Dear Temans,
Alhamdulillah, akhirnya bisa posting lagi hehe.
Hectic September. But fun.
Beberapa waktu lalu, dikabari sahabat kalau Kelas Inspirasi dibuka di Semarang. Waah, akhirnya! Semarang bikin juga!
Wow, langsung excited. Kesempatan untuk berbagi tentang profesi sudah lama dakuw tunggu. Apalagi di depan anak-anak SD, pasti istimewa. Pengalaman berharga.
Wow, langsung excited. Kesempatan untuk berbagi tentang profesi sudah lama dakuw tunggu. Apalagi di depan anak-anak SD, pasti istimewa. Pengalaman berharga.
Walaupun demam panggungnya mendominasi. Sampai terbawa mimpi, ngoceh di depan kelas tanpa sambutan anak-anak. Krik krik. Huhu.
Jadilah, dakuw dan beberapa sahabat di IIDN Semarang mendaftar. Mengisi form di www.kelasinspirasi.org. Setelah mengisi form yang lumayan banyak pertanyaannya, akhirnya cuma bisa merapal doa moga diterima.
Aduh, selama berkecimpung *ciee, di dunia menulis sebenarnya cukup sering dakuw berbicara didepan umum. Juga anak sekolah. Tapii, tetaap saja, demam panggung!
Sebelumnya, kami diundang briefing oleh panitia KI. Datanglah geng narsis IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Semarang beramai-ramai. Dakuw plus Aldebaran, Mak Winda, Mak Uniek, Mbak Inung, Taro, Jeung Wuri, Mbak Dian Nafi dan Mbak Cicik.
Wow, ternyata ada 190 orang relawan pengajar lhoo. Nggak nyangka Semarang antusias. Ternyata, relawan pun dari berbagai kota di Indonesia. Ada yang mengikuti KI sebanyak 7 kali! Yup, ia berkeliling kota di Indonesia untuk menginspirasi. Keren!
Kami mendengarkan pengalaman relawan inspirator. Waah, pengalamannya seru tapi tegaang!
Anak-anak begitu polos. Ketika seorang inspirator berprofesi Insinyur mengenakan seragam Pertamina kebanggaannya, anak-anak nyeletuk, "Petugas pompa bensin ya, Pak?"Hihi.
bergayaaa |
Ada pula sesi dimana kami diajarkan bagaimana mengatasi kelas yang berisik, antara lain dengan menjadikan anak yang paling heboh sebagai polisi yang menjaga ketenangan kelas. Hehe. Juga berbagai macam gerakan tari, berbagai macam tepuk tangan dan joget dan nyanyian. Aduuh, nggak ingaaaat!
Ternyata, mengajar itu nggak mudah.
Menurut para inspirator yang sharing, siswa-siswi kelas 1-3 yang paling 'seru'
Ada yang berteriak-teriak, berlarian, berantem hingga ngompol. Huhu. Semangat, haha. Briefing yang membuat lesu haha.
Di akhir acara, kami dibagi menurut kelompok. Dakuw kebagian kelompok 2 yang bertugas di SD Ignatius Slamet Riyadi di Daerah Banowati. Dakuw pun berkenalan dengan teman-teman sekelompok. Kami berasal dari profesi berbeda, daerah berbeda. Tapi, entah mengapa rasanya langsung klik. Chemistry pas mungkin, ya? Aww..
Ada Mas Imam yang kocak dan rame seorang Manajer Bisnis sebuah sekolah international, Kunto, guru Bahasa Inggiris yang banyak pengalaman travelling, Mbak Wina, PNS yang juga pengusaha salon dan spa, Ade Mistry yang guru Fisika, Alfa si suara empuk yang bekerja sebagai front office dengan pengalaman bertahun-tahun jadi relawan, Anindhita, Administrasi di Sari Husada yang care banget. Ada Hendi, mahasiswa Unnes yang jago motret, juga Rizky Rengganu yang cool mahasiswa Komunikasi yang film dokumenternya menjadi pemenang Eagle Award, wow.
Fasilitator kelompok kami ada Mas Adhit yang lucu dan cool, hihi. Sebenarnya, grup kami terdiri dari 9 relawan pengajar, 2 fotografer dan 1 videografer. Sayangnya, Mas Danny, Mbak Dyah dan Nisa batal ikut KI karena beberapa hal, hiks.
Jadilah, kami bersepuluh dengan Mas Adhit, berjibaku.
Secara kilat kami membahas jadwal kelompok, apa saja yang kami butuhkan untuk hari H, dan mendelegasikan tugas kepada masing-masing relawan. Siapa yang membawa balon gas, menyiapkan pohon harapan, kertas berbentuk daun, hingga plakat. Tek tek tek. Nggak pakai lama. Mungkin terbiasa kerja efisien kali yaa. Mas Imam bahkan sempat menghibur dengan menarikan sebuah tari dari Youtube haha.
Entah kenapa, berdiskusi bersama-sama mereka, grogi berkurang. Mereka sangat mendukung.
Lebih percaya diri. Ada kawan seperjuangan hihihi. Kalau pun dibully anak-anak SD nanti, ada temannya. You're not alone.
Alhamdulillah,
Aku bersyukur Allah menggerakkan tanganku untuk mendaftarkan diri di website KI.
Keluar dari zona nyaman dengan menjadi pengajar yang harus kreatif dan 'lepas' menghadapi anak-anak.
Untuk bertemu, teman-temanku yang menginspirasi ini...
(Bersambung)
nari sipong sipong |
Fasilitator kelompok kami ada Mas Adhit yang lucu dan cool, hihi. Sebenarnya, grup kami terdiri dari 9 relawan pengajar, 2 fotografer dan 1 videografer. Sayangnya, Mas Danny, Mbak Dyah dan Nisa batal ikut KI karena beberapa hal, hiks.
Jadilah, kami bersepuluh dengan Mas Adhit, berjibaku.
Secara kilat kami membahas jadwal kelompok, apa saja yang kami butuhkan untuk hari H, dan mendelegasikan tugas kepada masing-masing relawan. Siapa yang membawa balon gas, menyiapkan pohon harapan, kertas berbentuk daun, hingga plakat. Tek tek tek. Nggak pakai lama. Mungkin terbiasa kerja efisien kali yaa. Mas Imam bahkan sempat menghibur dengan menarikan sebuah tari dari Youtube haha.
Entah kenapa, berdiskusi bersama-sama mereka, grogi berkurang. Mereka sangat mendukung.
Lebih percaya diri. Ada kawan seperjuangan hihihi. Kalau pun dibully anak-anak SD nanti, ada temannya. You're not alone.
Alhamdulillah,
Aku bersyukur Allah menggerakkan tanganku untuk mendaftarkan diri di website KI.
Keluar dari zona nyaman dengan menjadi pengajar yang harus kreatif dan 'lepas' menghadapi anak-anak.
Untuk bertemu, teman-temanku yang menginspirasi ini...
(Bersambung)
Tags:
My Life As A Writer
Kereeen mbaak..ditunggu cerita selanjutnyaa
ReplyDeleteho oh bener, bakalan nyesel bgt klo gak ikut KI *gayaneeee.... :D
ReplyDeleteahhhh,,aku keduluan posting tentang KI neh, hehe..
ReplyDeletepadahal aku dah ikutan KI pas Maret lalu di Jakarta, tapi kok ya ga diposting2, haha. *curcol*
kesan KI : energi habis tapi kesenangan yg didapat luar biasa :V
Wah keren nih acaranya
ReplyDelete