 4 hari yaitu tanggal
27-30 Januari 2015. Bersama 19 penulis lainnya, dakuw digojlok. Mizan team
terdiri dari dua editor: Bhai Benny Rhamdani dan si model Moemoe Rizal dan tiga
penulis: dakuw, Kak Beby haryanti dari Aceh dan Mbak Erna Fitrini dari Jakarta.
Amanda dari Provisi Education |
Sungguh
pengalaman tak ternilai.
Mendapat
ilmu berharga, Bertemu teman-teman yang seru, para pengajar yang mumpuni dan
panitia yang cekatan.
Bikin Pohon Harapan Hehe |
Penyelenggara workshop ini adalah Room To Read dan Provisi Education, perwakilan Room To Read di Indonesia.
Temans, Sudah
pernah dengar Room To Read?
Room
To Read didirikan oleh John Wood, seorang pria berkebangsaan AS kelahiran 1964.
Ia lahir di Hartford, Connecticut dan bekerja sebagai eksekutif di Microsoft selama nyaris 10 tahun.
Sutua hari, John Wood yang senang mendaki gunung, mengambil cuti dan mendaki Himalaya. Di perjalanan, ia bertemu pengurus sebuah sekolah di Nepal. Dan ia menemui kenyataan kalau sekolah di Annapurna punya 450 siswa dan hanya memiliki beberapa buku yang tidak sesuai usia mereka. John Wood shock.
Ia pun berjanji kembali lagi ke Annapurna dengan membawa buku untuk anak-anak. Setahun kemudian, ia kembali ke Nepal dan membawa 3000 buku yang ia kumpulkan dari sumbangan keluarga dan teman-temannya yang ia kirimkan e-mail tentang keadaan sekolah yang memprihatinkan.
Ia resign dari kantornya dan pergi ke Nepal untuk membangun perpustakaan untuk anak-anak di gunung. John Wood bersama teman-temannya mendirikan Room To Read pada tahun 2001. Kini beroperasi di 10 negara di Asia dan Afrika.
Ia lahir di Hartford, Connecticut dan bekerja sebagai eksekutif di Microsoft selama nyaris 10 tahun.
Sutua hari, John Wood yang senang mendaki gunung, mengambil cuti dan mendaki Himalaya. Di perjalanan, ia bertemu pengurus sebuah sekolah di Nepal. Dan ia menemui kenyataan kalau sekolah di Annapurna punya 450 siswa dan hanya memiliki beberapa buku yang tidak sesuai usia mereka. John Wood shock.
John Wood mengubah dunia lewat Room To Read |
Ia resign dari kantornya dan pergi ke Nepal untuk membangun perpustakaan untuk anak-anak di gunung. John Wood bersama teman-temannya mendirikan Room To Read pada tahun 2001. Kini beroperasi di 10 negara di Asia dan Afrika.
Buku John Wood Leaving Microsoft |
Kini, Room To Read kian berkembang pesat. Mereka bergerak di bidang literasi dan persamaan gender. Kisah hidup John Wood ini dijadikan buku berjudul Leaving Microsoft. Yang masuk daftar buku terlaris juga sudah diterjemahkan oleh Mizan ke Bahasa Indonesia. Dan kini John Wood pun menulis buku.
Room To Read terjemahan Mizan |
Mereka membangun perpustakaan di puluhan negara.
Mereka tak menyumbangkan buku anak berbahasa Inggris. Tapi, melatih penulis
lokal untuk menulis buku anak bermutu dan mencetaknya untuk dibagikan ke banyak
perpustakaan sekolah.
Room To Read telah melatih 1120 penulis dan illustrator
di 10 negara sejak tahun 2002.
Naskah hasil karya para penulis ini yang akan diseleksi, dicetak dan disalurkan ke perpustakan-perpustakaan sekolah yang bukunya ramah anak, ditata secaran menarik. Wow!
Naskah hasil karya para penulis ini yang akan diseleksi, dicetak dan disalurkan ke perpustakan-perpustakaan sekolah yang bukunya ramah anak, ditata secaran menarik. Wow!
Untuk
proyek perpustakaan sekolah, Room To Read menargetkan akan
menghasilkan 14 judul buku cerita yang dicetak 8000 buku per judul pada Bulan Juni
2016.
Buku-buku ini akan disebar di 24 perpustakaan sekolah dan kira-kira
menjangkau minimal 7000 anak yang akan didamping Room To Read & Provisi
yaitu perpustakaan sekolah di Gresik, Parung dan Labuan Bajo.
World Starts With Educated Children Motto Room To Read |
24
Perpustakaan sekolah ini akan didampingi oleh Provisi dan Room To Read, perpustakaannya
akan diisi buku-buku yang menarik dan sesuai level anak, serta ditata menarik.
Mengapa
harus buku dan perpustakaan?
Karena
buku yang tepat bisa menginspirasi seorang anak.
One Book Can Change The World.
Mr. Alberto Santos dari Room To Read |
Alkisah,
Seorang anak di Kamboja, bernama Chin. Ia malu diejek teman-temannya karena tak
bisa membaca. Ia menganggap membaca itu sulit karena kebanyakan buku di
perpusnya, minim ilustrasi dan terlalu banyak teks. Chin ingin berhenti
sekolah.
Room
To Read membangun perpustakaan sekolah Chin.
Buku-bukunya
menarik dan Chin tertarik pada sebuah buku bergambar kodok genit. Judul bukunya
Chek Chek Ingin Menikah. Isinya lucu, gambarnya bagus. Dan Chin ternyata bisa
membacanya!
Chin jadi percaya diri kalau ia bisa membaca. Ia pun nggak jadi
putus sekolah. Tujuh bulan kemudian, Chin lancar membaca.
Ya,
masalah ini juga terjadi di Indonesia. Hanya 7% buku yang tersedia untuk
pembaca buku level 1 dan 2. Kebanyakan buku anak yang terbit adalah untuk level
4-6. Yaitu buku anak semacam novel atau buku berilustrasi. Jarang untuk pembaca
pemula.
Workshop
yang daku ikuti ini pun diadakan untuk mengisi kekosongan itu.
Kami dilatih
menulis buku anak yang sesuai untuk level 1 & 2 yaitu untuk pembaca pemula,
dengan rata-rata kalimat per halaman 0-3 kalimat, dengan jumlah kata per kalimat
1-8 kata. Sederhana. Singkat, tapi nggak mudah bikinnya hihi.
All Members |
Tugas 20 penulis ini adalah dalam jangka waktu 4 hari harus menulis dua cerita anak bergambar yang seru untuk pembaca level
1 & 2!
Inshaa Allah, 14 naskah yang terpilih akan dicetak dan disalurkan ke
24 perpustakaan sekolah dan dibaca minimal 7000 anak!
Apakah
kami akan berhasil menuliskannya setelah digojlok 4 hari nan padat merapat?
Tunggu
lanjutannya yaa hehe.
Sumber foto: Wikipedia & Kellog Northwestern Edu.
Kutunggu liputan berikutya mak Dew :)
ReplyDeletembk,,,menulis tentang anak2 lebih seru ya kklihatannya?^_^
ReplyDeleteAcaranya seruuuu!
ReplyDeleteItu... itu.... ada aku! *numpang tenar :D
ReplyDeleteMbak Dewi makin eksis aja.....makin sukses dengan buku2nya....acaranya selalu asik2
ReplyDelete@zakia: iyaa, seru ey..jadi pengen jadi penulis picture book saja deh hihihi...
ReplyDeleteMbak Tatit: Inshaa Allah lanjuut mbaa :*
ReplyDeletemba vero: aihh ada mba veroo...hihi excited aku ketemu dirimu mba!
ReplyDelete@lis:aihh ngga say..kebeneran namaku nyangkut hihihi
ReplyDelete@Evi: iyaa..berasa finalis masterchef junior hihihi
ReplyDeleteSeru pasti ya ngikut acara begini. Tapi jadi banyak pr hihiii
ReplyDeleteiya mba 2wati untungnya PR nya dipaksa kelar pas workshop jadi nggak dibawa pulang ke rumah hihihi..gawaat...
ReplyDeletekeren, keren. kereeen
ReplyDeleteKereeen
ReplyDeleteEmak, dikau keren sekali....
ReplyDeleteMak bedundug lgsg dpet ide..
Top dah
Tfs ya mak
Keren banger mak Dew... pengen aah ketularan yang inii
ReplyDeleteKeren acaranya... Aku udah punya buku Room to Read terjemahan Mizan, tapi blm dibaca. Ternyata perkembangannya segitu pesat ya, bahkan sampe Indonesia...
ReplyDeleteKereeen banget acaranya, mak. Pasti aslinya lebih seru lagi yaa.
ReplyDeletealhamdulillah menginspirasi sekali mak. aku share ya...
ReplyDeleteKeren banget. Ditunggu sharing lanjutannya Mbak Dewi :)
ReplyDeleteMemang ya buku anak2 bergambar itu jarang sih. Lah aku aja pas diajarin baca duluuu, umur 3 thn itu buku2nya buku anak2 import dr kantor papaku mbak. Bukan yg indo saking g ada nya. Trs stlh bisa baca baru deh buju yg aku bacapun ttp buku karangan enid blyton yg gambarnya juga ga bnyk sbnrnya. Untungnya aku suka2 aja :D. Tp anakku ga suka tuh, dia ttp lbh suka buku bergambar. Ujung2nya yg srg aku beli ya buku2 import lagi yg memang lbh banyak. Masalah harganya aja yg bikin emaknya pusing :p
ReplyDeleteWah, saya kemana aja, ya? Udah dari tahun 2015, tho... Hehe. Btw, makasih ya, Dew. InsyaAllah ikut seleksi Des 2017 ini.
ReplyDelete